Latihan Menekan Gengsi

31.6K 3K 56
                                    

Aku membuka pintu pelan, pintu bernuansa putih bersih di sebuah kamar VVIP salah satu  rumah sakit besar di kota ini.

Ragu,

Hal yang pertama kali muncul sebelum aku benar-benar masuk ke dalam ruangan.

Sembari Menarik nafas perlahan, aku memberanikan diri masuk.

Tidak butuh waktu yang lama, setelah masuk aku sudah bisa menatap punggung sosok laki-laki yang beberapa hari ini ku hindari, tanpa alasan yang jelas.

Dia duduk membelakangi arah pintu sambil fokus memperhatikan layar laptop.

Entah pekerjaan apa yang membuat dia rela lembur-lembur padahal kondisinya sedang sakit.

Aku melirik ke arah tangan kirinya yang penuh dengan balutan perban.

Ya Tuhan aku nggak bisa lama-lama berdiri kaku dan diam seperti ini!

Aku berjalan mendekat ke arah tempat tidur, dia mungkin belum menyadari kedatanganku,

"Bisa sakit juga ternyata!" Ujarku santai mencoba menekan segala kegugupan yang hampir membuatku pingsan.

Tama menoleh ke arahku dengan raut wajah terkejut. Dia mungkin kaget kenapa aku bisa disini.

Tapi raut wajahnya tidak lama kemudian berubah santai,

"Sekuat-kuatnya Iron-man aja bisa lecet Git, apalagi cuma seorang aku," Celetuknya sembari mengubah posisi duduk menghadap tepat ke arahku.

"Basi banget sih!" Sambarku saat kita sudah saling berhadapan.

Tama tampak menoleh ke kanan dan ke kiri,

"Kamu tau dari mana aku ada disini?" Tanyanya kemudian.

"Apasih yang gak bisa aku tau!" Jawabku dengan nada sombong.

Tama mendengus,

"Gimana ceritanya bisa kecelakaan?" Ceplosku tanpa basa-basi, karna aku sudah nggak tahan pengen tanya ini dari tadi.

"Takdir Git," Idih jawabannya pasrah gitu!

"Itu takdir yang bisa diubah, kalo aja kamu gak ngebut dan lebih hati-hati lagi  pasti ini gak akan terjadi!" Bantahku.

"Bisa jadi kadang kita udah berusaha hati-hati tapi orang lain yang lalai."

"Masih aja ngeles!"

"Makasih udah mau jengukin." Serunya lagi sambil terkekeh.

"Jangan ke-pede-an ya! Aku kesini gak ada maksud buat jengukin kamu! Cuma lewat dan gak sengaja mampir aja."

"Gak sengaja tapi niat bawa parsel buah gitu ya, mana ukurannya besar banget lagi. Kamu tau kan aku gak mungkin dagang buah di ruangan ini?"

"Gak lucu deh Tam! Siapa juga yang nyuruh buat dijual! Itu buat kamu makan."

"Makasih!" Tama nyengir ke arahku.

"Nyebelin tau gak!" Aku memukul sebelah tangannya yang tidak diperban.

"Jangan lah, Sakit tau!"

"Cih lebay! Nggak luka juga."

"Seneng gak perlu berusaha nemuin kamu, eh kamu sendiri yang datang ke aku. Padahal beberapa minggu lalu bilang gak mau ketemu aku lagi, kamu udah berubah pikiran ya?" Ujar Tama dengan nada jahil.

"Ya udah kalo gitu aku pulang aja! Kesini cuma takut kalo kamu terlanjur mati aku belum jengukin sama sekali." Aku sudah mau beranjak dari hadapan Tama,

Sold Out!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang