PROLOG

235 16 0
                                    

"LAKUKAN!" ROSE MENGGERTAK. "Cepat buat portal sekarang! Aku akan menghalangi mereka."

Pemuda Gryffindor memasang ekspresi tidak terima. Bukan perihal ia yang diperintah semena-mena oleh seorang perempuan, tapi karena dia sudah bisa membaca maksud dari lawan bicaranya— dan ini gila! Memangnya sejak kapan rencana gadis itu jauh dari kata bencana?

"Tunggu dulu, Nona Pemberani! Sepertinya kau masih belum sadar siapa musuhmu," Rose merotasikan matanya. "Di luar sana ada The Seventh Phantoms, oke? Grup penganut sihir satanic yang memiliki masalah mental."

"Tidak ada waktu untuk berpikir, Isaac! Jaga Hugo dan buat portal— sekarang!"

Isaac Weasley berdecak, mulai menggerakkan tangannya untuk melakukan apa yang gadis itu perintahkan, meskipun akal sehat memaksanya untuk melakukan hal sebaliknya; tetap membuat portal lalu segera menarik gadis itu pergi bersama —biarkan saja Hugo Hopkins, pemuda yang terkenal bodoh ini menjadi santap siang anjing-anjing The Phantoms! Sementara Roseanne sudah meletakkan tubuh Hugo di dekat kakinya, yang langsung membuat Isaac mendesah frustasi.

"Kau harus ikut bersama kami, Rose. Ingat itu!" Pandangan penyihir Gryffindor itu melemah. Dia sungguh berharap kali ini Rose mau mendengarkan ucapannya.

Isaac berdecih untuk senyuman manis Roseanne sebelum gadis itu membanting pintu dan meninggalkannya. Lalu sekarang dia harus membopong tubuh Hugo kembali ke Italia lewat portal yang berhasil dibuatnya. Makhluk setengah hidup ini benar-benar merepotkan.

Namun kemudian, Isaac berdecih bangga setelah meletakkan tubuh Hugo di atas kasurnya.

"Memangnya apa yang bisa dia lakukan tanpa aku?" Pria itu kemudian kembali ke Hogwarts, sengaja tidak menutup portalnya untuk menjemput Rose. "Melawan penyihir hitam dengan keahlian sihir yang rendah? Memangnya hidupnya bisa di setting ulang?"

Dan benar saja saat ia kembali, tempat mereka bertarung —ruang rekreasi asrama Slytherin, sudah terlihat memprihatinkan. Isaac bergerak cepat mencari keberadaan Rose dengan mantra radar miliknya karena ia tidak bisa melihat dengan jelas. Ruangan ini sungguh gelap.

Isaac mendesah pelan ketika jelaganya menangkap siluet Rose di ruangan entah para murid Slytherin menyebutnya apa, tapi tempat Rose berada tepat di dekat tangga yang ia pijak.

"Rose cepatlah!" Isaac Weasley memikirkan mantra apa yang kiranya mampu menyelamatkan mereka dari The Phantoms. Kemudian satu mantra tiba-tiba terlintas begitu saja di benaknya.

"Illusion deataigh."

Glass RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang