[3] Untingan Kenangan

1.6K 125 9
                                    

Izzy membongkar semua buku harian yang dia bawa dari Indonesia. Sudah dua jam lamanya. Akan tetapi tidak ditemukannya binder mungil ukuran A6 dengan sampul ilustrasi Card Capture Sakura. Buku harian ini penentu. Namun, entah dimana ia kini.

Buku harian itu adalah kunci. Seharusnya.

Izzy menyimpan nomor Ray di buku harian berbentuk binder. Itu pun jika Ray tidak mengganti nomor ponselnya dengan nomor baru.

Dua jam mencari. Dua jam pula dipelototi oleh Amjad. Lelaki ini mengawasinya seperti pekerja bayaran yang sedang melakukan kesalahan. Izzy ingin mengusir suami impornya. Tapi dia tidak ingin membuat Amjad curiga. Jelas dari tatapannya, dia penuh rasa ingin tahu.

Izzy putus asa. Apalagi ketika dia melihat masih ada satu kotak lagi di gudang itu. Kotak paling besar dengan label France Post.

Ah, ya! Izzy pernah mengirimkan semua buku dan barangnya dari Paris melalui ekspidisi pos. Dia tidak pernah membukanya sejak tiba di Zurich. Membuka lagi dus-dus ini seperti akan menambah pekerjaan saja. Tapi jika tidak, dia tidak akan pernah yakin dimana keberadaan buku harian penting itu.

Amjad menatap kesal pada istri setengah hati yang sedang menyibukkan diri ini. Dia gemas ingin membuang kotak besar itu keluar saat melihat Izzy tergopoh-gopoh menarik benda ini ke tempat yang lebih lapang.

"What are you doing, larkee?" Tanya Amjad kesal. Larkee (perempuan), kata ini sering dilontarkan pada Izzy ketika suasana hatinya memburuk. Terutama jika Izzy membuat masalah atau dianggap membuat masalah.

Izzy mengangkat bahu. Tidak perlu menjelaskan apapun pada lelaki ini. Sedikit pun tidak. Karena sekali dia membuat opini di kepalanya, selamanya opini itu tak akan berubah. Diam adalah emas.

"Hei, I am talking to you!" Suara Amjad meninggi.

"Ya! Aku tahu. Tapi kau bisa lihat sendiri aku sedang ngapain." Jawab Izzy kesal. Emosinya nyaris meledak. Dia tahan. Jika suasana hatinya berubah, dia bukan saja merusak hari yang sudah terlanjur bahagia. Dia juga akan melupakan nama yang membuatnya bahagia. Rayhan Hammadi Jamal.

"Digging box! What for?" Dengan wajah setengah tolol Amjad menunjuk kotak yang mulai dibuka plasternya dengan tangan kiri.

Izzy mengabaikan pertanyaan tidak penting Amjad. Dia keluarkan semua barang yang tersusun rapi dari dalam kotak. Pakaian, sepatu, tas, novel, buku, dan.... Buku harian itu ada di sana!

"Ya Allah! Alhamdulillah aku menemukannya!" Pekik Izzy girang dalam bahasa Indonesia. Ia mencium jurnal beraroma green tea ini berulang kali. Dia menemukannya.

"Oh, Allah! Why I marry to a crazy lady?" Amjad menggeleng-gelengkan kepala sambil meninggalkan Izzy yang masih berjingkrak-jingkrak di gudang.

Izzy membuka teras flat mereka. Nomor Rayhan ada di sana. Tanpa pikir panjang dia mengetik dua belas digit angka di ponselnya. Lalu menyimpan nama Rayhan Hammadi Jamal di kontak. Otomatis lambang hijau Whatapps muncul di sana. Izzy lega sekali. Lelaki itu aktif di platform percakapan sejuta ummat.

Izzy membuka-buka bukunya. Berharap ada petunjuk lain di buku tersebut. Ya, tentu saja ada. Di bagian lain Izzy menemukan alamat blog yang pernah dia kelola lengkap dengan passwordnya. Seketika Izzy ingat kalimat Ray sebelum mereka berpisah.

"Kita akan selamanya baik-baik saja. Apapun perasaan kamu pada abang, tulis saja, dek. Dengan begitu kita akan tetap baik-baik saja. Karena dek Izzy akan tenang dengan emosi yang tercurahkan. Abang pun nggak perlu sakit hati dengan perasaan adek," Ray mengucapkan kalimat ini di bandara. Ketika ia mengantar Izzy ke Brunei Darussalam. Ternyata pertemuan ini justru yang terakhir.

Setetes air mata Izzy jatuh di halaman buku harian yang terbuka. Sakit. Akan tetapi bukan sakit biasa. This is what people said addictive​ pain.

🌆 🌆 🌆

"Where are you going?" Izzy melirik Amjad yang sudah rapi dengan kemeja biru mudanya. Lelaki itu sudah wangi. Aroma musk menguar di udara.

Amjad tidak langsung menjawab. Dia mengambil ponsel yang sedang diisi daya. Kemudian dompet di laci nakas. Izzy mengulang pertanyaannya.

"Aku ada kelas tambahan," katanya tenang. Lalu menuju pintu. Sedetik kemudian dia berbalik lagi, "Malam ini kamu tidak perlu masak. Jika kamu mau makan di luar or delivery. Go ahead!"

Izzy mengangguk. Setuju.

Begitu Amjad keluar, dia langsung membuka laptopnya. Mencoba kembali log in blognya yang lama. Berharap dia bisa menemukan sesuatu yang bagus tentang masa lalu mereka. Meskipun dia yakin tidak ada kenangan tentang mereka. Dia dan Ray.

Aneh. Entah kenapa, semua tentang Ray terlupakan. Seperti terhapus oleh satu obat mujarab untuk move on.

Itu dulu. Sebelum dua malam lalu dia dipertemukan lagi dengan Ray dengan cara yang unik. Cara mainstream anti mainstream. Entah bagaimana lagi kosa kata yang tepat untuk diucapkan.

Untingan pertama yang ditemukan oleh Izzy bertanggal 19 Januari 2012. Izzy mengingat-ingat momen apa yang memaksanya menulis.

Izzy tidak berhasil mengingatnya. Mencoba melawan lupa, dia membaca untingan terakhir di halaman Ayu-Me itu.

Dia bukan masa lalu. Karena tidak pernah ada kenangan di antara kami.

Dia bukan masa lalu. Karena kami tidak pernah merajut apa-apa.

Dia bukan siapa-siapa. Karena dia bisa menjadi siapa saja.

Dia siapa?

Jantung Izzy berdegup kencang. Dia ingat apa yang terjadi. Tentang malam itu. Tentang sesuatu yang tidak ingin diingatnya.

Dia siapa?

Pertanyaan ini ditujukan untuk Ray. Setelah Izzy meyakinkan diri bahwa mereka teman baik. Bukan sepasang kekasih yang wajib memberitahu segala hal. Termasuk perempuan yang menghiasi foto sampul Facebook Ray. Meskipun hanya bagian belakang saja.

Dia siapa?

Sampai hari ini Izzy belum tahu dia siapa. Ray tidak pernah memberitahu pada Izzy dan Izzy tidak pernah memaksa Ray untuk memberi jawaban.

Dia tetap menjadi pertanyaan besar di dalam hatinya. Hanya dengannya Izzy bisa membuat keputusan tergila dalam hidup.

Meninggalkan negeri untuk menggapai mimpi dan pembuktian. Sekaligus mewujudkan dukungan yang Ray berikan untuk Izzy.

Hanya karena Ray pula, dia menyerah untuk Paris. Pindah ke Zurich dan membuat keputusan konyol dengan menikahi Amjad . Lelaki yang pernah dia pikir bisa menggantikan Ray di hatinya, tapi ternyata tidak. Lelaki yang bisa memberikan kebahagiaan lebih banyak dari yang bisa Ray lakukan. Ternyata belum.

Di sini, di depan layar laptop yang menyala, Izzy masih termenung. Apa yang harus dilakukan dengan kehidupan Ray dan dirinya yang sudah terisi nama lain.

🌆 🌆 🌆

Detak yang Tak Pernah Berhenti (T.A.M.A.T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang