Selamat Malam

70.4K 15.7K 4.2K
                                    

Tinggalin komen sama bintang biar besok masih bisa baca cerita ini lagi ehe😁

***

Hal pertama yang dilihat Natta ketika membuka mata adalah senyum miring andalan Jeno. Disaat dia belum sepenuhnya terjaga, laki-laki di hadapannya itu geleng-geleng kepala- sambil tertawa tidak habis pikir.

"Ditinggal ke kasir bentar bisa-bisanya tidur." Ketika Jeno mencubit dua pipinya- sakit. Natta tidak tahu bagian mana yang nyata dan bagian mana yang mimpi.

Dia melihat sekeliling masih disituasi yang sama. Mereka masih di restoran cepat saji dengan latar belakang lagu One Ok Rock yang sudah mencapai outro. Di meja sudah tidak ada bungkus burger, yang ada hanya bercak air yang ditinggalkan gelas colanya.

Lalu saat ia melihat laki-laki di depannya, dia tidak tahu apakah dia benar-benar nyata atau hanya mimpi.

"Nat?" Jeno menggoyang-giyangkan tangannya di depan mata Natta. Pacarnya itu tiba-tiba aneh, kelihatan linglung padahal sebelumnya dia ceria seperti biasanya.

"Nat? Lo sakit?" Seketika pikirannya melayang jauh dari nalar. Natta ini keracunan burger atau bagaimana? Mustahil juga kalau dia tiba-tiba mabuk cola.

"Nat! Heh! Lo kenapa? Beneran sakit?"

Tapi yang terjadi justru semakin jauh dari apa yang Jeno pikir. Perempuan itu tiba-tiba menjatuhkan airmatanya- tanpa ekspresi. Seolah-olah wajah itu menyimpan beban terlampau berat. Seakan-akan dia tidak tahu apakan menangis jadi pilihan yang paling tepat saat ini.

Lalu saat dia membawa Natta ke dalam pelukannya- tidak peduli bagaimana orang-orang memperhatikannya, Jeno merasakan tubuh Natta bergetar. Rasanya panas. Jeno tidak yakin kenapa Natta secara tiba-tiba terserang demam.

Waktu seolah membiarkan dirinya berjalan lambat. Seperti mengijinkan Natta untuk mengusir segala pemikiran buruk. Sementara Jeno, dia merasa- bersalah? Mendadak dia merasa begitu buruk. Dia tahu bagaimana dia melukai Natta selama ini, tapi Jeno pikir-

"Aku mau pulang." Wajah Natta benar-benar kacau. Benar-benar wajah orang tertekan.

Pukul delapan lewat, mereka memutuskan untuk pulang. Padahal kalau saja Natta tidak tiba-tiba begini, Jeno berencana mengajaknya ke Kota Tua. Sekedar makan jagung rebus atau sekotak martabak manis kesukaan Natta.

Mungkin semua ini bukan soal waktu. Tapi soal- Jeno mau peduli lebih sering atau tidak sama sekali.

🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕

Jam setengah sembilan. Lampu kamar Natta sudah padam, hanya lampu-lampu tumblr warna warm white yang dibiarkan menyala dan menghangatkan kamarnya. Dan hal yang membuatnya tenang saat ini adalah mendengarkan lagu-lagu romantis lewat ponselnya, berbaring dan menatap plafon kamarnya dengan pikiran melayang-layang. Bebas terbang ke bulan.

Dia membiarkan lagu-lagu manis itu menguasai pikirannya. Membantunya ingat soal hal-hal manis yang biasa Jeno lakukan. Sayangnya, justru bagian paling menyakitinya lah yang ia ingat lebih dulu. Dan tidak peduli bagaimana orang-orang mengatainya bodoh, Natta mencintai Jeno lebih dari rasa bencinya pada laki-laki itu.

"Kita putus aja ya, Nat?" Adalah mimpi paling buruk yang pernah ia alami. Natta tidak menyalahkan dirinya kenapa dia seperti orang bodoh tertidur di tempat umum hanya karena kekenyangan. Yang dia salahkan adalah, kenapa harus mimpi seperti itu?

Kenapa rasanya sesakit ini ya?

Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kanan- yang tanpa sengaja membuatnya menatap polaroidnya dengan Jeno sebulan yang lalu. Dari pertama kali Natta kenal Jeno, laki-laki itu jarang sekali tertawa. Dan sekalinya dia tertawa, seolah-olah dunia ikut tertawa bersamanya. Seperti apa yang terjadi dalam polaroid itu- Jeno tertawa bersamanya.

Dear Natta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang