"Tidak ada racunnya, kok." Taeyong akhirnya menyajikan dua cangkir teh pada tamunya.
Doyoung memberikan senyum sopan pada Taeyong sebelum mengambil teh itu dan menyeruputnya. Sedangkan Yuta tidak berminat pada teh, malah beranjak dari duduknya menuju dapur milik Taeyong. "Aku mau kopi," ujarnya singkat menjawab pertanyaan tak terucap dari dua makhluk hidup lain di sana.
Doyoung melongo melihat tingkah Yuta yang seenaknya. "Dia memang sudah menganggap tempat ini seperti rumah sendiri." Taeyong menjelaskan begitu melihat Doyoung yang menatap Yuta begitu heran. Karena Yuta tidak mau tehnya, Taeyong mengambil teh itu.
Berkat penjelasan singkat Taeyong, lelaki yang memiliki paras mirip kelinci itu mengangguk paham.
"Lalu? Ada apa mengikuti Yuta menemuiku?"
Doyoung terdiam sejenak mimikirkan kata-kata yang tepat untuk memulai mengutarakan maksudnya. "Aku mengetahui siapa dirimu."
Pria tampan itu mengerutkan dahinya. Maksudnya, Kim Dongyoung ini tahu jika ia seorang pembunuh bayaran yang ditugaskan Lee Manbok untuk membunuh Jung Jaehyun? Sebenarnya tidak terlalu mengejutkan mengingat fakta bahwa Yuta membawanya ke sini. "Ah...? Dan, ada apa dengan itu?"
Doyoung menggeleng, seolah ia merasa Taeyong tidak menangkap maksud perkataannya. "Aku mengetahuimu lebih dari yang kau kira," koreksinya.
"Maksudmu?" Taeyong semakin bingung.
"Peristiwa bom bunuh diri 20 tahun lalu, aku menabrak seorang anak lelaki yang membawa tas besar. Aku tidak sengaja melihat luka bakar di perut lewat kaosnya yang terangkat."
Sekilas, Taeyong membelalakkan matanya. Bagaimana bisa pria ini―tidak, Taeyong harus mengontrol dirinya. Ia tidak boleh terlihat panik. "Apa hubungannya denganku?" Ia pun memutuskan untuk pura-pura tidak mengerti.
"Yuta pernah pamer partnernya saat ini memiliki luka bakar di perut."
Taeyong menatap Yuta yang baru datang menghampiri keduanya sehabis menyeduh kopi di dapur Taeyong. Yuta ini, sebenarnya mulutnya cukup ember juga, ya. "Hah? Ada apa?" tanya Yuta heran, baru datang sudah ditatap seperti itu.
Ia memilih mengabaikan Yuta, fokus pada konverasinya dengan Kim Dongyoung ini. "Lalu kau beranggapan itu aku hanya dengan luka bakar di perut?"
"Tidak, wajahmu persis dengan bocah yang kulihat 20 tahun lalu. Kalau kau bisa mengizinkanku melihat perutmu, aku bisa memastikan apakah luka bakarnya sama atau tidak."
"Itu bukan sesuatu yang dipastikan oleh ingatan seorang bocah berumur sekitar 8 tahun dari 20 tahun lalu." Konyol sekali mengandalkan ingatan masa kecil. Mengingat wajah orang asing yang kau temui lima menit lalu saja belum tentu ingat. Bagaimana mungkin mengingat wajah seorang yang kau temui 20 tahun lalu?
"Ya, tapi ini ingatan dariku."
Taeyong mengkerutkan dahinya.
"Aa, Doyoung punya kemampuan hypermemory. Sekali mengingat ia tidak akan pernah lupa." Yuta memberi jeda. "Dons, kenapa kau mengatakan ini padanya?"
"Menunjukkan bahwa aku ingin percaya padanya dengan mempertaruhkan kemampuanku yang kusembunyikan."
Yuta dan Taeyong tampak bingung. Yuta tak menyangka jika Doyoung bertindak sejauh itu sedangkan Taeyong masih tidak bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini.
"Bagaimana kalau aku menyewamu untuk membunuh Lee Manbok?" Doyoung mengatakannya dengan tegas.
Taeyong membulatkan matanya. Oh, ini lebih mengejutkan dari pengakuan Doyoung soal hypermemory yang mengingat sosoknya dua puluh tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destructive Dilemma [ YuTae ]
FanfictionPremis-premis yang terbentuk dari fakta yang terkuak, menghasilkan pilihan yang tak satupun menguntungkan. [ Assasin!Taeyong x Bodyguard!Yuta ] Discontinued karena authornya ga berani nulis real person slash lagi.