Namjoon POV
"Hallo, Jin"
Aku menerima telepon dari Jin dengan tangan gemetar. Siapa yang akan menyangka setelah keributan besar tadi, aku pikir semua pintu tertutup untuk mendekatinya, entah malaikat mana yang membuka pintu jalan tol ini."Ehm...
Maafkan aku, Namjoon..."
Jin berbicara dengan suara lembutnya, terdengar seperti bisikan surgawi."Tidak perlu minta maaf Jin,
Aku mengerti""Tidak, aku bukan orang kurang ajar yang sudah tau salah tidak minta maaf.
Aku mohon terima maafku"
Suara Jin yang semakin mengecil tapi nada bicaranya yang semakin menuntun. Otakku membayangkan bibir tebalnya yang maju beberapa senti, merajuk minta dimaafkan.
Terpujilah otak laknatku dengan imajinasi yang menggemaskan."Aku sudah memaafkanmu, Jin..."
"Terima kasih, Namjoon"
"Sama-sama, Jin"
Hening menyapa.
Menggelitik sanubari.
Niat memperpanjang dengan basa basi namun mendengar nafasnya saja sudah mampu membuat lidah kelu.
Sehingga tidak sadar sudah beberapa menit terlewat hanya mendengar suara hela nafas."Ehm,
Kamu ingin bicara dengan Naka?"
Jin memecah keheningan dengan pilihan teraman namun hatiku sedikit tidak rela berpisah dengan suara helang nafasnya."Baiklah, Jin"
.
.
."Namjoon ahjussi pulang ga bilang-bilang. Ngerusak rencana nih"
Naka merajuk dengan suara imutnya."Hahaha...
Maafin Namjoon ahjussi ya...
Tadi Namjoon ahjussi udah bilang ke appanya Naka, jadi tinggal Naka yang ngomong sama appanya Naka""HAH!
APPA UDAH TAU?!
MAAFIN NAKA YA APPA....
HUAAAAAHHHHHH.....
NAMJOON AHJUSSI...
HUAAHHH... APPA MAAFIN NAKA...""Ssssssssstttt....
Udah ah, jangan nangis teriak-teriak gitu nak...
Nanti suara Naka habis.
Appa ga marah kok, appa bangga sama Naka.
Jangan bohongi appa lagi ya, Naka?""HUAHHH....
IYAA... AP..PPAAA...
HUAAHHH...."Aku menikmati adegan mengharukan ini, mendengarnya walau hanya dengan telepon.
Mungkin kalau aku di sana tanganku yang lancang akan segera memeluk mereka berdua, menenangkan dua insan terindah yang tiba-tiba Tuhan hadirkan dihidupku."Sssssttt....
Udah Naka..
Naka masih teleponan sama Namjoon ahjussi loh, masa Namjoon ahjussinya dicuekin?""HUAAAHHHH..
NAMJOONNN AHJUSSI SINI DONG....
HUAAAH..."
Suara tangis Naka terdengar semakin keras."Naka, sudah berhenti menangisnya.
Kasihan appanya Naka, appanya Naka akan jauh lebih sedih kalau lihat Naka sedih.
Iya, Namjoon ahjussi akan datang ke toko tapi tidak bisa sekarang.
Namjoon ahjussi masih ada pekerjaan di lab. Kalau nanti malam Namjoon ahjussi kesana sekalian anterin Naka pulang gimana?"
Bukan bermaksud modus, hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan mereka berdua."Jam berapa ahjussi?
Naka ga bakalan mau tidur sebelum om dateng"
Tuntutan Naka yang sejujurnya seperti anak yang menuntut ke ayahnya karena terlalu sibuk di kantor. Tuntutan yang membuat perasaan yang aneh dan baru dihatiku, tapi aku menyukainya."Jam 8 gimana Naka?"
"Emang ga bisa jam 7 ahjussi?
Emang ahjussi ga makan malam?
Jam 7 ya ahjussi.....
Biar sekalian makan malam sama Naka.."Baru aku ingin menjawab, Jin sudah mendahuluiku,
"Naka ga boleh gitu..
Namjoon ahjussikan juga punya tanggungjawab...
Ga boleh gitu Naka..."