Pergi

1.9K 135 17
                                    

"pulang lu, jing. males rumah gw didatengin setan terus."

"jingan!"

Tay baperan Tawan, oknum yang diketahui kabur dari rumah selama 6 hari hanya karena bertengkar dengan adiknya itu melarikan diri ke kosan sahabat karibnya, Off bucin Jumpol. 6 hari Tay tidak membuka gadget nya yang sudah Tay yakin akan berisi banyak pesan dan panggilan tak terjawab. bukan maksud menenggelamkan diri dari bumi, hanya ingin mencari waktu sendiri.

di sisi lain, adiknya Tay, New, sedang semangat-semangatnya menjalani kuliah meski kadang pikirannya terganggu dengan fakta kakaknya belum memunculkan raganya dihadapan dirinya. tugas menumpuk sebenarnya sudah jadi makanan sehari-hari, tapi tidak dengan hari ini. New drop.

tidak ada aktivitas fisik apa-apa hari ini. hanya saja New melupakan sarapannya pagi ini dan harus menjalani kuliah sampai sore hari, menjelang malam malah.

Kronologinya, New sedang berteduh di halte bus dekat kampus. hari itu hari pertama November. hujan deras melanda hampir seluruh bagian kota. New yang notabenenya mempunyai daya tahan tubuh yang tidak begitu kuat segera menyadari kalau dirinya akan sakit.

benar. lihatlah dirinya, menggigil dibawah halte becek, menunggu bus pulang. ya, semenjak Tay kabur, dirinya mulai menggunakan bus sebagai transportasi. dengan memeluk dirinya sendiri yang hanya dilapisi almamater kampus milik Kayavine, teman jurusannya, New hampir menyerah untuk kehilangan kesadaran. sebelum sebuah tangan kokoh berusaha menangkap kepala New yang sudah oleng.

"eh, lu gapapa?" suaranya tidak terdengar familiar. terlalu rendah untuk diingat. New membuka mata dan mendapati lelaki dengan jaket yang sama. senior. hanya itu yang New ingat sebelum dirinya kehilangan kesadaran sepenuhnya, jatuh dipelukan sang senior.


"eugh, anjir dimana,"

"gausah kasar juga kali dirumah orang."

"eh?"

New mendapati senior yang kalau dia ingat itu yang beradu jotos dengan kakaknya. entah siapa namanya lupa. oh! Joss! baru ingat. maklum sedikit memori New sudah penuh.

"em, kakak yang nolongin saya di halte?"

"hm. gimana kamu, udah baikan?"

"lumayan ka. makasih banyak. jadi ngerepotin,"

"nah gitu sadar diri kalo ngerepotin,"

Ya ampon savage. Untung ganteng.

"udah tau bakal ngerepotin, masih aja ditolong,"

"heh!"

niat New hanya menggumam dan ternyata Joss mendengar. setelah 5 menit diam-diam, Joss mengajak New turun untuk makan malam karena jam sudah menunjukkan pukul 19.45 dan mereka berdua belum makan.

"Ini gak ada racunnya kan?"

"Masih untung dibeliin, protes,"

Melihat Joss yang sudah melahap makanannya, New ikut memakan nasi goreng. entah beli dimana, Joss hanya asal beli. Joss sebenarnya baru pulang rapat bersama anggota klub basketnya. Niat membeli minum di samping halte, malah mendapati orang hampir pingsan. Bukan Joss tidak suka dengan keberadaan New dirumahnya, hanya saja niatnya untuk bersantai sambil nyebat hilang begitu saja dengan adanya New.

"Rumah kamu dimana? Biar dianter pulang sama supir,"

New berhenti melahap makanannya, menaruh sendok di piring. Menatap mata Joss dengan jelas. Tidak berkedip, tidak tersenyum, hanya menatap.

"Ka, aku boleh tinggal disini dulu buat sementara gak?"

Joss termenung. Memikirkan kenapa anak satu ini meminta untuk menjadikan rumahnya menjadi tempat evakuasi. Tapi...

"Yeah sure. Tapi satu syarat,"

"Apa ka?"

"Jadi asisten gw selama 2 bulan,"

ret ngaret ngaret

smiles could bleed | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang