Tay merebahkan tubuh New diatas sleeping bag yang ia bawa.
Ia membasuh tubuh New dengan kain yang dibasahi air hujan sebelumnya, guna membersihkan bagian–bagian tubuh New yang kotor akibat lumpur.
Ia juga memberi salep yang ia punya untuk mengobati luka bakar. Sebagai upaya mencegah infeksi pada beberapa bagian tubuh New.
Tay menatap wajah New yang terdapat beberapa luka disekitar pelipis dan dagunya.
Ada sedikit ke khawatiran yang muncul dalam diri Tay. Entah rasa khawatir karna takut ia tidak kunjung sadar atau pun rasa khawatir makhluk jenis apakah dia.
Tay membenahkan beberapa barang dan mencari perlengkapan yang sekiranya bisa ia pakai untuk alas tidur dan pengganti bantal.
Setelah ia menemukan keseluruhan barang yang ia perlukan, dan membuat dirinya lebih nyaman. Ia merebahkan tubuhnya menghadap kearah api unggun yang ia buat.
Hujan dan badai masih terus mengguyur kawasan itu tiada henti. Hingga lambat laun Tay merasa matanya berat, dan ia terlelap.
☀️☀️☀️
Keesokan harinya New sadar. Matanya menyipit melihat seseorang sedang bertelanjang dada membakar sebuah daging diatas api.
Dahinya berkerut bingung. Ia tidak mengenal pria dihadapannya itu. Kemudian tatapan mereka bertemu, seketika New beringsut menjauh dari Tay.
"Siapa kau?" tanya New dengan wajah panik.
"Bukan kah seharusnya aku yang bertanya seperti itu?" balas Tay bertanya balik pada New.
Pikiran New menerawang pada kejadian sebelumnya, Zeus membuangnya ke Bumi.
Ia terjatuh di sebuah kawasan hutan dibawah guyuran air hujan yang deras.
Kemudian ia berusaha meminta tolong dan datang seseorang. Lalu matanya mengabur. Ia pingsan.
"Sudah ingat sesuatu? Makhluk jenis apa kau ini?" tanya Tay sarkas.
"Kau bilang aku apa?" tanya New balik, tidak terima dengan pertanyaan Tay.
"Kau mampu berubah wujud, siapa kau sebenarnya?" Tay kembali bertanya, tidak menggubris perkataan New.
New berusaha bangkit. Namun ia kembali jatuh terduduk.
"Aahhh." erang New.
Tay mendekat, lalu tangannya berusaha menyentuh New. Namun tangan New menepis tangan Tay.
"Kau manusia! Jangan sentuh aku!" hardik New masih berusaha berdiri dengan kesusahan, namun tetap tidak bisa.
"Jika aku Manusia lalu kau apa? Dewa? Tidak mungkin, kupikir kau hanya siluman!" ujar Tay, kembali mendekati New dan menggendong New dengan gaya bridal.
New sedikit meronta agar diturunkan namun Tay menggendongnya dengan kuat lalu kembali membaringkan kembali tubuh New di sleeping bag milik Tay.
"Aku takut, sungguh takut. Kau tahu itu? Namun, melihat wajahmu malam tadi kupikir kau tidak berbahaya. Dan lagi, lihat keadaanmu saat ini. Tidak berdaya." jelas Tay.
"Tidak peduli kau makhluk jenis apa, menolong adalah hal yang memang harus dilakukan setiap makhluk." lanjut Tay.
New menatap Tay tanpa berkedip, mendengar kata-kata yang Tay katakan.
"Aku ingin tahu namamu, siapa namamu?" tanya Tay.
New menggigit ujung bibirnya, berpikir.
"Aku bukan orang jahat. Jika aku orang jahat, sudah pasti kau tidak ada disini saat ini!" ujar Tay.
"Hm, namaku Peg-- ah bukan. New, namaku New." jawab New.
"Kau ingin makan? Aku memburu kelinci disekitar hutan." tawar Tay.
"Kau apa??" New manatap Tay tidak percaya.
"Aku memburu kelinci dan sudah matang. Kau mau makan?" tanya Tay lagi pada New.
"Kau menyakiti kelincinya." ujar New polos dan dengan tatapan tidak percaya pada Tay.
"Jadi kau ingin kita mati kelaparan?" giliran Tay yang menatap New dengan raut tidak mengerti.
"Kau masih bisa makan rumput." ujar New.
Tay memutar bola matanya. Tidak percaya dengan jawaban orang asing dihadapan-nya.
"Aku tidak mau makan itu. Aku ingin rumput." lanjut New.
"Baiklah! Banyak rumput diluar. Kau bisa memakannya disana sendiri." jawab Tay, lalu memakan Daging kelinci yang Tay bakar.
"Apa kau tidak melihat matanya saat membunuh kelinci tersebut?" tanya New.
Tay mengacuhkan New, dan meniup daging yang masih panas.
"Apa kau tidak berpikir bagaimana kelinci tersebut bertahan hidup selama ini? Lalu kau memakannya begitu saja?" tanya New lagi.
Tay tidak ingin menjawab petanyaan New.
"Apa kau tahu bagaimana ia berjuang hidup diluar sana?" tanya New.
Tay tidak merespon,
"Apa kau tidak berpikir, bagaimana jika ia punya keluarga? Dan keluarganya menyadari bahwa salah satu anggota keluarga tidak kembali. Bagaima---" pertanyaan New berhenti.
"Baiklah!! Baiklah!! Aku tidak akan memakan kelinci ini! Aku akan mencari buah." ujar Tay bangkit.
"Untuk apa? Kau sudah terlanjur membunuhnya." jawab New polos.
"Lalu? Kenapa kau terus berbicara?" tanya Tay.
"Hanya untuk membuatmu mengingat, kehilangan seseorang di dalam sebuah ikatan itu sangat mengerikan" jelas New.
Tay bergeming, menatap New.
"Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang!" jawab Tay lalu melenggang pergi.
"Kelinci kecil itu memberitahuku!" ujar New sebelum Tay pergi, tangannya menunjuk pada dua ekor kelinci kecil di luar goa.
Tay menatap New dan melihat kearah yang ditunjukan jari telunjuk New. Lalu menatap kembali pada New.
"Kau sakit setelah terjerembab dari pohon?" tanya Tay.
"Bodoh! Aku bisa mengerti maksud dari para hewan!" jawab New.
Tay mundur, bulu kuduknya meremang. Ia menatap New tidak percaya.
"Apa kau sebenarnya?" ujar Tay menuntut sebuah jawaban yang masuk akal.
"Kau sudah pernah melihatku, aku sebuah Kuda." jawab New.
TBC