skippy

714 99 6
                                    

*tyda diendorse

"Morn' babe" ucap Ten pada ku, sapa nya terdengar lemah dengan mata sayu nya yang menatap ku penuh. Aku tersenyum membalas nya dan mengambil alih bawaan nya yang terlihat berat. Mengambil kantung plastik hitam besar itu lalu mengencangkan ikatan nya dan menggantung nya pada hanger motor matic milik Winwin.

"I miss you"

"Miss you too"

"You look adorable today"

"Indeed"

"Gimme a kiss plz" Ucap ku seraya menatap sosok mungil yang kini sibuk dengan ponsel nya. Tak kunjung mendapat jawaban, aku mendekati nya hingga ia mendorong ku kecil dan menjauhi ku.

"Aku bau"

"Udah gosok gigi kan? Biasa nya jug-"

"Jan disini, sabar dulu ya bapak" Ucap nya sambil tersenyum kecil.

"Sekalian bawa kanvas bisa ga?" tanya nya lagi pada ku dengan tatapan memohon milik nya. Ia terlihat menyedihkan dengan kaus longgar dan rambut acak-acakan milik nya.

"Besar ga? Kenapa ga bilang sih?" jawab ku dan ia nampak sedang merutuki dirinya sendiri seraya membenahi letak tas nya.

"Kira-kira aku bisa bawa nya ga? Kalo bisa, ga papa bawa aja. Kalo ga bisa, nanti balik sambil bawa mobil" jawab ku kemudian mengambil tas lengan nya dan di jawab dengan senyuman kecil milik nya.

"tungguin" ucap nya kemudian melenggang begitu saja meninggalkan ku dan dapat kudengar suara teriakan nya seraya obrolan teman-teman nya. Kemudian aku menaiki motor dan menyalakan motor.

Aku menunggu cukup lama. Kemudian aku kembali mematikan mesin motor dan menghabiskan waktu dengan mengamati beberapa lukisan dan mural yang sengaja di gambar pada dinding gedung fakultas. Terlihat begitu bebas, seperti kekasih nya.

"Mas nya," Aku terherenyak dan mendapati sosok mungil favorit ku datang dengan tiga buah kanvas berukuran sekitar A3 dan sebuah botol transparan bertutup warna biru ada pada tangan kanan nya.

"Sudah semua?" Ucap ku.

"Buru naik gih" ucap ku yang kemudian Ten menaiki motor dan kami berkendara keluar dari lingkungan fakultas seni. Menyusuri jalanan kampus yang sedikit ramai di minggu pagi. Berbicara hari minggu pagi, benar, Ten menghabiskan banyak malam nya di studio untuk persiapan PKKMABA dan festival seni fakultas.

"Kak John?" panggil nya ketika kami berada di dekat gerbang utama kampus.

"Iya?" jawab ku sedikit berteriak seraya berkonsentrasi untuk tikungan berikut nya.

"Ga jadi hehe"

Seperti sebuah kebiasaan bagi nya ketika ia sedang banyak pikiran.

"Kamu pengen makan apa? Di kontrakan cuman ada Yuta sama Winwin. Gaada makanan" tanya ku kemudian dan kurasakan tangan nya mencengkram erat ujung kaos ku hingga jawaban yang benar-benar ku tunggu itu keluar dari nya.

"mcd" cicit nya kecil.

"Hah? Ga kedengeran" jawab ku jahil.

"EMSIDII"

"nah gitu, kalo ditanyain jawab nya yang keras"

Aku tertawa kemudian ketika aku mendapati dirinya merengut sambil menunjukkan wajah malas nya. Aku mengambil jalam pintas –dan melawan arus (jangan ditiru!) kemudian berhenti diparkiran motor dan mematikan mesin. Aku sempat berpikir bahwa motor Winwin sangat berkerja keras pagi ini untuk ku dan Ten.

Ten kemudian menaruh kanvas nya di totebag milik nya dan membiarkan nya tergantung dalam hanger motor dan berjalan meninggalkan ku dan berbelok dan membuka pintu tanpa menunggu ku sama sekali.

Aku mendapati tangan nya masih membawa sebotol selai kacang hingga anterean itu sepi dan kami memesan lima buah sarapan bungkus dua gelas teh hangat ­pasti berakhir menjadi teh panas.

"Mbak kola ny-"

"No coke, Ten" potong ku dan hal itu benar-benar membuat mood nya anjlok.

"Its 9 am, God! Youre being too muchie, Grizzly"

"Ice cream?" lanjut nya yang masih mencoba menawar.

"Fine" ucap ku final seraya membaya dan menunggu seluruh pesanan ku datang lalu membawa baki menuju kursi kosong terdekat.

Ten datang dengan es nya juga sebuah selai kacang yang kali ini membuatku sedikit iritasi.

"Selai kacang nya kenapa ga ditaro di motor aja si?"

"Kebawa" ucap nya sewot. Kemudian kami memakan sarapan kami dan Ten masih belum menyentuh eskrim nya.

Aku mengunyah sarapan bungkus ku hingga prilaku Ten barusan membuat ku terhenti dan tersedak.

Ten membuka botol selai kacang nya dan memasukkan es krim nya kedalam botol hingga membuat es krim yang tadi nya putih bersih kini berwarna cokelat muda dengan bentuk yang sangat aneh.

"What the fuck. God, babe, THAT GROSS" ucap ku tiba-tiba yang membuat Ten semakin membuat nya semakin buruk.

"Like a shit hehehe"

"Not funny" ucap ku yang mencoba tidak mempedulikan nya.

"Ten, stop it"

"Stop it, NOW" Baiklah, aku sangat terganggu saat ini.

"Ten, no shit" ucap ku berulang.

"Fuck you" Balas nya.

"Youre annoying"

"Then we should make out sometime" ucap nya yang sangat terdengar menyenangkan untuk ku.

"CALL" Ucap ku yang membuat Ten membalakkan mata nya.

"OH MY GOD, YOU JUST- WHAT?" teriak Ten kemudian dan aku merasa kembali menghancurkan pagi indah milik orang lain dengan membuat mereka mendengarkan percakapan super aneh kami.  Setidaknya berharap tidak ada orang yang mendengar ucapan nya dan kekasih nya barusan.

Muka nya memerah hingga ketelinga dan kini Ten benar-benar memakan makanan nya dengan tenang. Aku merasa berhasil kali ini.

"Gapapa, emang kamu lagi sibuk bet akhir akhir ini. Kangen itu"

"Apaan anjeng" Desis Ten.

"Kangen grooming kucing"

"Hah?"

"Pulang kontrakan, nanti mandi terus aku pijitin sambil kamu nya maskeran ya? Mau?" Tawar ku dan hal itu membuat nya memicingkan mata nya pada ku.

"Bisaan ya, ntar pasti ngejatah" Ucap Ten seraya mengunyah sarapan bungkus nya brutal dan aku hanya bisa tertawa mendengar nya.

Seberuntung itu memang bersama mu sayang, hingga aku sebahagia ini, ucap ku pada diri ku sendiri seraya menikmati usapan lembut jemari kiri nya pada tangan kanan ku.



backstreet-an; johntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang