CHAPTER 1

83 6 4
                                    

Zafran menatap tumpukan coklat yang membludak didalam kolong mejanya dengan datar. Lalu matanya mencari-cari seseorang yang dikenalnya, mempunyai nafsu makan yang tinggi.


"Zan!" Panggil Zafran. Auzan yang sama-sama sedang menatap kolong meja, menoleh semangat. "Lo juga dapet kan? Mau punya gue nggak?" tawar Zafran sambil mengeluarkan kantong plastik dari dalam tasnya lalu memasukkan semua coklat berbagai macam bentuk dan ukuran tersebut kedalam kantong plastik.

"Love you, Zafran!"

Auzan membentuk tanda hati menggunakan jempol dan jari telunjuknya, lalu mengarahkannya pada Zafran.

"Najis gila." Balas Zafran dingin. Kemudian dia menyerahkan kantong plastik berisi coklat tersebut pada Auzan.

"Harus banget ya cewek-cewek pada ngasih coklat tiap harinya? Valentine juga bukan padahal. Coba aja dikasih beras sekarung, cabe rawit lima ribu, garem, gula, telur setengah kilo, daun bawang seribu, sama daging sekilo, kan enak tuh!" Nabil tahu-tahu nongol diantara keduanya. "Kalo coklat mah, nggak bisa dijadiin lauk buat makan nanti malem. Masa, gue suruh makan mie lauk coklat? Kan nggak enak." Lanjutnya rempong. Persis emak-emak.

Maklum, Nabil anak kosan.

"Lo rempong amat sih Bil. Yakali ada cewek mau ngasih barang-barang sembako buat nembak cowok! Lo mikir dikit bisa kan? Itu otak jalan kan?" Auzan menggeleng prihatin. "Lagian, kalo cuma lauk buat makan nanti malem, lo bisa kan tuker tuh coklat sama lauk di kantin. Siapa tahu boleh." Lanjut Auzan bercanda. Yang sayangnya, ditanggapi serius oleh Nabil.

"Ah! Boleh juga tuh ide lo! Tumben otak lo jalan!"

"Otak lo yang nggak jalan, bego..." Gumam Auzan geram.

Dalam hati, Zafran turut prihatin atas kebegoan Nabil yang sudah stadium sepuluh.

"Yaudah, gue ke kantin dulu! Siapa tahu boleh nuker coklat sekarung sama ayam kecap hari ini! Lumayan banget, buat jadi lauk nanti malem sama besok dah!" Nabil langsung berlari pergi ke kantin sambil membawa coklat-coklat yang ia terima.

Auzan, Zafran, dan teman-teman mereka yang lain cengo.

"Gila tuh bocah satu! Bisa-bisanya omongan gue barusan ditanggepi serius sama tuh bocah! Padahal gue cuma bercanda!" Auzan ngakak mengingat-ingat reaksi Nabil tadi. "Jadi kasihan gue ah!"

"Hmm..." Zafran memutar matanya tidak peduli, lalu membuka buku tulis kimianya, dan bersiap mengerjakan PR yang diberikan kemarin. Tangannya memutar-mutar pulpen, bingung.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Satu abad kemudian...

Akhirnya, setelah sepuluh menit berlalu, Zafran menundukkan kepalanya diatas meja. Dalam sepuluh menit, Zafran hanya bisa menulis sama dengan di satu nomor. Catat, SAMA DENGAN!

"Zan."

Auzan yang sedang memakan coklat keduanya, menoleh sambil menyerahkan seluruh buku PR hari ini.

"Nyontek kan? Boleh, boleh. Itung-itung buat ganti coklat yang tadi." Zafran menerima seluruh buku PR Auzan yang bahkan sudah tidak ada sampulnya dan penuh dengan corat-coret rumus atau kata-kata. Sangat berbeda dengan buku PR Zafran yang masih halus, dan tidak ada coretan khas anak cowok pada umumnya. Biarpun Auzan punya tampang badboy, dan kelakuan bak playboy cap ikan teri, Auzan adalah langganan juara satu Olimpiade matematika atau Kimia Nasional. Beda sama si Zafran yang emang punya tampang ganteng, kelihatan rajin bin alim, tapi kenyataannya, malah Zafran yang punya rata-rata nilai terendah seangkatan.

Love-ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang