-E-

4.3K 407 278
                                    

Namjoon POV

Jin memandangku dengan mata jernihnya,
"Aku mengerti, Namjoon.
Aku berdoa kamu menemukan orang yang tepat untuk bisa mengabulkan semua keinginanmu"

Jin merentangkan tangannya, mencoba meraih Naka dari gendonganku.
Aku memberikan Naka dan memastikan Jin menggendongnya dengan nyaman.

Jawaban Jin tadi seperti jawaban yang tepat tapi bukan jawaban yang aku butuhkan.
Sebenarnya apa yang aku harapkan?

Aku tersenyum kepada Jin dan Jin menundukan sedikit badannya, sebagai tanda terimakasih.
Aku mengangguk dan tersenyum.

Aku memandangnya sampai pintu rumahnya tertutup rapat.
Seperti menikmati susu hingga tetes terakhir, mataku tidak bisa menipu untuk melihat senyum indahnya sampai detik pintu tertutup.

Sungguh dia indah.
Tapi mungkin indahnya bukan untukku.

Hujan itu memang misteri.
Menyembunyikan kisah romatis tapi juga ada kisah perpisahan.
Menyamarkan air mata, menutup gemuruh hati, meredam isakan.

Atau aku yang terlalu gampang jatuh hati?
Melihat senyum yang indah, sepayung berdua, berbagi cerita, bukankah itu awal dari semua cerita romansa?
lalu cerita apa ini setelah semuanya awal cerita romansa ia mendoakan aku dengan yang lain? Walaupun ia mengerti yang aku butuhkan?
Taukah ia, dia orang pertama yang mengatakan mengerti apa yang kubutuhkan?
Lalu salahkan aku mulai jatuh hati dan patah hati?

Aku masih memandangi pintu rumah Jin, memandangi ukiran yang tergantung pada pintu rumahnya.

'NJ'

Aku tersenyum melihat ukiran dari kayu itu. Siapapun disekitar rumah ini tau pasti itu singkatan dari Naka-Jin.
Tapi otakku yang mulai punya perasaan ini memikirkan hal lain.
NJ singkatan dari Namjoon-Jin.

Sungguh aku dan pemikiran bodohku.
Aku mengambil napas panjang dan menghembuskan dengan berat.
Aku mencoba bicara pada diriku sendiri,
'Ya, bodoh!
Dia hidupnya sudah berat, wajar dia mengerti kesulitanmu.
Tapi bukan berarti dia jin lampu ajaib Alladin yang bisa mengabulkan permintaanmu.
Ingatlah 2 jam yang lalu kamu dan dia hanya orang asing, hanya orang gila yang 2 jam berikutnya mau berbagi pelukan, memberi tempat menginap dan memasakanmu sarapan.
Realistislah Kim Namjoon!
Jangan terlalu cepat jatuh hati karena lenganmu diapit, sepayung berdua dan berbagi cerita. Itu semua terjadi karena dia tidak ingin kehujanan dan tidak ingin suasana jadi aneh karena diam saja di mobil!'

Aku mencoba mengusak mukaku, mengembalikan diriku.

Aku kembali membuang napas dengan berat,
Mungkin ini efek terlalu banyak bersentuhan dengan jurnal-jurnal fisika modern, sehingga sekalinya bersentuhan dengan dunia nyata aku menjadi orang yang sangat kuno.

Aku menyudahi penyangkalan hati dan otakku, memegang ukiran kayu bertuliskan NJ, kemudian tersenyum.

Aku memutuskan menikmati prosesnya,
Mungkin tidak hari ini.
Mungkin saja besok.

Ya, besok.
Hari ini mungkin aku tutup dengan balas dendam ke kertas-kertas ujian mahasiswa.

Aku melangkahkan kakiku, menjauhi rumah itu.
Mencoba menyibukan otakku dengan perkalian 19.

.
.
.

Seokjin POV

Aku menaruh Naka dengan cepat, menidurkannya dan tidak lupa melepaskan sepatu serta menyelimutinya.

LEGIT! (Namjin-b×b) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang