RE•AL•IZE

337 28 8
                                    

Seoula POV

Setelah menghabiskan waktu di apartemenku bambam dan yugyeom akhrinya memutuskan untuk pulang

"Seoula" bambam memutar badannya kearahku yang masih berdiri diambang pintu "kabari aku saja jika kau ingin ikut menjemput mark di airport"

"Tapi"
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, aku melihat jaebum yang baru saja keluar dari lift.
Aku melihat Yugyeom dan Bambam melempar tatapan sinis kepada Jaebum yang baru saja hadir di hadapan kita bertiga

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk kita pulang" bambam melirik jaebum sebentar "seperti yang sudah aku bilang jangan lupa untuk mengabari aku jika kau ingin ikut dan kau tidak perlu takut terhadap orang yang ada di sampingmu itu"

"Engggg bam" aku mencoba untuk mencairkan sedikit suasana yang sudah mulai tidak karuan ini "lebih baik kau dan yugyeom pulang sekarang"

"Seharusnya kau sadar bahwa seoula adalah tanggung jawabmu buat apa kau menikahinya jika kau hanya menjadikannya pajangan di dalam rumah"

Aku melihat jaebum mulai mengepal tangannya keras dan sudah memberi ancang ancang untuk memukul bambam

"Bam aku mohon untuk pulang sekarang" aku menggenggam tangan jaebum dan menatapnya sebentar "lagipula selama ini jaebum sama sekali tidak pernah menyakitiku"

Bambam berjalan mendekat kearahku sambil melipat tangannya didepan dada dan tertawa sinis "setelah apa yang kau ceritakan kepadaku kau masih saja mencoba untuk menutupi semua kebusukan suamimu itu?" Ia memutar bola matanya dan kembali menatapku "sebenarnya aku tidak masalah jika kau masih saja mencoba untuk membohongiku tapi belajarlah untuk menghargai dirimu sendiri dengan tidak berbohong akan apa yang terjadi disekitarmu"

"Mulutmu bisa saja berbohong tapi matamu sama sekali tidak mengatakan bahwa hatimu baik baik saja" tambahnya lalu ia langsung meninggalkan aku yang masih berdiri terpaku di depan pintu

Aku melirik sedikit kearah Jaebum yang masih menunduk

Aku tahu ia menyadari
Bahwa apa yang ia lakukan ke aku itu
Salah
Tapi entah kenapa
Aku merasa kata sadar tidak menjamin
Ia untuk tidak akan mengulangi apa yang
Sudah ia lakukan

Ia melepaskan genggamanku lalu meninggalkan aku masuk kedalam apartemen, aku mengikuti geraknya sesudah aku menutup pintu dan membuatkannya secangkir teh

"Jaee minumlah" aku menyodorkan teh anget yang baru saja aku buat barusan

"Kau ingin menjemput mark besok?"

"Jaeee sudahlah tidak usah di bahas"

"Kau ingin menemuinya atau tidak?"

"Jaeee—"

"Iya atau tidak?"

Suasana menjadi hening sejenak
Sungguh aku tidak ingin memancing emosinya

"Tidak" jawabku singkat

"aku mengizinkanmu untuk bertemu dengan mark"
"Anggap saja ini sebagai tindakan adil"

"Bagaimana bisa kau menyebut bahwa ini adil?" Aku bertanya kepadanya

"Tentu saja adil bukannya sama saja seperti aku yang menemui nami dan kau yang nanti akan menemui mark"

"Mungkin bisa di sebut adil jika kau tidak menaruh perasaanmu setiap saat kau menemui nami" aku berdiri dari sofa dan berjalan ke arah kamar tidur

Oh Tuhan
Apa cara seperti ini
Adalah cara yang benar
Untuk membuat Jaebum sadar

Belum sempat aku beranjak ia menarik tanganku dan membuat aku berhasil jatuh di atas sofa disamping ia duduk

"JAEEEEEEBUM KAU INI MAU APA?"

Tanpa berbasa basi ia langsung mencium bibirku dengan jangka waktu yang sedikit lama lalu ia melepaskannya dan menggengam tanganku

"Jika kau benar benar akan menemui mark besok aku mohon kepadamu untuk tidak melupakan aku"

Apa ini rasanya menjadi Jaebum selama ini
Liatlah dirinya yang sekarang mengemis kasih sayang
Sama seperti aku yang sedang mengemis kasih sayang ketika ia akan menemui mantannya

Aku tau rasa khawatirnya muncul
Ketika ia tau bahwa Mark akan datang didalam kehidupan kita nantinya
Ia tau persis betapa aku mencintai mark pada masanya, betapa sulitnya aku dulu melepas dirinya yang akan melanjutkan studi di LA selama 4 tahun lamanya.
Dan ia kembali dengan posisi dimana aku yang sudah menjadi istri Jaebum lelaki yang sebenarnya aku tidak cintai pada awalnya
Tapi aku tidak menyalahkan Tuhan yang sudah mempertemukan aku dengan Jaebum dan aku juga tidak menyalahkan Tuhan karena tidak mengabulkan doaku yang meminta agar aku bisa bersama laki laki yang aku cintai yaitu Mark

Lalu jika kalian berfikir bahwa aku justru menyalahkan Jaebum karena tingkah lakunya selama ini terhadapku, kalian salah besar.
Sungguh aku tidak pernah menyesali apa yang telah ada didalam hidupku selama ini, mungkin saja memang benar jika ia sama sekali tidak mencintaiku, tapi sungguh kehadirannya dikehidupanku itu sudah lebih dari cukup.

You - im jaebumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang