[18] Bisik-Bisik

694 66 10
                                    

"Bang, anak kita akan tiga. Abang harus lebih perhatian pada kami." Prisil berkata dalam rangkulan Ray.

"Kapan pernah abang menyia-nyiakan kalian?" Ray menegang mendadak.

"Abang masih mengingat Izzy. Mengingat wanita lain, apalagi masa lalu abang. Itu bukan hal yang baik. Abang harus ingat, Prisil lagi hamil. Abang harus ingat. Akan terpengaruh sekali terhadap kesehatan Prisil dan calon anak kita." Prisil mengulang kata abang harus ingat dengan intonasi menekan.

Rangkulan Ray melonggar. Suasana hatinya berubah.

Ray berpaling dan menjauh, "Tidak ada urusannya hidup kita dengan Izzy, dek. Tidak ada Izzy di antara kita. Ingat itu."

Mata Prisil memerah. Memanas. Bulur bening jatuh, "Bang! Jangan pura-pura melupakan Izzy jika di hati abang masih ada Izzy!"

Ray menggebuk meja. Kesal.

"Kita sudah membahas soal ini, dek. Kita sudah berulang kali membahasnya. Bisakah kita tidak merusak kebahagiaan hari ini dengan Izzy?"

"Karena Izzy memang perusak segalanya, bang!" Suara Prisil meninggi lagi. Prisil terkejut dengan sikapnya sendiri. Dia tidak seharusnya begitu.

Ray beristighfar. Lalu meninggalkan Prisil di kamar. Sendirian. Mata Prisil memanas, bulir-bulir bening berjatuhan. Sudah dia duga, tidak akan pernah biasa saja jika sudah tiba pada pembahasan Izzy. Bahkan pada momen paling bahagia sekalipun.

🌆 🌆 🌆

Izzy membuka pintu flat, ucapan salamnya tidak ada yang menjawab. Dari dua pasang sandal di depan pintu, Izzy tahu Amjad dan Rehanna ada di sana. Izzy masuk saja, melewati koridor kecil dapur, dan kamar mandi mereka.

Sayup-sayup ia mendengar orang berbisik. Tepatnya orang yang berbicara pelan-pelan. Saking pelannya ia tidak bisa mengenali pemilik suara itu. Rehana sedang berbicara. Izzy pikir dia sedang bicara di telpon dengan keluarganya di Pakistan. Ternyata Rehanna sedang berbicara dengan Amjad.

Serius sekali mereka, sampai ia masuk dan mengucapkan salam tak terdengar.

Izzy penasaran. Apakah mereka membicarakan dirinya?

Izzy memilih bersembunyi di balik tirai. Berharap ia mengerti beberapa patah kata yang mereka bicarakan. Rehanna menyebut that stupid, that bitch, that girl. Izzy menebak Rehanna membicarakan dirinya, Lucy dan entah siapa lagi. Sementara Amjad menyebut she, her, Izzy. Tidak ada kata my Indonesian wife. Rasa penasaran menjebaknya untuk terus menguping.

Rehanna mulai mengeluarkan air mata. Ia menunduk lemas. Saat melihat Rehanna seperti itu, ada rasa kasihan yang dalam pada perempuan yang dia sebut kakak ipar.

Amjad hanya melihat Rehanna yang menangis sampai tubuhnya terguncang. Dada Izzy terasa sesak tanpa dia tahu mengapa.

Izzy berpaling, berbalik. Sepertinya kembali keluar lebih baik. Tepat saat pintu menutup, ketika Izzy tidak melihat dan keduanya tidak menyadari Izzy pernah di sana, Amjad bergerak merangkul Rehanna.

🌆 🌆 🌆

Ray membuka salah satu episode Shine Shane. Izzy memberi judul Laut pun Menangis Untukku. Didorong rasa penasaran, Ray membaca tulisan itu.

Shane berjalan ke depanku perlahan. Aku udah lihat dia dari jauh mencuri-curi lirik. Aku nggak ngerti lagi harus menjelaskan bagaimana. Ada duo cantik di sampingku. Mereka langsung melirik tanpa berkomentar apapun.

Detak yang Tak Pernah Berhenti (T.A.M.A.T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang