Duduk di beranda jalanan Kota.
Menyaksikan lalu lalang manusia
Yang tiap detik berlalu.
Atau bercengkrama pada debu.
.
Entahlah masih saja meragu
Menduga saja tak mampu.
Aku mungkin saja akan jatuh
Sebab debu terlalu lengah untuk bercengkerama pada menit yang kian sempit.
.
Hari ini adalah apa yang ingin kutulis
Tentang menjemput awan untuk lebih awam.
Tentang samar yang mengharap sejajar.
.
Dan..Aku masih lugu duduk sampai ada lengan yang menitah melangkah ke singgah sana.
Begitulah,kan kugenggam tanganmu hingga dingin terlibat.
.
Lalu,bisakah kau duduk disampingku dan kita akan menatap kebarat menyaksikan senja yang mulai mengarat.(Yogyakarta. 6 Agust '19)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialek Rasa
PoesíaJika bahasa mampu mengungkap rasa.Maka obrolan singkat kala itu kuanggap rasa yg berbahasa melalui canda.Sementara luka tetap saja menyelinap diantaranya.