violence

1.5K 133 15
                                    

"kak Tay gak bilang kalo berantem sama si Joss itu!"

senja datang. Tay dan New segera pulang ke rumah. takut Mama memborbardir handphonenya lagi.

saat ini mereka sedang ada di mobil, diam. setelah New melontarkan pertanyaannya, Tay yang tadinya fokus menyetir langsung buyar.

bukannya Tay tidak mau menjelaskan kenapa dirinya bertengkar, dia hanya tidak ingin masalah ini terus diungkit. karena Tay sendiri tahu kalau adiknya ini sama sekali tidak suka dengan yang namanya kekerasan.

pernah waktu itu Tay terlibat dalam sebuah pertengkaran. bukan dia pemeran utamanya, Off temannya lah yang berurusan. melihat temannya dihajar oleh 2 orang di depan mata, haruskah Tay hanya diam berdiri dan berdoa dalam hati supaya Off tidak mati? jelas tidak, dia segera menghajar salah satu lawannya.

pulang malam dengan adiknya yang terlihat pucat ditambah dengan muka babak belur, Mama kalap. langsung khawatir melihat kedua anaknya terlihat tidak baik.

"Tay! New! kalian kenapa?"

"Tay jatuh dari tangga, Ma."

"oh. terus ini New kok pucet gini. sakit ya, sayang?"

Tay heran. seharusnya dia yang dikhawatirkan karena luka nya terlihat sedangkan New hanya terlihat pucat. Mamanya ini memang ya.

"Ma, New gapapa kok. kecapekan aja,"

"tuh Ma denger kan. yaudah, Tay mau keatas dulu."

Tay berjalan ke kamarnya di lantai dua dengan mood yang berantakan. niat merelaksasikan pikiran malah bertemu dengan mama nya yang membuatnya tambah stress.

bukan, Tay bukan anak durhaka. katakan saja Tay ini iri dengan segala kasih sayang yang dicurahkan oleh Mamanya kepada New.

sejak papa nya pergi, keluarga ini menjadi serba susah. terima kasih kepada mama nya yang sudah kerja keras membanting tulang untuk membangun ekonomi keluarganya lagi.

dari kecil Tay bukanlah typical anak yang dekat dengan sang ibu. dia lebih cenderung ke papanya. karena itulah sejak papanya meninggalkan rumah, dirinya mulai menyendiri ketika sedang di dalam rumah. tidak ingin berbicara dengan siapapun. termasuk adik dan mamanya.

tapi dirinya sadar, hidupnya bukanlah hanya tentang papanya. masih ada orang-orang yang akan menyayanginya dan tidak akan meninggalkan dirinya seperti apa yang papa nya lakukan. Tay akhirnya mulai membuka diri.

"kak Tay,"

pintu kamar Tay terbuka, menampilkan New yang memakai kaos putih dan kotak P3K di tangan. tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya.

"kenapa?"

"New mau obatin kaka, gak boleh?"

"biar kaka obatin sendiri. sekarang kamu keluar. kakak lagi mau sendirian."

New menatap kakaknya lamat. meninggalkan kotak P3K tadi di depan pintu kamar Tay lalu menutup pintu kamar tersebut.

jam menunjukkan pukul 20.35 malam. New dan mamanya sudah selesai makan malam, tanpa Tay. New maupun mamanya sudah mencoba membujuk Tay untuk makan malam bersama, tapi apa, hanya dijawab dengan pintu yang enggan terbuka.

"kak Tay. please, don't be stubborn. kakak belom makan dari tadi siang. nanti sakit siapa yang susah coba. siapa yang rep—

pintu terbuka. menampilkan Tay yang berdiri dengan pakaian rapih, kaos putih dengan jaket jeans dan celana jeans hitam. New bertanya dalam hati, mau kemana kakaknya ini?

"kalo kakak yang sakit, kakak gak boleh ngerepotin kamu? oke. besok kamu sakit jangan buat kaka repot."

Tay melenggang pergi dari hadapan New yang meneteskan air mata dari kelopak matanya. dirinya tidak bermaksud untuk berkata kasar seperti tadi dengan Tay.

selama ini New dan Tay jarang sekali bertengkar. sekalinya bertengkar pasti hanya masalah seperti ini dengan Tay yang membesar-besarkan masalah dan New yang terlalu gengsi meminta maaf membuat masalah tidak mudah diselesaikan.

"Tay! kamu mau kemana? ini udah malam. hey! Tay! Tay!"

bahkan teriakan mama nya tidak dihiraukan. Tay hanya muak dengan keadaan rumah sekarang. dia tersiksa fisik dan batin.

saat ini rumah bukan pilihan terbaik untuk tidur. entah, terkadang saat Tay menatap New, dia merasa tidak adil. bagaimanapun juga Tay tetap anak dari mamanya. dia merasa dicurangi di dalam keluarga ini yang memutuskannya untuk berpindah sementara ke kosan temannya, Gunsmile.

Hanya semalam, tidak masalah. Lagipula tidak seperti mereka akan mencari ku malam ini. I'm done with this. Worthless.





< sudah di revisi >

smiles could bleed | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang