"Ahh~ Kenyang sekali! Akaashi, ramen buatanmu sangat lezat! Bumbu apa saja yang kamu pakai? Pasti ada tambahan bumbu, kan?"
"Aku tidak menambahkan bumbu lagi, untuk apa menambahkan bumbu lagi jika bumbu ramen instan ini sudah enak?"
Bokuto terkekeh, telapak tangannya ia bawa untuk mengusap perutnya yang sedikit membesar karena kekenyangan.
Bagaimana tidak? Setelah menghabiskan satu mangkuk ramen dengan ukuran jumbo, ia memakan habis sepiring sushi yang Akaashi buat. Lanjut, ia meminum dua gelas susu plain.
"Yang benar, Akaashi~ Apa kamu menambahkan bumbu cinta ke dalam ramen ini sehingga rasanya begitu lezat?"
Akaashi tertawa kecil, ia mengibaskan tangannya di depan wajahnya, "Bisa saja kamu ini, Bokuto. Aku memasak dengan perasaan cinta, tentu saja karena aku suka memasak jadi aku menuangkan rasa suka itu kepada masakan yang aku hidangkan."
Bokuto mengangguk dan menopang dagunya dengan tangan kirinya, ia menatap Akaashi dan tersenyum, "Bukan karena rasa cintamu kepadaku?"
Akaashi memukul pelan dahi Bokuto, ia menghela napas dan berusaha menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah karena gombalan cheesy Bokuto, "Apa-apaan itu, tentu saja tidak."
Bokuto mengusap bagian dahinya yang dipukul pelan oleh Akaashi sembari mengerucutkan bibirnya, "Aisshh~ aku hanya bercanda!"
Akaashi mendengus pelan, ia membereskan alat-alat makan yang kotor dan membawanya ke dapur untuk ia cuci. Bokuto bergegas bangkit dari duduknya ketika melihat Akaashi membawa alat-alat makan tersebut, ia mengikuti langkah Akaashi dari belakang,
"Aku akan mencucinya! Kamu sudah memasak tadi, sekarang giliranku untuk bekerja!"
Akaashi menoleh ke belakang dan menatap Bokuto, kepalanya ia anggukan lalu kembali menoleh ke depan untuk menyimpan alat-alat makan yang kotor tersebut ke dalam wastafel, "Hati-hati, jangan sampai ada yang pecah."
"Ay ay captain!"
Akaashi tertawa kecil dan beranjak dari dapur, sebelumnya ia sempatkan untuk menepuk bahu lebar Bokuto, "Good boy."
Akaashi membersihkan diri sembari menunggu Bokuto selesai dengan cucian alat-alat makannya, ia duduk di kursi meja makan dan menyesap kopi susunya yang belum sempat ia habiskan tadi.
Matanya menatap ke ponsel Bokuto yang tergeletak di meja makan, layar kuncinya terbuka beriringan dengan bunyi suara notifikasi yang dikeluarkan oleh speaker ponsel.
One notification from 'Hinata 💗'
Ia hampir tersedak ketika melihat emot hati di belakang nama kontak tersebut.
Okay, katakan Akaashi lancang karena seenak jidatnya ia melihat layar ponsel seseorang yang baru dikenalnya. Tapi rasa penasarannya menang, mengalahi sikap sopan santun Akaashi yang seharusnya ia terapkan detik itu juga.
Ia menatap ke arah dapur, mendapati Bokuto masih sibuk dengan cuciannya. Ia kembali menatap ponsel Bokuto, haruskah ia ambil ponsel itu dan melihat pesan yang masuk?
Tidak, bodoh! Kamu tidak mempunyai hak untuk itu.
Akaashi menggelengkan kepalanya, tangan kirinya yang hendak mengambil ponsel Bokuto ia tarik kembali dan ia simpan di atas meja. Tangan kanannya ia pakai untuk menopang dagu, matanya ia pejamkan sebentar bersamaan dengan helaan napas kecil keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Notes [BokuAka]
Hayran KurguTidak ada hubungan serius, hanya terikat dalam komitmen dengan status yang tidak jelas. Mereka mendeklarasikan hubungan tersebut dalam buku catatan khusus. Lembar demi lembar mereka isi dengan coretan rasa, dan mereka berjanji akan mengisi buku cata...