Part 8

15.8K 1K 52
                                    


Malam telah menyelimuti dunia. Langit terlihat gelap bertaburkan cahaya bintang. Dingin mulai menelusup dari pori-pori, menebus kulit hingga menyelimuti ke tulang-tulang.

Aku memakai baju hangatnya. Ini adalah lapis ketiga dari baju yang aku pakai.

Saat ini, tim traveller sedang berada di sebuah villa yang telah kami sewa. Karena besok, kami akan melanjutkan shooting tidak jauh dari villa tersebut.

Aku keluar dari kamar yang akan ku tempati malam ini. Aku menggenggam laptopku dan menyusuri undakan tangga menuju lantai satu.

Aku berjalan ke ruang tamu villa tersebut. Dimana, aku mendapati Robin sedang selonjoran di atas sofa panjang.

Aku mengabaikannya. Aku mengambil duduk di seberang Robin dan mulai membuka laptop. Beruntung, ada koneksi internet di tempat itu. Jadi aku dapat melakukan perkuliahan online.

Aku memangku laptopku beralaskan bantal. Lalu fokus pada layar monitor dan mengabaikan si kampret Robin sedang tertawa cekikikan sembari terhubung dengan panggilan telepon.

Tak lama, seseorang tiba-tiba duduk di sebelahku. Aku segera menoleh dan jantungku langsung berdegup cepat.

"Kuliah online lo, Cil?" Tanya Randy. Ku lihat, di tangannya yang bertatto itu ia memegang gelas berisi teh jahe hangat.

"Iya kak." Jawabku singkat.

Aku kembali menatap layar laptopku, dan fokus pada apa yang ada di sana.

"Ambil jurusan apa, Cil?" Tanya Randy. Dapat ku dengar suara seruputannya meminum teh jahe itu.

Entah kenapa, gelenyar aneh ini muncul kembali. Pikiran kotor terlintas dalam otakku yang dangkal ini. Bayang-bayang akan Randy yang pernah menyeruput bagianku melintas dengan sekejap. Membuat nafasku memberat, dan tak nyaman.

"Ilkom, kak." Jawabku singkat. Mencoba fokus akan apa yang sedang ku kerjakan.

"Lo jadi creative, sekolah ilkom. Nggak nyambung banget." Komentarnya sembari merangkul bahuku.

Dulu, rangkulan bahu seperti ini- membuatku senang melayang-layang. Tapi berbeda dengan sekarang, membuatku panas dingin. Membayangkan ia memberi lebih.

Ya, aku memang jalang sialan! Wanita murahan! Penggoda suami orang! Katakanlah itu semua padaku. Karena nyatanya aku telah melakukannya.

Aku tak menanggapi ucapannya. Hanya mencoba fokus akan apa yang ada di depanku dan membuang pikiran kotor ini.

"Cil," bisiknya tepat di telingaku.

Aku menggeram kesal dalam hatiku. Tolonglah SUAMI ORANG! Jangan terlalu dekat denganku! Lebih baik telepon istrimu! Jangan mengganggu anak orang! Aku memaki dalam hati.

"..mau minum nggak?" Ia menyodorkan gelas teh jahenya tepat di hadapanku.

"Enggak ah kak," tolakku dengan malas.

"Ini! Minum! Biar lo nggak kedinginan!" Perintahnya dengan sedikit geram.

Aku juga bisa geram kan?! "Enggak kak! Apaan sih!" Tolakku lagi dengan nada yang sedikit meninggi.

"Apaan tuh, Cil? Kok ribut amat?" Tanya mbak Suri yang baru menginjakkan kaki di lantai 1. Ku lihat, bang Aan dan kru lainnya juga turun.

"Ini mbak, kak Ran ganggu-ganggu aja." Aduku kepada mbak Suri.

Randy langsung tak terima. "Woii, apaan. Gue nyuruh dia minum teh jahe. Kasihan gue, udah kecil entar masuk angin pula. Makin lembek ini badan." Omel Randy mengguncang tangan kecil ku yang bahkan tak penuh di lingkaran tangannya.

Rembang Si Reba (Celebrity Mistress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang