That's Feel

28 15 2
                                    

Naidi mendengus dengan keras, "He Xinlong apa maksudnya tadi?" ia bertanya pada Xinlong yang berjalan di depannya.

Naidi tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Xinlong tadi. Memaksanya untuk pulang bersama, berakting dramatis di halte, dan kini menitipkan motornya dan menarik Naidi untuk berjalan kaki di pusat kota Shanghai.

"Ya, He Xinlong! Kau-" Naidi dengan reflek mundur selangkah ketika keningnya menubruk pada dada bidang Xinlong.

Xinlong mengulum senyumnya, ia mengusap kening Naidi dengan tangan kanannya. "Aku minta maaf. Sebagai tanda maafku, aku akan mentraktirmu hari ini oke?" Xinlong mengangkat sebelah alisnya pada Naidi yang menatapnya sinis.

Gadis korea itu menghela nafasnya, "okey," ia melirik kecil pada Xinlong yang kembali mengulum senyumannya hingga dua dimple miliknya tercetak.

Sebuah senyuman tipis tanpa sadar terbentuk di bibir gadis itu.

Xinlong menegakkan tubuhnya, "kau ingin beli apa?"

Mata Naidi menangkap seorang penjual kembang gula yang berada di seberang, "itu, kau yang antri untukku." ujarnya sembari menunjuk pedagang kembang gula itu.

Pemuda itu mengangguk dan menarik pergelangan tangan kanan Naidi menuju seberang, "kau tunggu di sini, aku akan membelinya." katanya dan segera masuk ke antrian.

Naidi memasukkan kedua tangannya ke saku hoodie yang dikenakannya sembari menunggu Xinlong membawakan kembang gula pesanannya, bahkan gadis itu beberapa kali menggerakkan kakinya membuang bosan.

Xinlong yang berada dalam antrian menahan senyumannya melihat Naidi yang entah kenapa terlihat menggemaskan.

"Nde, dia sedang pergi dengan seseorang."

Naidi menatap ujung sepatunya ketika mendengar suara yang berbicara dengan bahasa Korea, ia berusaha menajamkan indera pendengarannya.

"Eung, dia bersama seorang pemuda yang terlihat tengah membeli kembang gula."

"Dia mengenakan hoodie yang sepertinya pemberian Jeno."

Mata Naidi membola menyadari bahwa orang yang sepertinya berada tak jauh di belakangnya tengah membicarakan dirinya, bagaimana dia tahu kalau hoodie yang ia kenakan pemberian Jeno? Naidi mencoba bersikap biasa seakan tak mendengar ucapan orang itu walau dalam hati beberapa kali mengumpat.

Gadis itu menegak ketika Xinlong datang dengan membawa kembang gula yang dibentuk mirip tokoh Doraemon, Xinlong berjalan dengan senyuman di bibirnya.

"Here is for you," ujarnya.

Bukannya menerima kembang gula dari Xinlong, Naidi malah menangkup kedua pipi Xinlong dan mendekatkan wajahnya. "Sssttt," bisiknya. Xinlong menelan ludahnya kasar, ia tak tahu apa yang akan dilakukan Naidi.

Naidi menatap mata Xinlong dan mendapati bayangan seseorang bertopi yang tengah mengamatinya sembari menelpon seseorang lewat airpodnya.

"Nai–"

Naidi melepaskan tangannya dari Xinlong dan tersenyum kecil, "aku hanya melihat pantulan diriku di matamu, rambutku sedikit berantakan." tangannya bergerak untuk merapikan rambut sebahunya.

Xinlong mengerjapkan matanya, "a-ah, begitu."

Pemuda itu mengangguk mengerti dan memberikan kembang gula pada Naidi yang langsung diterima olah gadis itu.

"Xinlong," panggil Naidi.

"Ya?"

Gadis itu menengok pada Xinlong yang juga tengah melihatnya dari samping, "aku haus, belikan aku minum ya."

Xinlong tersenyum, "oke, kau tunggu disini lagi ya." Naidi tersenyum dan mengangguk.

