Cinta terapik kita

11 1 0
                                    

Sejak hari ini, dan hari dimana aku tidak lagi mengenalmu sebagai kekasih; aku mulai melupa, lupa tentang cerita-cerita kita yang teramat apik dibuat oleh semesta.

Aku pernah mencintai pagi, hanya karena ada dirimu yang membangunkanku dengan sempurna.
Aku pernah mencintai siang, hanya karena kau diam-diam datang kepadaku membawa makan siang; nasi padang.
Aku pernah mencintai sore, meski kita tidak pernah merayakan senja seperti kebanyakan cinta, kita masih punya mata untuk saling percaya.
Aku pernah, mencintai malam yang gelap namun tidak pernah melelapkan kebahagiaan kita.

Kau pernah ingin aku mencium tanganmu ketika kau hendak pulang.
Kau pernah ingin mendengar betapa renyahnya tawaku, dengan cara mentertawakan dirimu sendiri yang sebelum-sebelumnya tak pernah kau buat ini.
Kau pernah, mengingatkanku ketika aku salah, menguatkan aku ketika aku terpuruk, menggandeng tanganku ketika kusendiri, bahkan membangunkanku ketika aku terjatuh dan ingin menyudahi segala cerita.

Tapi pada akhirnya, ada hari dimana aku sangat benci hari itu; hari kau meninggalkanku, hari dimana segala kecewa menumpuk di hujan matanya, hari dimana tidak akan ada lagi tawa dan penguat untuk hari berikutnya.

Mencintaimu itu tidak mudah, dan kau menyayangiku pun teramat rumit. Namun, kita terlalu memelihara ego masing-masing. Hingga kita tidak tahu lagi harus berbuat apa, kecuali dengan perpisahan. Dan kita menyetujuinya, menyepakati segala kehilangan yang di depan mata.

Dan, akhirnya kita tamat oleh cerita. Kenangan kita hanya berupa air mata. Kehilangan adalah sesungguhnya kita.

Cinta Tahu Kemana Aku Harus PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang