Dragon's

41 20 0
                                    

Naidi meringis menahan sakit ketika luka di tangan kanannya tengah dibersihkan. Ia memalingkan wajahnya ke samping kiri menghindari tatapan yang tertuju pada dirinya.

Xinlong masih menatap Naidi tajam dengan kedua matanya, tak peduli bahkan ketika gadis itu meringis kesakitan berkali-kali saat tangannya diobati.

Naidi melirik kecil pada tangan kanannya yang kini dibalut perban, seperti tangan mumi pikirnya.

Cup

Naidi tersentak saat tangannya yang dibalut perban dikecup pelan oleh seseorang yang mengobatinya.

Shuyang mendongak dan tersenyum pada Naidi yang tengah menatapnya, "Mama bilang, kalau ingin lekas sembuh maka lukanya harus kita cium." senyuman tercetak jelas di bibir Shuyang tak lupa dengan dimple sempurna miliknya yang sama persis dengan milik kakak sepupunya, Xinlong.

Naidi tak dapat menahan senyumannya mendengar perkataan polos dan tulus dari Shuyang. Xinlong maju dan menggenggam tangan kanan Naidi dengan hati-hati, "mau apa kau?" Naidi mengangkat sebelah alisnya.

"Mencium tanganmu, agar cepat sembuh seperti yang dikatakan Shuyang." jawabnya dengan enteng.

Naidi menarik tangan kanannya dari genggaman Xinlong, "tidak perlu, cukup Shuyang saja. Kau tidak usah." Xinlong mendecih pelan mendengar itu, mata pemuda itu melirik leher Naidi. Dimana ia baru menyadari kalung yang diberikan oleh Guanlin ada di sana.

"USB-"

Naidi mendelik, "Shuyang, kau bisa keluar dulu? Nanti jiejie akan memberimu coklat, aku ada urusan dengan kakak sepupumu ini." Shuyang mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya pada Xinlong yang tak paham akan maksud bocah itu.

Setelah Shuyang keluar dari kamar, Naidi menghela nafas berat. "Apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Xinlong yang masih memandanginya.

Xinlong beralih dan duduk di samping Naidi dan membuat gadis itu sedikit terkejut, "Nai," panggilnya

"Wae?"

Xinlong mencoba meneliti ekspresi gadis di sampingnya, "apa yang terjadi? USB, ibumu, kepindahanmu. Aku ingin tahu semuanya."

Naidi menegakkan tubuhnya dan menatap Xinlong tepat pada bola matanya.

"Kau, tidak perlu untuk tahu."

Tok tok

Naidi melirik ke arah pintu yang perlahan terbuka, kepala Zihao melongok ke dalam dari celah pintu yang  terbuka. "Nai," panggilnya sembari membuka lebar pintu kamar Naidi. Ia melirik Xinlong yang masih duduk di ranjang Naidi tepat di samping gadis itu.

Xinlong memegang bahu kanan Naidi, "aku keluar." ia berdiri dan hendak pergi keluar kamar. Zihao mengernyit tak suka melihat bagaimana Xinlong kelihatan dekat dengan Naidi.

"Oh!" Naidi mengangkat alisnya, "aku akan tetap bertanya tentang tadi Kim." lanjut Xinlong sebelum ia benar-benar keluar dari kamar itu.

Naidi menghela nafasnya dan membuat Zihao mengernyit tak paham.

"Zenmeliao?" Naidi menggeleng pelan dan menatap Zihao yang berdiri di depan pintu, melirik pada apa yang di bawa oleh pemuda itu. "Kulihat kau sering sekali minum milkshake coklat, jadi kubelikan untukmu."

Kedua sudut bibir Naidi terangkat membuat senyuman, "xiexie, kau membuat moodku membaik." tangan kirinya yang tidak terluka menerima uluran kantong plastik berisi milkshake coklat dari Zihao.

Zihao mengangguk pelan, "shi, cepat sembuh Kim."

🔇


SHUT UP! {hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang