II. Royal Princess

55 12 25
                                    


SAVANA hanyalah salah satu dari ratusan siswi di SMA Udara yang bermodalkan sifat cerewet dan ceria. Seorang Savana tidak akan pernah berhenti mengoceh jika mulutnya tidak disumpal oleh tisu ataupun kertas itulah menurut Siska, yang berperan sebagai sahabat Savana dicerita sederhana ini.

Namun kedua hal itu tidak berpengaruh apa-apa dalam kepopulerannya di SMA Udara karena selain cerwet dan ceria yang paling menonjol dari diri Savana adalah 'fisiknya'.

Tidak hanya dianugrahi fisik yang mendukung Savana juga memiliki pahatan wajah bak dewi yunani, dan karena itulah Savana selalu dibilang melakukan 'operasi plastik' pasalnya wajah yang dimiliki Savana itu cantiknya seperti tidak alami karena terlalu sempurna untuk diucapkan oleh kata-kata.

Menjadi buronan kaum adam sudah menjadi hal biasa bagi Savana apalagi mendengar ungkapan cinta dari pria-pria buaya yang membuat perut Savana mual. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.

Tidak hanya satu, namun hampir semua orang di SMA Udara beranggapan bahwa Savana itu ibaratkan sebuah api, hanya dapat dilihat namun tidak dapat untuk disentuh karena terlalu beresiko.

Banyak pria yang berulang kali menyatakan cinta pada Savana namun semuanya ditolak mentah-mentah dengan alasan yang menyayat hati sampai-sampai Savana diberi julukan 'Cabe Iblis' karena kata-katanya yang terlalu pedas untuk dicerna.

Contohnya, seperti saat ini;

"MINGGIR!"

Koridor yang sebelumnya dipenuhi suara riuh siswa kini menjadi hening kala suara gadis populer yang dikenal dengan nama Savana itu menggema disepanjang koridor. Para siswa yang berada di depan mading terpaksa untuk menepi.

Savana menghela nafasnya pelan seraya melangkahkan kakinya perlahan melewati segerombolan siswa yang menatapnya dengan bermacam-macam pandangan.

Gadis itu menaikkan satu alisnya kala melihat berbagai fotonya tertempel pada mading ditimpali oleh selembar kertas putih panjang yang bertuliskan 'Savana, I love you!'.

Savana berbalik, melihat sederet siswa dihadapanya. "Siapa yang berani nempel foto gue disini?"

Sebagian dari mereka menggeleng dan sisanya hanya diam tanpa berniat untuk menjawab.

Savana berdecih, hendak merobek fotonya yang tertempel pada mading namun terhenti kala suara bass dari seseorang dengan lantangnya bersuara.

"Gue!"

Savana kembali memutar tubuhnya hingga ia dapat melihat jelas siapa pelaku dari ulah kali ini.

"Gue yang nempel foto lo disitu Savana Aurelia Radiesta."

Untuk sesaat Savana terdiam, mencoba mencari sekilas ingatan tentang pria yang berdiri tidak jauh dari hadapannya saat ini.

Ah dia Rendi, nama dari pria menjulang tinggi dengan sebuket bunga mawar di genggamannya itu.

Saat Savana hendak bicara ia tersentak kala suara musik mulai mengalun mengisi hening yang terjadi disepanjang koridor, dan disaat itulah pria itu- Rendi menyampaikan ungkapan cintanya kepada Savana.

"Kala pertama kali kita bertatap mata, hatiku langsung berdetak dengan membara."

"Kukira itu hanyalah rasa kagum semata, namun ternyata dirimu sampai terbawa kealam mimpi indahku."

"Savana, kau ibaratkan sebuah matahari didalam hidupku. Tanpamu hidupku akan redup dan berubah warna menjadi hitam."

Dengan rasa percaya diri yang kelewat batas, Rendi terus mengungkapan kalimat puisi cinta untuk Savana menghiraukan banyak siswa yang sudah terbahak-bahak dengan puisi yang telah dibuat olehnya.

"Sumpah Van, dari sekian banyak, ini yang paling buat gue mual." Siska yang sedari tadi diam kini berseru seraya memperagakan gaya ingin muntah.

"Van tolong van aku mau pingsan, kata-katanya itu loh menyentuh hati gua banget." Sambung Laras yang langsung dihadiahi cubitan pelan oleh Siska.

"Dasar gak waras," seru Siska.

Savana memutar bola mata jengah, rasa mual mulai menguasai tubuhnya hingga saat Rendi akan melanjutkan kalimat selanjutnya Savana langsung menyuruhnya untuk berhenti.

"Udah stop! Mau muntah gua," ucap Savana. "Sadar diri bisa gak sih? Cowo yang gantengnya kaya Shawn Mendes aja gue tolak apalagi kaya tukang ketoprak macam lo, jangan mimpi deh!"

"Jika fisik masih menjadi pilihan lalu untuk apa hati diciptakan?" tanya Rendi, "Gue beneran cinta sama lo Savana, Will you be my lover?" sambungnya.

"Gausah sok inggris deh, bahasa indo aja masih blepotan. Gini ya ren, udah yang keberapa kalinya kalimat itu keluar dari mulut busuk lo itu? Bukan cuma gue, tapi seluruh dunia ini tau kalau lo itu 'PLAYBOY!" Ucap Savana yang berhasil membuat koridor dipenuhi oleh riuh tawa.

Rendi yang merasa sudah dipermalukan akhirnya berlalu pergi dengan ucapan akhir yang dituju untuk Savana.

"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cowo cupu!" Kalimat sederhana namun ternyata berefek besar bagi hidup Savana.

TBC
*****
jangan lupa tinggalkan vote,
kritik, dan saran nya.
20 views + 10 vote untuk next.

FAKE NERD IS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang