Chapter Four

12.2K 455 0
                                    

*Zelina Point Of View*

Saat ini kami sedang duduk di bioskop menonton 'Hotel Transylvania', para lelaki ingin menonton Ted 2 tetapi Flavia tidak mau, dan tidak ada yang berani menyangkalnya. Aku duduk di sebelah Xavier sementara Flavia dan Gavin ada di kursi di depan kami.

Aku melihat Flavia menertawakan sesuatu yang dikatakan Gavin. Mereka terlihat sangat lucu bersama. Cara mereka memandang satu sama lain begitu mesra dan itu membawa kembali kenangan. Kenangan yang ku harap bisa ku lupakan.

Aku tidak bisa tidak mengingat kenangan indah yang aku miliki dengan Dean dan bagaimana bodohnya aku berpikir bahwa dia mencintaiku. Oh, bodoh sekali aku tidak memperhatikan apa yang ada di depan mataku. Aku tidak pernah bisa melupakan cara dia memandang adik perempuanku, bagaimana tatapannya selalu melekat padanya dan senyum menawan yang sepertinya hanya dia sediakan untuknya. Aku tidak mengira adik perempuan ku akan mengkhianati ku, tetapi aku salah.

Xavier tiba-tiba tertawa membuatku terkejut. Dia memiliki senyum lebar di wajahnya. Aku bertanya-tanya seperti apa hidupku jika aku membiarkan diriku mencintai lagi.

Xavier berbalik ke arahku dan senyuman itu segera hilang dari wajahnya. Aku tidak menyadari air mata mengalir di wajah ku sampai dia menggunakan ibu jarinya untuk perlahan menghapus air mata.

"Apakah kamu ingin membicarakannya?" dia bertanya dengan suara lembut

"Tidak," kataku, suaraku pecah

Ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih. Dia bergeser di kursinya menarikku ke arahnya sehingga aku bisa menyandarkan kepalaku di bahunya. Aku tidak bisa menyangkal senyum yang muncul di wajah ku.

Sungguh baik sekali dia mau mencoba untuk menghiburku. Aku meringkuk lebih dekat dengannya dan membisikkan terima kasih.

"Anytime" jawabnya dan tersenyum padaku

Mungkin aku harus memberinya kesempatan.

*Xavier point Of View*

Kami meninggalkan bioskop sekitar setengah jam yang lalu. Flavia ingin makan es krim yang adalah makanan kesukaannya. Aku mau protes tapi karena tatapan tajam dari Zelina dan Gavin aku dengan cepat berubah pikiran.

Jadi disini lah kami sekarang makan es krim jam sepuluh malam. Aku tidak mengerti kenapa kami melakukan ini, jadi aku menoleh ke Zelina dan bertanya kepadanya.

"Kenapa kamu setuju untuk makan es krim pada saat seperti ini?" tanyaku padanya

Dia tidak menjawab, dia malah melirik Flavia yang sedang sibuk berbicara dengan Gavin. Begitu dia menyadari bahwa Flavia tidak memperhatikan, dia memukulku di kepala.

"Ow! Apa itu tadi.."

"Shuss.. Jangan sampai Flavia mendengarmu mengatakan hal jelek terhadap es krimnya," ucapnya memotongku

"Apa? Kenapa?" tanyaku

"Itu sederhana" jawabnya "Dia suka es krimnya dan jika kamu mengatakan hal buruk tentang itu, dia akan menyakitimu"

"Kamu tahu kamu memiliki suara yang sangat indah, tidak heran kamu bernyanyi dengan sangat baik"

"Terima kasih," katanya, sedikit tersipu

Aku tidak bisa menahan senyum yang muncul di wajahku. Aku suka ketika bisa membuat wajahnya memerah. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan menunggunya tetapi aku tidak bisa, aku harus menjadikannya milikku.

"Zelina"

Dia berbalik menghadapku, wajahnya sangat cantik bak malaikat, aku tidak bisa menahannya. Aku membelai wajahnya dengan lembut. Aku tersenyum ketika dia bersandar pada bahuku dan menutup matanya.

"Dia menyakitimu, kan?" aku bertanya padanya

Dia membuka matanya untuk menatapku dengan kaget. Dia menatapku dengan ekspresi yang menyeramkan.

"Apa yang kamu bicarakan?" tanyanya berusaha bersikap tenang

"Kau tahu apa yang aku bicarakan," aku menatapnya tajam

Dia melihat sekeliling dan akhirnya menatapku dengan pandangan yang sendu. Hatiku hancur melihatnya seperti ini. Dia mengangguk menjawab pertanyaanku sebelumnya. Aku menghela nafas menatap penampilannya.

"Zelina, aku tahu kita belum cukup lama mengenal satu sama lain tetapi aku menyukaimu, aku sangat menyukaimu. Aku harap kamu akan memberiku kehormatan untuk menjadi pacarmu?"

Dia membuka matanya menatap mataku dan aku menjadi takut dia akan mengatakan tidak karena dia menjauh dari ku. Tidak lama dia mendekat untuk berbisik di telingaku

"Kurasa itu bukan ide yang bagus"

"Kenapa tidak?" tanyaku ikut berbisik

"Untuk menjadi pasangan kita belum mengenal satu sama lain begitu lama, kita bahkan baru dekat beberapa jam"

"Yah," aku berhenti sejenak untuk menenangkan diri, "Sambil berjalan kita bisa saling belajar dan memahami satu sama lain, itulah hubungan yang sebenarnya"

Dia melangkah menjauh untuk menatap mataku, lalu tenggelam dalam pikiran. Setelah beberapa saat dia tersenyum dan menjawab

"Oke, aku mau menjadi pacarmu"



.............................................................................................................................................


TBC


Semoga kalian suka part ini.. 

Maaf kalau masih banyak typo dalam penulisan, maaf juga kalau feel nya masih kurang dapet.

Jangan lupa untuk comment, vote, dan kalau bisa kalian share cerita ini ke keluarga, sahabat, teman, tetangga


Lots of love for all of you 



NNPNH

Possessive Billionaire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang