Bagian Pertama

31 0 0
                                    

Manusia itu bernama Nonin. Katanya berarti sebagai mahluk anggun, dan nonin adalah perempuan. Tudungnya tak panjang menutup dada, tapi fardunya tak sekalipun ia lupa, kecuali sedang naik gunung, itupun ibunya tak tahu jika ia bolos Solat. Nonin tak tahu caranya bertayamum. Ia sudah lupa ajaran ayahnya sebelum meninggal beberapa tahun yang lalu. Ibunya sendiri sudah memberi tahu caranya. Anehnya, ia selalu lupa. Ia tak ingin belajar dari internet. Kenapa? Nanti akan aku ceritakan.

Nonin Aisyah. Beberapa orang memanggilnya ica. Tapi ia tak akan menjawab saat kau panggil begitu. Ia lebih suka nama depannya. Beberapa kali ia protes kenapa harus ada nama Aisyah? Jelas bukan nama yang buruk jika kau tau siapa Aisyah itu. Sebab ia adalah ibu dari setiap muslim. Disebut-sebut Aisyah adalah perempuan cantik yang pipinya kemerah-merahan. Itulah kenapa ia dipanggil Humaira. Jika kau seagama dengan nonin, kau akan tau cerita ini. Bagi Nonin, Aisyah adalah nama terindah. Nama yang berat apabila diberikan pada ia yang tak mampu membaca Al-qur'an dengan tajwid yang benar. Dulu, ayahnya adalah tetua di kampungnya. Namanya pak Soleh. Punya sebuah Mushalla yang membimbing anak anak seusia tidak lebih dari 12 tahun berkumpul untuk mengaji selepas maghrib tiba. Jumlahnya tak banyak, hanya sekitar 25 kepala. Selepas pak soleh wafat, Mushalla yang dibangun dengan awal luas hanya untuk 4 shaf, kemudian menjadi 15 shaf dan dihibahkan kepada Kakaknya, namanya pak Edi. Nonin tak begitu pandai mengaji, tapi ia bisa. Usianya sudah 23 tahun. Ia tak pernah kenal dunia luar atau yang orang biasa sebut, dunia anak muda. Sejauh ini ia hanya melakukan hal hal seperti perempuan umum dikampungnya. Hidupnya hanya seputar bangun, kuliah, pulang. Ia memimpikan naik Kapal Laut, Pesawat Terbang, Kereta Api. Sesekali saat sepupunya pulang, ia akan ikut naik gunung Ijen yang tak jauh dari rumahnya. Itulah kepergiannya yang terjauh. Sekira 2 jam dari rumahnya yang berjarak 45 menit dari kota. Ia cenderung diam, tapi kau akan tahu bahwa sebenarnya ada banyak hal yang dia bicarakan dengan dirinya sendiri. Sesuatu yang tak bisa ia pertanyakan pada siapapun dilingkungannya. Termasuk bagaimana cara bertayamum.

Sekarang hari minggu, nonin tengah duduk didepan teras kelasnya. Ia sibuk dalam laman facebooknya. Jika kau ada didekatnya, kau akan tahu dia sedang men-scroll layar Hpnya pada sebuah grup dengan nama Komunitas Pendaki Gunung Indonesia. Ia sudah ada di grup facebook itu sejak 17 April 2016. Hampir 2 tahun sampai tanggal yang dikisahkan hari ini, 14 Maret 2018. Sudah cocok baginya untuk menyebut dirinya sendiri sebagai pendaki online. Kau bisa tanya padanya mengenai gunung manapun, mungkin ia akan terbata-bata sambil menjawab, tapi ia ingat setiap yang ia baca. Kepopuleran pendaki saat ini tentu tidak bisa diragukan. Apalagi semenjak sebuah Film mengenai persahabatan muncul dengan latar belakang sebuah gunung, membuat banyak orang beranggapan bahwa relationfriend goal adalah ketika kalian telah mendaki bersama, sebab kau akan tahu mana yang mana sifat teman-temanmu. Nonin yang hanya perempuan biasa saja juga tentunya boleh bermimpi bahwa suatu saat ia akan pergi semakin dekat dengan langit. Menapakan jejak pada bebatuan tatkala orang-orang sedang sibuk berkelekar menggumuli gulingnya. Nonin juga ingin melihat bintang jatuh yang tak pernah ditemukan di kota sebab banyaknya polusi udara, bahkan di desanya sendiri. Jika kau seorang pendaki, jelas kau akan tertawa. Karena yang kuceritakan adalah pemikirannya soal keindahannya saja. Tapi kau boleh coba tanya Nonin, ia merapal semua yang ia baca mengenai tracking jalur semua gunung yang sudah dibacanya. Gunung raung, kau jelas harus setuju bahwa sang megah itu masuk jalur pendakian terekstrim di Indonesia dengan Sirotol Mustaqimnya. Nonin tahu itu, internet membuatnya mampu berimajinasi akan basecamp pak soeto via kalibaru yang harus ditempuh dengan naik ojek apabila kau turun di stasiun kalibaru. Juga tentang track Gareng dan Semar yang berupa semak belukar, menanjak dengan pohon-pohon rindang. Kau akan mendapati tempat luas favorit para pendaki mendirikan tenda di pos 2. Masih mengenai jalur menuju pos 3 yang akan membuat kalian kembali mengingat, ini apabila kalian pernah kesana, nonin bisa membayangkan bagaimana jalur kalian akan lebih menanjak dari sebelumnya. Iya, benarkan? lebih menanjak lagi? Ia juga tahu bagaimana ia harus mempelajari cara tali temali, memasang tenda, memakai carabiner agar tetap safety. Imajinasi nonin luar biasa. Internet sungguh membuatnya percaya diri atas sebutan pendaki online yang ia sematkan sendiri. Kau boleh tak setuju, tapi bagi nonin, mimpi kedua terbesarnya adalah menapakan kaki di atas sang megah raung, untuk selanjutnya tahu kenapa ia harus bersyukur atas apa-apa yang tuhan beri.
"Assalamualaikum" ucap seseorang yang tak digubrisnya. "Assalamualaikum mbak nonin" katanya lagi, nonin baru mendongak ke arah suara. Seseorang itu ternyata laki-laki. Tingginya sekira 175 Cm. Tubuhnya kurus tapi atletis, kulitnya legam seperti terbiasa beraktifitas dibawah terik matahari. "Mbak nonin, saya Indra" katanya memperkenalkan diri tanpa diminta. "Saya cari pak Ahmad. Kata orang di TU, pak Ahmad lagi sama sampeyan, bimbingan skripsi. Iya?" Katanya sekali lagi menjelaskan. Nonin mengangguk tanda jawaban "iya". "Sekarang pak Ahmadnya dimana ya mbak?" Katanya lagi. Kali ini ia duduk, mungkin mencoba akrab. Sementara nonin masih berfikir "bagaimana ia tahu namaku?" Begitu gejolak seorang gadis virgo yang cenderung mempertanyakan hal-hal sepele. Nonin lupa bahwa ada name tag di tas yang ia letakan tepat disebelahnya, yang ia jadikan sekat dengan laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai Indra. Tapi sesaat kemudian ia ingat tentang name tag itu. Lalu meramal bahwa seorang laki-laki yang mencari pak ahmad itu pasti habis melihat tasnya. Padahal dikisah yang lain, indra diberitahu oleh seseorang di ruang TU. Katanya "ada perempuan tidak terlalu tinggi didepan kelas B-6, selalu memakai jaket parka hijau. Namanya Ica, tapi panggil dia Nonin atau pertanyaanmu tidak akan dijawabnya. Tanyakan saja pada dia". Nonin yang merasa harus menjawab pun mulai berbicara, "Pak ahmad sedang pergi sebentar membeli sesuatu. Sementara saya disuruh tunggu disini" jawaban yang sebenarnya "kamu tunggu sini saja", begitu kira-kira jika dijabarkan lebih santai. Nonin melihat laki-laki itu sebentar, dibalas dengan tatapan mata coklat milik indra. Nonin mengalihkan, indra mengakrab. Keduanya terlibat pembicaraan seputar semester berapa, tempat tinggal, atau kenal tidak dengan seseorang yang dimaksud salah satu dari mereka untuk selanjutnya berkembang ke hal yang tanpa diduga menjadi menarik. "Omong kosong pada pertemuan pertama ini mengasyikkan" begitulah kalau kalian bisa dengar isi hati mereka, keduanya akan sama mengharap pak Ahmad akan tiba lebih lama lagi, padahal keduanya sudah menunggu selama 18 menit. Tapi ternyata pak Ahmad sungguh datang 15 detik setelah pemikiran tadi. Nonin terpaksa pamit lebih dulu menemui pak Ahmad yang belum menyadari ada laki laki berumur 26 tahun disebelah mahasiswanya yang akan bimbingan skripsi ini.
Sepanjang 12 menit nonin beradu argumen mana yang mana harus dicoret dan dirubah pada skripsinya, ia sudah lupa dengan Indra. Laki-laki yang ia temui didepan ruang B-6 tadi. Nonin bukan perempuan yang akan langsung manut jika kau kata A, ia akan lebih dulu menjelaskan jika ia ingin B, bahkan kadang jika benar diumpakan bisa jadi keputusan jawabannya adalah C. IPKnya tidak cumlaude, tapi ia menguasai ilmu hukum di jurusannya dengan baik. Meski ia tak masuk dalam organisasi kampus, ia punya ruang demonstrasi sendiri dipikirannya. Politik, kesehatan, konspirasi, semua punya ruang sendiri di otaknya. Ia hanya tak pandai berbagi sesuatu kepada orang yang baginya tak akan mengerti, sebab hanya akan menimbulkan debat kusir, hal yang paling dia hindari.
12 menit yang dimaksud berlalu. Keduanya, pak ahmad dan nonin, menuai kesepakatan tentang mana yang harus nonin tambah dan kurang di skripsinya. Kali ini tidak ada lagi perdebatan. Nonin merapikan lembaran revisinya, untuk kemudian teringat sesuatu. "Pak ahmad, diluar ada yang mencari sampeyan". "Bayu?" Katanya langsung menebak. "Bukan. Namanya" sebentar ia berfikir mengingat sebuah nama "indra pak. Sepertinya kakak tingkat, karena dia kenal dengan mbak novi yang dulu anggota mapala". Pak ahmad menyerngit lalu menyusul berdiri, memastikan siapa manusia yang disebutkan mahasiswanya itu. Sementara dipikirannya sudah ada tebakan siapa yang nonin sebutkan. Nonin dibelakang pak ahmad yang berjalan 5 langkah lebih cepat. "Hei! Anak bujang! Suwi banget gak tau ketemu!" Katanya memanggil seseorang yang jika nonin menebak, orang itu Indra. Iya, pak ahmad dan indra bersalaman menunjukkan keakraban. Jika boleh menyimpulkan dari cara keduanya tertawa bersama, tubuh mereka sudah lama saling tidak menyentuh satu sama lain. Nonin yang sudah berpamitan dengan pak Ahmad dirasa tak perlu lagi bersalaman. Ia bergegas keluar menapaki lantai persegi menjauh dari keduanya, menuju tempat tas yang ia tinggalkan di depan ruang B-6 tadi. "Gimana, masih suka naik gunung?" Dengan jarak sekitar 5 meter, euforia keduanya jelas masih terdengar. "Masih pak, ini aja saya habis pulang dari Argopuro. Mampir kesini, kan kata sampeyan ada yang harus saya kasih" selepas kalimat itu, mereka berdua tertawa. Jika kau masih asing dengan kalimat sampeyan, akan kujelaskan. Sampeyan adalah panggilan bagi orang lain yang entah itu karena di segani, atau karena belum terlalu akrab. Kalimat ini sama artinya dengan anda, tapi versi bahasa jawa krama madya. Sementara nonin terdiam. Nonin seperti ingin memelankan pekerjaannya merapikan apa yang ia harus bawa di ranselnya. Dengan sadar, nonin ingin pembicaraan mereka terekam. Kau sudah tebak seputar apa? Iya. Pak ahmad dan Indra selanjutnya membahas mengenai pendakian yang tadi Indra ceritakan, Argopuro. Sang maha megah yang lain, gunung dengan trek panjang 40 km. Yang harus ditempuh kisaran 4-5 hari. Nonin ingin mengingat setiap pembicaraan keduanya. Tentang bagaimana indra naik lewat bremi dan turun via baderan, tentang bagaimana kemudian pak ahmad menimpali soal dewi rengganis sang cantik jelita hilang bersama 6 dayangnya. Aduh, keduanya makin akrab saat mengiyakan hutan ilalang di gunung argopuro, bahkan Indra begitu detail menceritakan sebuah tempat yang bernama Mata Air 2 menuju cikasur, yang berupa hutan rapat hingga kau akan merasa sedikit gelap meski hari masih siang. Nonin sungguh larut dalam ceritanya. Belum sampai nonin dengar lebih rinci tentang apa yang ia tunggu, ialah keindahan savana yang ditumbuhi rumput rumput dan beberapa bunga lavender, seperti yang pernah dia baca, pak ahmad justru merusak suasana dengan menawarkan indra pergi mengobrol di kantin. Nonin yang tadi tersenyum mengimajinasikan hafalannya langsung terdiam. Ia masih harus tahu mengenai cikasur. Ia ingin mendengar dari mulut indra. Eh, kenapa jadi begitu? Ucap nonin lagi-lagi berbicara sendiri. Tapi sungguh, moodnya buyar. Imajinasinya terhenti saat keduanya, pak Ahmad dan Indra bergegas menuju selatan. Menjauhi nonin yang ada di sisi utara. Seandainya nonin tahu. Mata laki-laki bernama Indra itu mengawasinya, seakan mengerti betapa kecewanya nonin bahwa ceritanya harus dihentikan. Nonin yang tengah berbicara sendiri, seandainya ia tahu, Indra menoleh saat menjauhi utara seakan ingin menyampaikan rasa maafnya sebab menggantungkan imajinasi nonin. Tapi nonin terlanjur tak lagi bergairah, ia memilih pulang berlawanan selatan, semakin menuju utara. Keduanya sama-sama membelakangi. Bedanya, nonin tak tahu, indra ingin berpamitan dengannya. Meski barang sekedar mengucapkan salam.

Menggapai RaungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang