Part 9

15.1K 1.1K 89
                                    

Pagi itu Robin yang tidur di apartemen wanita selingkuhannya bangun pagi-pagi sekali. Ia memutuskan untuk berolahraga untuk meregangkan seluruh otot tubuhnya lemah akibat percintaannya tadi malam.

Kekasih Robin adalah pemain sinetron dan selingkuhan Robin merupakan seorang model. Dan tadi malam ia tidur di apartemen si model.

Robin memutuskan lari pagi di taman yang berada di belakang apartemen selingkuhannya itu.

Saat ia melakukan peregangan di pinggir lapangan bola yang ada di ruang terbuka publik itu, mata Robin menyipit saat seseorang tiba-tiba lewat di hadapannya.

"Si Kecil?" Gumamnya mengerutkan dahi.

Ia menatap wajah frustasi Siena dan langkah kakinya yang berlari dengan lemah.

"Kenapa tuh anak?" Gerutu Robin sembari melakukan pemanasan kecil-kecilan. Ia berjalan mengitari lapangan untuk sekedar mengambil nafas.

Saat itu, Siena yang berlari di hadapannya tiba-tiba terjatuh. Robin menautkan alisnya menatap Siena. Awalnya ia tidak peduli, tapi begitu melihat Siena bangkit lagi dan berdiri lagi, Robin tahu ada yang salah.

Akhirnya, Robin hanya berdiri di pinggir lapangan, melipat tangan dan memperhatikan Siena. Berulang kali wanita itu jatuh, dan ia segera bangkit dan kembali melanjutkan larinya dengan kaki lemah.

"Mau ikut marathon kali tuh anak ya," gumam Robin.

Saat Siena berlari hendak melewati Robin, disitu Robin menjegal kakinya hingga ia tersungkur ke lantai.

Tubuh Siena bermandikan keringat dan nafasnya tersenggal-senggal. Lalu wanita itu membalikkan tubuhnya hingga ia terlentang.

"Ro.. robin," ucapnya lirih.

Robin memperhatikannya dengan seksama. "Lo mau lomba marathon makanya latihan sebegitunya?" Tanya Robin sembari berjongkok.

Namun tak ada lagi jawaban dari Siena. Tarikan nafasnya yang tadi tersenggal-senggal pun tak lagi ada. Robin panik seketika.

"Woi, Cil!" Teriaknya mengguncang tubuh Siena. Tapi tubuh Siena tampak lemah. Siena tak menjawab, ia sudah tak sadarkan diri.

***

Aku perlahan membuka mataku. Cahaya menyilaukan langsung membuat mataku terasa sakit. Sembari menarik nafas dalam, aku berusaha untuk membuka mata ini, melawan cahaya.

"Udah sadar lo?" Suara itu terdengar di telingaku.

Aku langsung tersentak kaget mendengar suara itu. Mataku yang sendu menatap wajahnya terkejut. "Robin?" Cicitku lirih.

"Ngapain sih lo lari-lari keliling lapangan sampek pingsan?! Mau ikut lomba marathon."

Aku mengabaikan pertanyaannya. Aku berusaha untuk duduk. Ku sadari, aku sedang berada di sebuah rumah sakit saat ini. Di tanganku pun tertancap jarum gantung yang aktif mengaliri cairan.

Aku tersentak kala menyadari sesuatu. Langsung ku tatap Robin dengan mata yang membulat. "Dokter bilang apa tentang aku?" Tanyaku harap-harap cemas. Wajahku yang tadinya pucat pun semakin memucat.

Ku lihat Robin diam tak menjawab.

"Jawab kak! Dokter bilang apa?!" Aku semakin takut.

Robin menatapku lekat. "Itu, lo.." ia mengusap tengkuknya ragu.

Mulutku menganga bahkan sebelum ia menajwab. Dan cairan-cairan bening tanda kepedihan ini turun membanjiri wajahku.

"Ja..jadi, jadi.. aku hamil?" Tanyaku tak percaya.

Dadaku rasanya di hantam oleh benda keras. Menerima kenyataan bahwa aku hamil anak dari seorang pria beristri.

Azab sudah hidupku. Sebentar lagi, air mata orang tua ku akan terjatuh sembari memaki anak nya yang murahan ini. Bahkan, tidak akan ada lagi pria yang sudi meminangku. Apalagi memberi cinta yang tulus untukku.

Rembang Si Reba (Celebrity Mistress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang