KINARA

[4]

"Kinara,"

"Ya," Aku sedikit tersentak ketika seseorang menyentuh lenganku. Berpaling menatap Gladis--putri Mina Usu yang berdiri tepat di sampingku.

"Ada apa?" 

Gladis tersenyum tipis, lalu mengambil duduk di sebelah. 

"Tidak, hanya kamu sepertinya banyak pikiran." Tembaknya tepat.

Aku menyeringai.

"Terlalu kentara kah?" Gumamku dengan nada bertanya. Gladis tersenyum lebar. Matanya berbinar-binar.

"Awalnya ku pikir tidak ada salahnya menebak, namun ternyata benar. Woah, tidak sia-sia." Ah, shit. Sama seperti membuka rahasia sendiri. Padahal kau berjanji menyembunyikannya. Bukankah kadang diri juga menghianati? Yeah.

Dengan gerakan ringan telapak tanganku mengelus rambut hitam lurus Gladis yang panjangnya hingga pinggang. Sedangkan otakku menimbang apakah mengeluarkan unek-unek atau malah mendiamkannya seperti yang sudah-sudah.

"Yeah, kau benar. Semudah itu ya menebaknya?" Rasa penasaranku belum juga hilang. Hah, ingin tertawa rasanya. Namun tertawa entah untuk apa?

"Kau tau pria yang beberapa hari lalu adu argumen denganku?" Tanyaku serius. Sepertinya masalah ini harus ku cari solusi. 

"Ya, tentu. Kenapa memangnya dengan dia Kak?" Gladis menyahut penuh minat.

"Seberapa penting dia di desa ini?" 

Gladis terdiam sebentar tampak mengingat-ingat.

"Seingatku sepenting itu, Kak." Hah, maksudnya?

Baiklah, aku sedikit tidak ngeh?

__

Raut wajah Mina Usu tampak sedih ketika ku beritahu jadwal kepulanganku. Namun bagaimana lagi, perasaan tidak nyaman menjeratku yang entah kenapa itu.

"Kenapa buru-buru sekali, bukankah masih tersisa sepuluh hari lagi?" Tanya Mina saat itu.

Aku tersenyum hambar. Bingung menjelaskannya.

"Ada sedikit urusan yang belum terselesaikan Mina." Alibi ku. Dalam hati meringis karena telah berbohong pada wanita ini.

Astaga, setakut itukah aku?

__

Baiklah, disini gua sedikit ragu akan part ini.

Mina dalam Bhs Dayak ; Tante/Bibi