sore ini matahari tampaknya masih betah menyinari kota. cahaya oranye yang terlihat di balik awan-awan putih, sinar yang menyalurkan kehangatan, membawa kedua insan ini juga enggan meninggalkan taman kampus.
badan saling berdekatan, menyender satu sama lain, menyanyikan lagu-lagu yang melintas di kepala, sembari menikmati golden hour berdua, tanpa ada yang mengganggu.
"gimana ospek hari pertama?"
tidak ada jawaban. Tay menengok ke arah New, rupanya sudah terlelap di bahu sang kakak. Tay menatap New penuh kasih sayang, mengusap rambut New dengan halus lalu turun untuk mengusap lembut pipi adiknya itu.
Tay Tawan memperhatikan setiap inchi permukaan wajah adiknya yang sedang tidur. matanya yang tertutup memperlihatkan bulu matanya yang lentik cantik, hidungnya yang mancung, pipi yang bisa mengundang siapa saja untuk dicubit, dan bibir semerah delima yang tampak mengkilap. Tay Tawan hampir khilaf ke adiknya sendiri.
Tay menampar pipinya sendiri, niat menyadarkan diri. "sadar Tay! dia adikmu!" berbisik keras kepada dirinya sendiri. tau apa yang dilakukannya tidak sejalan dengan pikirannya.
jam 17.29. bukan waktunya kampus akan ditutup, kampus tetap bernyawa sampai malam datang. Tay mengecek handphone nya.
15 miscall from Mamamia
23 unseen messages from Mamamia
paling hanya gempar mencari dirinya dan New dimana karena sampai jam segini belum menampakkan hidung di rumah.
anggap saja mereka ini anak Mama sekali. pulang telat lebih dari 30 menit tanpa memberi tahu atau izin ke orang rumah, pasti akan di bom oleh pesan dari Mama, seperti tadi. bukan apa-apa, Mama dari kedua anak ini hanya takut kalau nanti akan terjadi sesuatu kepada buah hatinya itu.
kalau mungkin ada yang bertanya, Papanya Tay dan New ada dimana? dimana? entah. bersama koleksi jalang-jalangnya di mansion utamanya yang ada di luar kota mungkin? tidak ada yang tahu. lagi pula tidak seperti Papa nya itu peduli dengan mereka. meninggalkan keluarga saat sedang berada di masa kejayaannya. seenaknya melempar kertas perceraian di muka Mama nya dan di depan kedua anaknya. sama sekali tidak pernah pulang ke rumah, dan tidak memberi uang sepeserpun. yeah, i know, typical bajingan.
Drrt! Drrt!
handphone Tay bergetar, menandakan ada pesan masuk. pesan dari Off, teman gilanya, memberi ajakan untuk makan malam bersama panitia ospek lainnya di sebuah restoran. setelah mengetik jawabannya, Tay segera memasukkan benda kotak itu ke saku jaketnya kembali.
Tay bukan panitia ospek kok diajak makan bersama? Tay memang bukan panitia, tapi ketua panitianya. sebagai ketua, bukannya dia tidak mau turun tangan membantu rekan-rekannya mengospek mahasiswa baru, teman-temannya lah yang tidak memperbolehkan Tay untuk turun ke lapangan. nanti fokusnya hanya ke New, alasan singkatnya seperti itu. Tay hanya akan muncul di akhir acara kegiatan ospek 2 hari lagi. memberi kata terakhir dalam kegiatan ospek dan mengakhiri acara ospek secara resmi.
setelah menaruh handphone di saku, Tay membangunkan adiknya dengan cara menepuk pelan pipi adiknya agar terbangun.
"dek, bangun. makan dulu yuk," menepuk pelan lagi pipi New yang tampak masih pulas, membuat Tay sedikit bersalah karena membangunkan sang adik dari lautan mimpinya.
"emm iya ini udah bangun. jam berapa ka?"
New bangun dengan mata yang terlihat sangat sayu, khas orang habis bangun tidur. mengusap matanya dengan pelan dan menguap kecil. "jam 17.31" New hanya mengangguk.
"mau makan dimana?"
"makan sama panitia ospek di restoran samping kantor pos itu,"
"adek kan bukan panitia ospek. Emang boleh ikut?"
"kamu memang bukan panitia ospek, tapi kamu adik dari ketua panitianya. masa gak boleh ikut?"
"ish, sombong banget" New mencebik setelah mendengar omongan sang kakak. sangat besar kepala. Tay hanya terkekeh pelan melihat respon sang adik.
mereka berdua segera pergi dari taman kampus lalu menuju restoran yang Off beritahukan. memakan waktu 25 menit tanpa kemacetan dari kampus. cukup jauh memang, tapi untung tidak ada acara macet yang menghambat perjalanan.
keduanya sampai di restoran yang sudah penuh motor dan mobil tersebut. Tay segera bertanya ke kasir untuk mencari meja reservasi teman-teman panitianya.
"oi Tay!"
sebuah suara berteriak cukup keras yang berasal dari sebelah kanan pojok kanan restoran. Off Jumpol, bendahara panitia ospek tahun ini, tangan kanan dan teman seperjuangan Tay.
"gausah teriak juga kek, bangke. malu gw punya temen kayak lu,"
"biarin. mana ada temen kayak gw gini. makhluk langka."
"iya. kek babi."
"jahatnya dirimu mas Tay. eh, bawa Newwiee juga,"
mendengar namanya disebut, New segera menampilkan diri dari belakang badan Tay lalu tersenyum ke semua orang yang ada di meja.
"New ikut gapapa kan bang Off?"
"sans aja sih New. oiya guys, kenalin. Ini New, adik nya Tay bangsat Tawan."
Tay reflek memukul lengan Off dengan cepat. New melambaikan tangan ke arah teman-teman kakaknya. ada sekitar 25 orang yang hadir. ada beberapa yang dia kenal. Gunsmile, Sing, Arm, dan beberapa teman SMA Tay dulu. dan ada banyak pula wajah yang tidak familiar dengan memorinya.
"hai! New Thitipoom disini. adiknya Tay Tawan. terima kasih udah diperbolehkan ikut gabung disini. Hope we'll get along."
hampir semua orang yang berada di meja langsung berkata "awww.." dalam rangka gemas mendengar cara adik Tay Tawan berbicara.
"udah udah. lanjut makannya. gw sama New pake meja sendiri."
"hooo protective much, Tay Tawan "
"bilang aja kalo gamau New digodain sama kita kali, Tay."
"yaelah Tay, kan kita juga mau kenal deket sama adik lu. masa gak boleh,"
berbagai macam protesan terdengar saat Tay dan New menjauhi meja panitia ospek dan duduk di meja yang hanya berjarak satu meja dengan mereka. padahal di meja panitia tersebut masih tersedia beberapa kursi kosong yang tidak terpakai. biasa, Tay Tawan tidak ingin adiknya mendengar omongan sampah dari teman-temannya.
< sudah di revisi >
KAMU SEDANG MEMBACA
smiles could bleed | taynew
FanfictionTay Tawan dan New Thitipoom, sepasang kakak adik, saudara, teman, sahabat, dan segala relasi lain yang mengartikan dua orang yang saling menyayangi dan mengerti satu sama lain. (bxb, homo, incest, fluff, angst) -discon-