F-cked up. Taeyong is so f-cked up.
Keadaan Taeyong terlihat sangat buruk. Ia tidak tidur semalaman, lingkar hitam di bawah matanya terlihat jelas. Ia tak berhenti menggigiti kukunya―ia tampak panik. Beberapa kaleng susu dikeluarkannya dari lemari pendingin untuk menenangkan diri, tapi berakhir hanya menjadi pajangan karena ia tak bernafsu untuk menelan sesuatu. Helaan napas berat sudah ratusan kali dihembuskannya.
Once again, he's so f-cked up.
Yuta melihatnya. Melihatnya melakukan percobaan pembunuhan pada Jung Jaehyun. Melihat profesi Lee Taeyong yang sebenarnya. Selama ini ia selalu berhasil membunuh targetnya tanpa saksi, tanpa bukti yang membuat reputasinya cukup terkenal di bisnis ini. Tapi kenapa, sekalinya gagal, sekalinya ada saksi atas aksinya, harus Yuta yang melihatnya. Kenapa harus Yuta? Satu-satunya manusia hidup yang Taeyong ingin lihat untuk terus hidup.
Apalagi lawannya adalah Jung Jaehyun, direktur utama Jung Corp. Ah, mereka pasti akan melaporkan aksinya pada polisi. Yuta tahu tempat tinggalnya, kontaknya. Mudah untuk menemukannya. Sekali ia tertangkap, ayahnya mungkin bisa melakukan sesuatu tapi... lawannya Jung Corp, loh. Daripada menuruti organisasi kriminal milik ayahnya, tentu polisi akan lebih memilih untuk memihak Jung Corp dan uang mereka yang melimpah. Tak peduli seefektif apapun ayahnya dapat menyelamatkannya, memihak Jung Corp akan jauh lebih menguntungkan kepolisian. Jalan paling cepat untuk lolos dari masalah ini adalah membungkam saksi sebelum mereka melapor aksi percobaan pembunuhan.
Taeyong mengerang lagi. Di situlah letak masalahnya.
Saksinya adalah Yuta.
Bagaimana mungkin ia bisa menghabisi Yuta?!
Taeyong menjambak rambutnya frustasi. Tidak ada pilihan lain. Taeyong harus kabur, meninggalkan flat-nya―bahkan membakarnya bila perlu, pura-pura mati lalu membuat identitas baru agar jejaknya hilang total lalu... meninggalkan Yuta.
Satu helaan napas berat lagi dihembuskannya.
Apa ia benar-benar harus menjauh dari pria jepang itu? Satu-satunya orang yang akhirnya membuat Taeyong merasa hidup? Ya, pikiran penuh dilema inilah yang membuat Taeyong masih terdiam di flat apartemennya. Bukannya kabur untuk menghilangkan jejaknya dengan segera.
Kenyataannya, Taeyong tidak mau pergi. Ia tidak mau pergi dari Yuta. Ia masih ingin bersama Yuta.
CKLEK!
Suara pintu terbuka mengagetkan Taeyong sampai tersentak. Siapa yang membuka pintunya? Tak satupun orang tahu passcode miliknya, Yuta bahkan tidak tahu, rekannyapun tak satupun yang tahu. Apa polisi sudah bertindak? Taeyong meraih pistol yang selalu bersamanya sejak semalam. Ia melangkah pelan ke balik tembok, bersiap menyambut siapapun yang datang.
Tetapi, dari suara langkah kakinya, hanya terdengar... satu orang? Dan suara langkahnya terdengar normal, tidak mengendap-endap seolah bermaksud menyergapnya ataupun buru-buru bermaksud mengejarnya. Kalau dipikir-pikir dari suara pintu yang terbuka tadi, orang ini tidak bermaksud untuk datang diam-diam. Orang ini ingin Taeyong menyadari kedatangannya. Apakah jebakan? Tidak, jebakan sekalipun orang akan lebih hati-hati dengan langkahnya. Atas pemikiran itu, Taeyong simpulkan orang ini tidak bermaksud melakukan hal buruk padangan. Karena itu ia menurunkan handgun-nya lalu berjalan santai untuk menemui tamunya.
Oh, benar, 'kan. Tamunya adalah Yuta.
Yuta datang dengan pakaian kasualnya yang biasa. Kemeja bercorak dan celana jeans berwarna gelap. Yuta menatap Taeyong dengan siratan yang sulit dijelaskan.
"Kau bisa masuk dengan mudah." Taeyong memecah keheningan.
Yuta mengangkat bahu. "Sistem keamanan di gedung ini jauh lebih rentan dibanding rumah Jaehyun. Cukup mudah untuk mendapatkan passcode-mu." Mata Yuta bergulir pada pistol yang ada di genggaman Taeyong. "Dan kau sangat waspada, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destructive Dilemma [ YuTae ]
FanfictionPremis-premis yang terbentuk dari fakta yang terkuak, menghasilkan pilihan yang tak satupun menguntungkan. [ Assasin!Taeyong x Bodyguard!Yuta ] Discontinued karena authornya ga berani nulis real person slash lagi.