Chapter 3 - Apartement

209 45 4
                                    

Bayangkan,








Mengelilingi kota dengan mengendarai motor pada malam hari bersama orang special, bukankah menyenangkan?















Huh, orang special, ya?
















Akaashi mencondongkan kepalanya ke depan agar ia dan Bokuto bisa mengobrol. Walaupun mereka hanya bisa mengobrol ketika jalanan sedang macet atau saat lampu merah menyala, karena jika mereka mengobrol saat Bokuto sedang melajui motornya sepertinya akan beresiko karena mata Bokuto harus fokus ke jalanan dan ke bibir Akaashi.

Agak pegal sih, mungkin karena Akaashi jarang berkendara dengan motor. Namun rasa pegal itu sedikit tertutupi karena ia menikmati moment ini.

"Aku ingin makan ramen. Bagaimana denganmu, Akaashi?"

Akaashi berpikir sejenak, "Sepertinya ramen tidak buruk, bagaimana jika kita makan di kedai ramen saja?"

Bokuto memasang pose berpikir, terima kasih kepada jalanan macet mereka mendapatkan kesempatan untuk mengobrol lagi, "Aku ingin ramen instan, ayo kita beli beberapa bungkus ramen instan dan memasaknya di tempatmu!"

"Ehh?! Mengapa harus ditempatku?"

"Sekalian mengantarmu pulang! Boleh, kan?" Bokuto memberikan puppy eyes nya kepada Akaashi. Ia yakin jurus memelasnya dapat berefek juga untuk Akaashi, karena selama ini belum ada orang yang tidak luluh ketika Bokuto memberikan tatapan itu.

Akaashi mengulum bibirnya, ia merasa gemas! Akaashi menghela napas dan mengangguk. Ia tidak bisa menolak, "Baiklah, anggap saja ini bayaran untukmu karena telah berbaik hati mengantarku pulang."

"Yahooo!! Hey, hey, hey!" Bokuto mengangkat kedua tangannya ke udara, untung saja ia bisa menyeimbangkan motornya agar tidak jatuh. Akaashi hanya menatapnya dengan senyuman geli terukir di bibirnya, ia tidak yakin kalau pria di depannya ini sudah berumur kepala dua.




Mereka melanjutkan perjalanan tanpa pembicaraan, Akaashi terlihat menikmati angin malam dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Bokuto fokus dengan jalanan, matanya sesekali melihat kaca spion untuk menatap wajah Akaashi.

Ia tersenyum, entah mengapa suasana malam ini memberikan euphoria yang berbeda untuknya. Seperti ada hal spesial di dalamnya, mungkin karena ia bersama Akaashi? Entahlah.

















:
;








"Kamu tinggal sendirian di apartement ini?"

Akaashi mengangguk, tangannya melepas kaitan helm yang dipakainya, "Iya. Orang tuaku ingin aku mandiri, jadi mereka menyuruhku mencari apartement untuk aku tinggali sendiri."

Bokuto membentuk huruf 'o' dibibirnya, "Apa kamu tidak merasa kesepian?"

"Tidak, aku menyukai tempat yang sepi."

"Kalau aku tinggal bersamamu bagaimana?"

Akaashi membulatkan matanya, ia tertawa canggung dan melihat ke berbagai arah, "Apa maksudmu?"

Bokuto hanya meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Hehehe, aku hanya bercanda."

"Kamu sangat suka bercanda, hm?" Akaashi mencubit kedua pipi Bokuto gemas, si empu pipi hanya terkikik. Kedua tangannya ia bawa untuk menggenggam kedua tangan Akaashi yang asik mencubiti pipinya, ia menjauhkan kedua tangan itu dari pipinya. Matanya menatap Akaashi dalam, seolah-olah mengunci tatapan Akaashi agar fokus dengan tatapannya.

Last Notes [BokuAka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang