Chapter 1- Awal Pertemuan

698 78 6
                                    

Sunyi;



Satu kata yang dapat mendeskripsikan suasana taman rumah sakit sekarang. Ya tidak heran sih, toh sudah malam ini. Disaat pasien lain lebih memilih untuk menghabiskan malamnya dengan beristirahat, Akaashi memilih untuk mengunjungi taman rumah sakit. Hanya sekedar untuk duduk, menatap air mancur buatan sembari menyesap susu kedelainya.

Ahh, dia sangat ingin menyesap kafein. Ia sangat menyukai kopi, biasanya ia meminum minuman berkafein itu tiap malam— guna menjaganya agar tetap terbangun untuk menyelesaikan tugas kantor, namun sekarang dokter melarangnya untuk minum minuman yang mengandung kafein, guna menghindari agar penyakitnya tidak bertambah parah.

Exploding Head Syndrome, adalah penyakit dimana pengidapnya berada di situasi kepala terasa 'meledak'. Digambarkan sebagai proses shutdown otak, ibaratnya seperti komputer yang mati. Itulah mengapa Akaashi kerap kali sulit untuk tidur— ia selalu terganggu dengan kilatan cahaya terang, sesak napas, peningkatan denyut jantung, disertai dengan suara tembakan pistol, bom yang meledak, benturan simbal, atau suara keras lainnya ketika ia mencoba untuk tidur. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini, namun ada obat yang bisa mengurangi volume dari ledakan tersebut.

Sebenarnya, sindrom miliknya yang langka ini tidak perlu membuatnya dirawat inap. Namun dokter yang menangani Akaashi menyarankan untuk dirawat inap satu malam agar mendapatkan penanganan yang benar dan baik. Ia tidak menolak, ia tahu pilihan ini adalah untuk kebaikannya sendiri.

"Permisi, jika boleh tahu Anda pasien dari kamar nomor berapa? Izinkan saya untuk mengantarkan Anda kembali ke kamar, sudah hampir larut malam sebaiknya Anda segera kembali ke kamar."

Akaashi menoleh ke sumber suara, wanita dengan pakaian perawat tengah tersenyum kepadanya. Ia mengangguk, lalu bangkit dari duduknya dan jalan mendahului perawat tersebut. Sembari jalan, ia membuang botol bekas susu kedelainya ke tempat sampah yang ia lewati.

Astaga, suasana rumah sakit sangat membosankan. Lorong-lorong yang berada digedung bertingkat ini membuatnya tidak nyaman, hanya satu malam namun ia sudah ingin cepat-cepat untuk keluar dari sini.


















:
;


Drrtt drrtt...

Akaashi membuka kedua matanya perlahan-lahan, sesekali ia mengerjapkan matanya. Tangan kirinya bergerak untuk mengambil ponsel yang bergetar, ia mematikan alarm dan menyimpannya kembali ke atas nakas.

"Tadi malam aku tidur cukup nyenyak, sudah lama aku tidak merasakan perasaan puas seperti ini."

Akaashi meregangkan otot-ototnya, obat yang dokter berikan kepadanya cukup efektif. Walaupun ia masih bisa mendengar suara ledakan ketika ia berusaha untuk tidur, namun obat yang ia konsumsi dapat mengurangi volume ledakannya.

"Apa belum ada perawat yang mengantarkan makanan? Tumben sekali, kalau begitu aku mandi saja dulu," Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, mengambil handuk disenderan kursi dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini hari terakhir ia dirawat inap, ia akan keluar dari sini malam nanti. Masih ada waktu sore hari untuk mengunjungi taman rumah sakit terakhir kalinya.








Ramai;



Kondisi taman rumah sakit sore ini cukup ramai, tidak seperti dimalam hari. Akaashi memilih untuk duduk di pojok taman rumah sakit, menghindari sisi yang ramai. Ia tidak terlalu suka dengan tempat ramai karena itu membuatnya merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya.

Last Notes [BokuAka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang