Hay! Author balik lagiiii.
Up cepet guys, lagi dapet fill di lapak ini. So, faster, tarik mang.
Happy reading.
Inah memicingkan mata, kelopak matanya menyipit memperjelas pandangan. "Reva! Naomi!" Teriaknya ketika bayangan gadis-gadis itu semakin terlihat.
Reva dan Naomi menegang mendapatkan teriakan itu, sedangkan Ciara yang tak tahu apa-apa memilih diam.
"Kok malah diam di sini?" tanya Fifi yang baru sampai, tadi sebelum berangkat ia mampir dulu ke kamar mandi karena sudah tak tahan, dari pada gadis itu pipis di celana saat upacara berlangsung, teman-temannya pun akhirnya mengiyakan. "Ayo!" ajaknya sambil menarik tangan Naomi. "Hay ibu! Pagi," sapa gadis itu ceria ketika melihat Ibu Inah yang berdiri sambil bersedekap tangan tak jauh dari posisinya.
Inah mengabaikan sapaan dari Fifi. "Kenapa belum berangkat?" tanyanya menyelidik ketika ke empat gadis itu berjalan mendekat.
Naomi menyenggol tangan Fifi, sedangkan yang di senggol hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Makannya jangan ngegosip mulu! Masih pagi, udah kaya emak-emak di tukang sayur!" hardik Inah.
"Dua orang ajah yang bilang gue emak-emak! Entar ke tiganya gue langsung kasih piring deh!" Gerutu Fifi.
Fifi menyengir. "Eh, ibu, ya ampun Bu Inah pagi-pagi udah glowing banget deh. Yakin saya mah Pak Bambang pasti terpanah mulu dah."
Naomi memutar bola mata jengah, Reva memilih diam, sedangkan Ciara? Gadis itu mati-matian menahan tawa.
Inah memutar bola mata malas. "Fifi, kam-""
Hoshhh! Hoshhh! Hoshhh! Hoshhh!
"Pa-gi, Bu ... I-nah ... yang ca-n-tik!" sapa Klara, Klaudia, dan Mareta secara bersamaan sambil terengah-engah.
"Kalian itu gimana sih? Yang lain ajah udah berangkat dari tadi, nah ini baru mau jalan. Naomi, fifi, Reva, makannya jangan biasain ngobrol pagi-pagi! Udah tau ini bukan hari libur, emang masih kurang waktu mainnya? Ngegosip aja gedein."
"Emang Bu, mereka suka banget ngegosip, kerjaannya ngurusin hidup orang terus," celetuk Klara sambil bertolak pinggang bak foto model.
Mareta mengangguk-anggukan kepala setuju. Gadis bermarga Hutapea itu sangat setuju dengan perkataan temannya.
"Ia, bener banget, udah git-"
"Klaudia, diam! Kalian bertiga juga sama ajah, enggak ada bedanya!" hardik Inah. "Kalau Naomi, Fifi, sama Reva suka ngegosip pagi-pagi. Nah kalau kalian suka tidur atau enggak santai-santai, baru dah kalau udah siang kalang kabut. Kayanya mulai besok pagi ibu harus nyatroli kamar kalian," lanjutnya yang membuat ke tujuh gadis itu menekuk wajah lesu.
"Mamam ajah deh," gerutu Klara.
Sambil mendengarkan ibu Inah yang sedang ceramah, Fifi terus memutar otak mencari cara agar bisa keluar dari lingkaran neraka ini. Tiba-tiba bolam kuning muncul dari atas kepalanya. "Pucuk dicinta ulam pun tiba," gumamnya. "Ehh, Pak Bambang! Sehat pak?"
Inah mendelik ke arah Fifi. "Mau bohongin orang tu-"
"Ada apa, Bu?" sahut suara bariton lelaki.
Inah pun langsung menoleh ke arah kirinya, benar saja yang diucapkan Fifi. Sang suami berdiri dengan gagahnya di ambang pintu.
"Udah dulu ya bu. Kami berangkat dulu, assalamualaikum." Setelah mengucapkan itu mereka semua berebut mencium tangan ibu dan bapak asrama lalu berlari menuju sekolah.
Tangan kanan Klara di genggam Mareta dan tangan kirinya di genggam Klaudia. Mereka berlari sangat kompak dan saling membantu. Rombongan Fifi tak beda jauh, Fifi membawa Reva, sedangkan Ciara bersama Naomi. Sepuluh menit berlalu sampailah mereka di gerbang sekolah yang sudah di tutup karena acara pengibaran bendera merah putih sedang berlangsung..
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY IN THE DARK (On Going.)
SaggisticaNote : 15+ Tak ada yang tau sekenario Tuhan. Tak ada yang mengerti bagaimana sang pencipta memberikan rintik-rintik kebahagiaan kepada setiap makhluknya. Hanya satu yang pasti : Tuhan akan selalu memberikan kebahagiaan dengan caranya, meski pun deng...