Come back to my novel.
Udah lama author gak cuap-cuap, pada kangen enggak?
Langsung ajah. Happy reading!
Azan subhu mulai berkumandang. Kamar dua yang di huni Reva dan kawan-kawan sudah bersiap-siap untuk bergegas ke mushola sekolahnya. Jarak dari asrama perempuan, atau pun asrama lelaki ke mushola sekolah tidaklah jauh. Jadi shalat berjamaah adalah peraturan wajib setiap siswa-siswi terutama yang tinggal di asrama.
Selama perjalanan Fifi, Naomi, dan Reva terus berceloteh ria sedangkan Ciara hanya diam menyimak, sebenarnya gadis cantik itu ingin ikut menimpali tapi, apalah daya dirinya yang tidak begitu menguasai topik yang dibicarakan teman-temannya, dan pada akhirnya ia hanya menjadi pendengar setia.
"Eh, Cir!"
Gadis yang namanya dipanggil hanya bergeming sebagai jawaban.
Naomi terkekeh. "Kata lu gimana?" tanyanya dengan sedikit berbisik.
Reva dan Fifi tertawa kecil melihat tingkah temannya yang satu itu.
"Emmmm, apa?" tanya Ciara, gadis itu benar-benar tidak mengerti! Sendari tadi dirinya memang mendengarkan tapi hanya sebatas mendengarkan, tidak terlalu menyimaknya.
Naomi memutar bola mata. "Dari tadi lu kemana, sih?" tanyanya sewot.
Ciara menyengir. "Ada kok, kan di sisi kalian."
Baru saja Naomi ingin menceramahi Ciara namun harus gagal karena intruksi dari Reva.
"Udah-udah, udah mau sampai, entar lagi ngobrolnya!" peringat Reva yang dijawab anggukan setuju Fifi.
Setelah selesai shalat mereka melewati jalur pertama. Tapi suasana sungguh sepi, tidak seramai ketika mereka datang. Untunglah mentari mulai mengintip dari ufuk timur, membuat keadaannya tidak sehoror malam.
Saat sampai di pengkolan, mereka harus terlonjak karena kemunculan seseorang dari balik dingding.
"Woy ...!" seru seseorang mengagetkan.
Dek! Dek! Dek! Dek!
Jantung keempat gadis itu berpacu sangat kencang, rasanya seperti sedang lari maraton.
Fifi maju selangkah, mendekat ke arah pria yang sudah membuatnya hampir kehilangan jantung yang sudah menemaninya selama 16 tahun kebelakang. "Heh ...! Lu tuh ya, bisa enggak sih! Jangan begitu? Kalau gue kena serangan jantung, gimana ...?"
Pria itu melipat tangan angkuh. "Ya tinggal bawa ke rumah sakit, gitu ajah kok, ribet!" sarkasnya.
Fifi mendengus.
"Lagi juga gue cuma mau kenalan sama gadis cantik, emang enggak boleh, apa?"
Fifi mendengus kembali. "Enggak! B ... o ... l ... e ... h!"
Pria itu mendelik tak suka. "Mau lu, suka? Apa enggak, itu urusan lu." Matanya beralih menatap gadis yang berada di belakang Fifi, di samping Naomi. "Eh, Reva! Sehat?" tanyanya ketika menyadari ada gadisnya.
Reva hanya bergeming. Tangannya menarik Naomi agar berjalan kembali.
"Dadah, raja gombal!" ledek Fifi lalu tertawa penuh eroni.
# # # # #
Selama menuju asrama mereka sama-sama berjalan dalam diam, salah satu di antara mereka tak ada yang ingin mengawali percakapan, padahal mereka ingin tapi sepertinya berbicara pada hati sendiri itu lebih menyenangkan.
"Assalamualaikum," ucap mereka ketika membuka pintu.
"Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY IN THE DARK (On Going.)
Non-FictionNote : 15+ Tak ada yang tau sekenario Tuhan. Tak ada yang mengerti bagaimana sang pencipta memberikan rintik-rintik kebahagiaan kepada setiap makhluknya. Hanya satu yang pasti : Tuhan akan selalu memberikan kebahagiaan dengan caranya, meski pun deng...