.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sosok tampan itu nampak duduk terdiam diujung ranjangnya.
Tidak ada henti-henti nya pula sosok bersurai hitam itu menghela nafasnya.
Dibelakang nya terdapat sosok pemuda manis yang kini nampak terlelap dalam tidurnya.
Terlihat jelas mata sipit itu membengkak karena terlalu banyak menangis.
"Apa kau semenderita ini, Soonyoung?" Gumaman lirih itu bagai hembusan angin malam yang lewat ditelinga Soonyoung yang terlelap.
Mata sipit yang nampak tajam bagai ujung mata pedang itu, menatap intens sosok Soonyoung. Menatap penuh terhadap sosok yang bertahun-tahun lama nya coba untuk ia lupakan.
Wajahnya.
Senyumnya.
Tawanya.
Dan, bahkan kenangannya.
Jihoon pernah mencoba untuk melupakan sosok yang saat ini memejamkan matanya erat itu.
Bertahun-tahun ia mencoba mengalihkan perhatiannya, mencoba untuk mencintai seseorang lalu menikah hingga akhirnya mempunyai seorang anak laki-laki yang ia beri nama Lee Yechan.
Seorang anak laki-laki tampan yang kini mewarnai hari-hari nya setelah kepergian sang istri.
Dulu.
Dulu sekali..
Ia selalu berpikir bahwa mungkin hidup Soonyoung sudah baik-baik saja tanpa dirinya.
Bahwa hidup pemuda yang ada didepan matanya ini, mungkin juga telah membangun keluarga nya yang utuh.
Tapi apa yang dilihatnya saat ini?
Ini semua justru jauh dari ekpektasi nya selama ini.
Soonyoung-nya menderita.
Soonyoung-nya?
Masih pantaskah Jihoon menyebutnya seperti itu.
Orang yang dicintainya menderita karena dirinya. Ia, meninggalkan Soonyoung yang saat itu sangat membutuhkan dirinya.
Meninggalkan Soonyoung dan kesalahpahaman yang masih meninggalkan bekas luka untuk kedua nya.
"Maafkan aku." Jihoon berucap lirih.
Tangannya meraih telapak tangan Soonyoung yang terasa dingin ditangannya yang lebar.
Soonyoung telah menceritakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Of Love [HoonSoon]
RandomMasa lalu penuh kenangan indah itu. Masih bisa kah aku kembali pada masa itu? Bukan pada masa sekarang,disaat aku kehilanganmu. Masa lalu yang penuh kekecewaan dan sakit itu. Masih bisa kah aku memperbaikinya? Meski aku tahu semua terlambat untukku...