"takdir itu tak pernah salah jalan, ataupun telat waktu. semua akan berjalan, sewajarnya."
• • •Pagi itu udara kota Bandung terasa sangat sejuk, membuat hati seorang gadis cantik dengan seragam sekolahnya yang dibaluti sweatshirt pink itu jadi lebih berwarna. senyum manis merekah dengan apik dari bibir tebalnya, bergandengan dengan pipinya yang selalu saja merona saat pagi tiba. salah satu fakta yang sudah banyak diketahui, kalau setengah lingkaran yang tercetak sempurna di wajahnya itu selalu membawa energi semangat untuk semua orang yang berada di sekitarnya.
ia duduk manis di depan meja riasnya, menyisir dengan rapih rambutnya, sembari memerhatikan pantulan dirinya pada benda ajaib yang sering disebut cermin itu.
sambil menghela napas gadis tersebut bergumam pelan ke pantulan dirinya pada cermin didepannya
"apa ini hari yang baik ?"
tergambar jelas di raut wajahnya sebuah harapan besar. bagaimana tidak? hari ini adalah hari pertamanya kembali bersekolah di indonesia, setelah beberapa tahun hidup di inggris.
setelah semua keperluannya dengan ruang istana pribadinya itu selesai, gadis itu pun bergegas berlari kecil sambil bersenandung ria menuju ke bawah, tepatnya ke meja makan untuk menikmati hasil tempur mamanya dengan alat alat masak.
"pagi mah" sapa gadis itu sambil tersenyum, lalu berlari kecil untuk memberi ciuman pada mamanya, Shaenette Kiehls.
belum sempat membalas sapaan anak sulungnya tersebut, ia langsung mendapat serangan pertanyaan bertubi-tubi,
"ma . . . sarapan aku udah ? makanan kesukaan aku ga? laperr banget, aku kan butuh tenaga buat nyari temen baru" dengan sangat menggemaskan gadis manis itu melontarkan bertubi tubi pertanyaan pada mamanya, kalimatnya di akhiri dengan kekehan, sambil tangannya memeluk erat lingkar pinggang sang mama.
Shaenette hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah anak gadisnya tersebut. ia dan putrinya itu memang sangat dekat seperti layaknya orang yang bersahabat, Shaenette juga masih terlihat muda jadi sangat mendukung pemalsuan peran tersebut.
"anak mama selapar itu? abis ngapain kamu di mimpi? sini mama tebak, maraton? main petak umpet? atau terbang jadi kupu kupu?" tanya Shaen sambil cekikikan, ia sedang mengejek gadis itu.
"ih mah . . . , gausa soasik deh aku laperr" ocehannya dengan hentakan kaki lucu.
"siapa yang soasik? mama nanya kok"
"itu tuh soasik tau! uda deh mama jelek"
"kalau mama jelek, kamu juga" ledek Shaen
"maah . . ."
"iya iya, yuk sarapan dulu jelek" ejek Shaen.
Shaen pun berjalan menuju ke gadis manis itu, lalu mengacak-acak rambutnya dengan gemas. gadis itu hanya memasang raut wajah kesal, dengan muka yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
autism.
Fiksi Remaja"𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩, 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘵𝘢 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 " -𝘳𝘢𝘫𝘦𝘯𝘥𝘳𝘢 𝘹𝘢𝘷𝘦𝘳𝘪𝘶𝘴 berawal dari mendung yang sama dengan pikiranmu yang tidak tertebak, perilakumu yang...