sleeping beauty

1.2K 124 3
                                    

Nanti aku samper di rt (ruang terbuka; kea tempat banyak bangku, outdoor gitu) fakultas ya kak. Wuf ya

Johnny membaca pesan itu kemudian segera berjalan menuju ruang terbuka fakultas untuk menemui kekasih mungil dan berharap penuh dapat mencuri satu dua kecupan dari kekasih mungil nya.

***

Aku sudah lupa sudah berapa lama aku duduk menunggu Ten dengan meladeni obrolan tak berarah antara aku dan seperti nya adalah satu dosen fakultas seni. Diriku bukanlah pembicara yang baik dan tidak pernah tahan untuk bermuka dua hanya sebuah pembicaraan yang benar-benar ku jauhi untuk saat ini.

Masa depan.

Ibu ku berkata pada ku suatu hari, hiduplah untuk besok, berpikirlah untuk besok. Singkatnya YOLO –you only live once kurang lebih seperti itu.

"Jadi mas, kalo dilihat-lihat mas nya pasti udah punya calon" ucap nya dan aku hanya bisa tersenyum kecil menanggapi pertanyaan nya. Aku hanya menerawang jauh untuk pertanyaan itu.

Mungkin iya, calon saya itu salah satu mahasiswa bapak, mungkin jika bapak adalah dosen seni rupa. Nama nya Chittaphon Leechaiyapornkul.

"Haha bapak bisa saja" ucap ku final. Tak mudah memang untuk berkata apa yang kuinginkan untuk saat ini. Aku mengetukkan kaki ku untuk menghindarkan diriku dari rasa gundah dan rasa bersalah ku pada Ten.

Orang tua ini sangat mengganggu, pikir ku sendiri.

Aku menegakkan tubuh ku dan memastikan pengelihatan ku sendiri ketika aku melihat sosok Ten sekilas dan seperti nya ini hanya perasaan ku saja.

Aku hendak mengambil ponsel ku namun tertahan dengan pertanyaan pria tua yang ada di samping ku dengan hembusan tembakau milik nya. Aroma tembakau dan cengkeh nya begitu kuat hingga aku bertaruh pada diriku sendiri akan kadar nikotin didalam nya.

"Kamu nunggu seseorang?"

"Iya, pak"

"Teman, atau pacar? Oiya kamu anak biotek ya?"

Pacar pak. Oh Tuhan.

"Iya pak, saya anak bioteknologi" jawab ku final tanpa menjawab pertanyaan pertama nya. Aku menahan diriku sendiri hingga aku merasa sosok separuh baya dihadapan ku ini mengetahui bahwa aku benar-benar merasa terganggu dengan segala pembicaraan ini.

"Mas, mumpung rokok saya tinggal dikit saya pen ngomong bentar" ucap nya setelah menghembuskan seluruh asap rokok nya. Jeda antara nya cukup lama hingga sebuah petuah itu keluar diawali dengan sebuah tarikan napas yang cukup panjang.

"Mas buruan menikah, kalo semakin nunda, kasian sama istri sama anak nya besok. Gap nya kejauhan. Saya udah tua, paling tidak saya tau apa yang dirasain sama ibu bapak nya mas. Mereka pengen lihat mas bahagia, punya anak gitu mas. Pokok nya saya tungguin bahagia nya mas nya"

Aku terdiam mendengar ucapan sosok yang ada dihadapan ku. Seluruh tubuh ku menegang dan pikiran ku melayang tentu saja pada sosok Ten yang kini tersenyum penuh berjalan mendekati bangku yang sedang ku duduki.

Aku hanya menatap nya sendu. Entah mengapa, perasaan yang paling ku benci ini selalu menghantuiku.

"Ini kunci nya" ucap nya kemudian memberikan ku sebuah kunci kos milik nya. Aku masih dalam pikiran ku, tentu saja. Kudapati Ten kini sedang bercakap kecil dengan sosok paruh baya yang ada dihadapan ku.

backstreet-an; johntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang