Zihao mengencangkan dasi seragamnya, ia juga mengenakan blazer abu-abu sekolahnya. Jemari tangan kanannya menyisir rambutnya ke belakang.
"Look, who's the handsome boy?" senyumnya tercetak sembari menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.
Zihao menyambar kunci motor dan tas sekolahnya, ia keluar dari kamar dan bersiap ke sekolah. Langkahnya terhenti mendapati siluet gadis yang menaiki tangga.
"Kau–" Zihao menarik nafasnya ketika Naidi menoleh ke arahnya, "–tidak sekolah?"
Naidi memegang pegangan tangga dan menatap Zihao tenang, "menurutmu?" tanyanya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Kau masih mengenakan pakaian rumah, kupikir kau tidak sekolah." Zihao mengedikkan bahunya.
Naidi terkekeh pelan mendengar itu, "kau akan tahu jawabannya nanti." setelah mengucapkan kalimat itu Naidi bergegas menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
Zihao berbalik dan mengedikkan bahunya, ia melirik jam tangannya. Pukul enam pagi lebih tiga puluh menit, sudah pasti ayahnya sudah berangkat sekitar jam enam pagi tadi karena Zihao mendengar suara mobil keluar pagi tadi.
Zihao duduk di meja makan dan mulai memakan roti panggang yang sudah disiapkan oleh asisten rumahnya, ia melirik kecil ketika kursi di samping kirinya di tarik mundur dan seseorang duduk di sana. Naidi menyibak rambut hitam sebahunya memperlihatkan keningnya, ia mengambil roti panggang yang sama dengan milik Zihao di piringnya.
"Kau akan sekolah? Dimana?" tanya Zihao karena tak melihat seragam yang dikenakan Naidi, gadis Korea itu menutupi seragamnya dengan hoodie abu-abu yang panjang hingga menutupi rok sekolahnya.
Naidi mengunyah rotinya dan menumpu dagunya dengan tangan kirinya, "coba tebak?" ia menoleh pada Zihao di samping kanannya.
Alis Zihao terangkat, "tak peduli." ia kembali menggigit roti panggang miliknya dan meneguk segelas susu yang juga sudah disiapkan di meja.
Zihao beringsut bangun dan menyampirkan tali tas sekolahnya, ia mengambil kunci motornya di atas meja. "Mau ku antar?"
Naidi tersedak dan langsung meminum susu coklat miliknya, "mwo?"
"Kau akan pergi sekolah dan kita berada di satu rumah, bukankah lebih baik kau ku antar Kim?" Naidi memundurkan wajahnya ketika Zihao tiba-tiba menempelkan dagunya di sandaran kursi Naidi.
Naidi berdehem pelan, "terimakasih atas tawaranmu, tapi aku akan naik bus saja." Naidi berbalik dan membelakangi Zihao, ia kembali menggigit roti panggangnya.
Zihao menatap Naidi dari belakang, ia menghela nafas sebelum beranjak pergi meninggalkan Naidi yang masih belum menyelesaikan sarapannya.
Naidi menatap sepatu putih yang dipakainya. Ia tengah menunggu bus yang menuju ke sekolahnya di halte, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari bus.
Ccssshhh
Naidi mundur selangkah ketika bus berhenti di hadapannya, Naidi naik dan duduk di bangku kedua dari belakang tepat di samping jendela.
Disandarkan tubuhnya ke kursi penumpang, ia memandang jalanan kota Shanghai dipagi hari yang terlihat asri. Naidi mengotak atik ponselnya, ia mengangkat alisnya ketika mendapat pesan dari ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUT UP! {hiatus}
Fanfiction{hiatus} "Hei Kim, wanna hear the fact? Your m-," "Bastard, jangan dengarkan dia Nai!" "You, shut up. Mr. Park, shot him!" "GO!" "ANDWE!!!"