Saat Xinlong berbalik pergi untuk membelikannya minuman, senyuman di wajah Naidi luntur. Dia berbalik cepat dan menghampiri pemuda bertopi yang berdiri tak jauh di belakangnya, membuat orang itu terkejut saat Naidi sudah ada di depannya dan memiringkan wajahnya.

"Ah, kupikir siapa." Naidi menghela nafasnya, "berikan airpodmu,"

Pemuda itu terlihat gelagapan, "y-ya?"

"Ckk," tangan Naidi melepas airpod pemuda itu dan memakainya, "oppa, setidaknya jangan terlalu terang-terangan seperti ini."

"Eh, Naidi?"

Naidi tertawa kecil saat mendengar suara Jeno yang terkejut, "setidaknya jangan terlalu jelas, sembunyikan identitas orang suruhanmu." matanya melirik kecil pada pergelangan tangan pemuda suruhan Jeno.

Sontak saja pemuda itu menutupi tato yang ada di pergelangan tangan kirinya.

"Ya sudah oppa, itu saja." Naidi melepas airpod dan memberikannya pada pemuda tadi, "ini,"








"Kau lama,"

Xinlong meringis saat Naidi berbicara ketus padanya, gadis itu bersandar di dinding dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Padahal saat Xinlong pergi mencari minum gadis itu tersenyum manis, tapi sekarang senyum itu hilang dan hanya wajah kesal yang ada di wajah gadis Kim itu.

"Ini minum mu," Xinlong memberikan minuman yang dibelinya pada Naidi.

Naidi menerimanya, "yah, setidaknya kau sudah membelinya untukku. Xie xie,"dia tersenyum tipis.

Xinlong balas tersenyum, "eung, kau ingin kemana?"

"Pulang, ada hal yang harus ku kerjakan di rumah."

Pemuda He itu mengangkat alisnya, "apa? Apa itu berhubungan dengan Lai Guanlin?"

Kepala Naidi mengangguk, "kenapa?"

Raut wajah Xinlong berubah, padahal baru saja dia dan Naidi punya waktu berdua. Kenapa gadis itu malah mengatakan harus mengerjakan hal yang berkaitan dengan Lai Guanlin, ada perasaan kesal yang Xinlong rasakan.

Melihat raut wajah Xinlong, kening Naidi berkerut. "Ada apa?"

Xinlong mendengus, "tidak, hanya saja aku kesal." dia melirik kecil pada Naidi, "aku bersedia untuk membantumu menyelesaikan masalahmu yang kau bilang rumit itu, tapi kau malah meminta bantuan pada orang lain."

Sebuah perasaan senang muncul saat Naidi melihat Xinlong yang secara gamblang mengatakan bahwa dia kesal saat ini, "kau membantuku Tuan He, membuat perasaanku senang juga sangat membantuku."

"Kau senang pergi denganku?"

Naidi mengangguk singkat, "kalau begitu, let's go home."

Xinlong tersentak saat Naidi menarik pergelangan tangannya pelan, pemuda itu tersenyum kecil dan menutup wajahnya yang sedikit terasa panas dengan tangan kirinya.

🔇

"Darimana kau?"

Zihao meminum air di gelasnya pelan, matanya menatap bagaimana gadis berambut sebahu berjalan ke arahnya dan mengambil gelas. Dia menuang air dan minum di samping Zihao.

"Aku bertanya padamu," Zihao meletakkan gelasnya di atas meja pantry.

Naidi melakukan hal yang sama, "jalan-jalan,"

"Dengan?"

"He Xinlong," Naidi membenarkan tali tasnya yang merosot, "aku akan terlambat makan malam, kau makan duluan saja nanti." setelah mengatakannya Naidi bergegas pergi ke kamarnya di lantai dua.

Zihao melirik hingga punggung gadis itu hilang dari pandangannya, ada perasaan kesal saat mengetahui Naidi pergi dengan Xinlong.

°°°

Copyright by Jamet_

SHUT UP! {hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang