"Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
menangis tertawaBiar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia."(Melukis Senja by Budi Doremi)
💕 💕 💕
"Ketemu! Kak Fairel! Zac!" seru Anne lantang. Langkah-langkah berderap menjejak lantai, disusul tawa ceria yang membahana sepenjuru rumah. Telapak tangan Anne lantas menepuk dinding sebagai tanda kemenangannya."Ye, ye, ye, yeeeee!" Gadis kecil itu menari-menari gembira.
"Yaaaah...." Fairel dan Zac duduk terkulai di sofa.
Anne menertawakan mereka tanpa ampun, "Sembunyinya di bawah meja makan. Bareng-bareng lagi. Ya jelas aja gampang banget ketemunya. Hahaha!"
"Udah, ah. Aku nggak mau main lagi. Nggak asyik!" Zac merengut, membuat tawa Anne semakin deras untuk mengejek kembarannya.
Wajah Fairel ikut-ikutan menekuk. "Iya, nih. Mending kita main Lego aja yuk, Zac."
Giliran Anne yang memberengut. "Ih, kalian berdua yang nggak asyik!" Gadis kecil itu mengangkat wajah lalu melengos meninggalkan Fairel dan Zac yang terkikik-kikik.
Flora mengulum senyum. Sejak satu jam lalu menyaksikan tingkah anak-anak dari dapur, menyemarakkan suasana rumah yang biasanya sunyi sepi. Anne dan Zac menjadi pengunjung tetap rumahnya dan Dicko. Minimal dua kali sebulan mereka datang untuk bermain di akhir pekan.
Sementara Fairel hanya sesekali datang. Anak itu sudah memasuki usia pra remaja, jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Kali ini dia datang karena ingin meminta bantuan Dicko membuat maket sederhana untuk tugas sekolahnya.
Maria dan Andreas sangat berterima kasih atas kesediaan mereka menerima Anne dan Zac. Terutama Maria karena dia bisa lebih fokus mengasuh anak ketiganya yang kini berusia enam bulan.
"Need help?" bisikan lembut tepat di telinga kanannya membuat Flora terkinjat. Dua tangan kekar merengkuh erat perutnya.
"Jangan ngadi-ngadi ya, Pak Dosen. Ada anak-anak." Flora melepaskan tubuhnya dari pelukan Dicko lalu detik berikutnya mendaratkan tepukan yang cukup keras di pantat kiri lelaki itu.
"Aduh!" Dicko meringis sambil mengusap-usap pantatnya yang berbalut celana katun pendek. "Galak amat. Anak-anak lagi main di lantai atas, kok."
Flora memeletkan lidah pada suaminya, "Mending kamu bantuin aku finishing setup roti ini, deh."
Dicko mengekeh. Niatnya memang ingin membantu sang istri mempersiapkan camilan sore. Akan tetapi, melihat Flora yang asyik berkutat dengan masakannya justru membuatnya terlihat seksi dan Dicko tak tahan untuk tak menggoda.
"Anne dan Zac nggak jadi nginap malam ini. Andreas lagi di jalan mau jemput mereka," ucap Dicko seraya menuangkan vla keju dengan bersemangat ke atas tumpukan dua lembar roti tawar di dalam wadah persegi.
Nada suaranya terdengar ceria. Dia bahkan bersiul-siul dengan nyaring.
Kening Flora berkerut. "Tumben nggak ngeluh? Biasanya kamu paling happy kalo mereka nginap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Up (Sekuel Flora-Dicko)
Ficción General"Pemenang The Wattys 2018 kategori The Wild Cards" Flora mengira, hubungannya dengan Dicko akan baik-baik saja. Namun, segalanya menjadi runyam. Malam pertama mereka yang seharusnya indah berubah menjadi bencana. Traumanya masih bersisa. Sifat cembu...