SMU Kuoh. Sekolah yang dulunya adalah mayoritas kaum hawa, tapi kini mulai menerima kaum adam untuk bersekolah di SMU tersebut sebagia percobaan untuk satu tahun kedepan. Walau perbandingannya 8:3, tapi cukup banyak siswa-siswa yang mendaftar disana.
Diantara semua murid laki-laki yang bersekolah di sana, terdapat seorang siswa berambut kuning yang berjalan agak pelan dari siswa maupun siswi dari sekolah tersebut. Bukan karena sengaja ia berjalan begitu, tapi kerena memiliki suatu kekurangan dalam dirinya. Pemuda itu buta, dan itu membuatnya harus berjalan agak pelan, dengan mengadalakan bunyi dari ketukan tongkatnya.
" hei lihat si buta datang.." cibir salah satu siswi berbisik kepada temanya saat di koridor sekolah.
" aku heran, kenapa orang seperti dia bisa bersekolah di tempat ini.." sambung siswa lain yang ikut mengejek sang pemuda tersebut. Tidak berhenti di situ saja, para siswa, maupun siswi sekolah itu menghina kekurangan pemuda buta tersebut. Hampir separuh dari murid sekolah tersebut merendahkannya. Tapi untunglah sang pemuda masih berlapang dada menerima ejekkan tersebut.
Begitu tiba di kelasnya. Ternyata ada beberapa teman kelasnya yang juga merendahkan sang pemuda, tapi masih di biarkan saja. Ia segera duduk ke bangkunya, kemudian mengeluarkan buku yang berisi huruf Braille.
" Naruto. Kau tidak apa-apa di perlakuka begitu oleh mereka?" Tanya seorang pemuda berambut kecoklatan pada pemuda bernama Naruto tersebut.
" aku sudah biasa di rendahkan, Issei. Mau bagaimana lagi, kondisi ku yang seperti ini memang pantas kalau aku di perlakukan begitu." Jawab Naruto tersenyum agak kecut. Issei yang melihat senyuman yang di paksakan dari temannya itu membuat hati pemuda tersebut geram. Ingin rasanya ia berteriak kepada semua orang yang merendakan Naruto untuk berhenti mengganggunya. Ia kasihan pada Naruto yang hidup sebatang kara di rumah apartemen peninggalan orang tuanya. di tambah pula ia tak memiliki sanak-saudara lantaran kedua orang tuanya adalah yatim-piatu, dan karena sebab itu tak jarang ia sengaja mengundang Naruto untuk makan malam bersama dengan keluarganya. Namun apa daya, temannya itu selalu mengatakan kalau ia tidak apa-apa, dan ingin hidup mandiri.
" oiya Issei. Ku dengar kau masuk kedalam klub yang terkenal elit itu. Benarkah?"
" iya, aku di undang secara langsung oleh Rias-senpai. Kau tahu sendirikan kalau klub itu hanya menerima orang yang di undang secara resmi dari sang ketuanya, dan karena itu aku selalu mendapat beberapa tatapan iri dari murid di sini."
" begitu rupanya. Wajar sih kalau mereka iri dengan mu. hah..andai saja aku tidak buta, pastih aku bisa melihat semuanya. Wanita, oppai, dan....." Naruto tak melanjutkan perkataannya, karena terlalu sakit untuk di lanjutkan.
Issei yang melihat ekpresi sedih dari temannya itu berusaha untuk menghibur. Baginya Naruto adalah sosok pemuda yang tegar dalam menjalankan hidup. Dan pemuda berambut coklat itu juga menganggap Naruto sudah seperti saudaranya sendiri.
" TEENG...TIING..TOONG...!" bel masuk sekolah telah berbunyi. Dan itu berarti pelajaran telah akan di mulai pagi hari itu.
(Skip ke jam makan siang)
Banyak murid-murid yang sudah berhamburan ke arah kantin, maupun memakan bento yang sengaja di bawa dari rumah masing-masing. Tidak terkecuali Naruto, ia sedang memakan makan siangnya yang berupa onigiri yang sengaja di bawakan oleh Issei di belakang sekolah. Katanya sih ia hanya kebetulan ingin membuatnya, jadi ia ingin Naruto mencoba rasa onigiri buatanya.
" enak. Issei kalau boleh tahu, kenapa kau mau berteman dengan aku ini?" Tanya Naruto tiba-tiba. Issei terdiam sesaat, ia pun tersenyum dan menjawab kalau tidak perlu alasan untuk berteman dengan siapapun. Tidak peduli ia buta atau apa. Baginya semua orang itu memiliki hak yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit Walkers
Spiritualia adalah seorang Shinobi yang selamat dari perangan Shinobi yang ke-4. Hanya ia seorang yang hidup, dan di waktu yang bersamaan ia mendapat kutukan dari sang leluhur yang memaksanya untuk terus berkelana selamanya, demi memastikan kedamaian yang i...