Eleven

5K 498 23
                                    


Audi melamun di tepi kolam. Membiarkan Kenant yang ada di sampingnya belajar berhitung dan meniup balon warna-warni. Hati Audi begitu lelah hari ini. Bryan bertunangan dengan Monika Gerald. Pertunangan yang tentu meriah karena dua keluarga besar  bersatu. Jadi ingat Raya, begini kah rasanya jadi sahabatnya dulu saat melihat sang kakak di tunangkan dengan perempuan lain. Sakit, nyeri, sesak, ngilu serta marah namun pada siapa? Pada takdir Tuhan yang memutuskan rantai jodoh mereka.

"Satu,, dua,,, tiga,, empat,,, Lima,,," Kenant menggaruk rambut. Pada saat hitungan kelima, ia selalu berhenti lalu mulai menghitung balon lagi. "Habis Lima berapa Audi?"

"Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh!!" Kenant mengerti dengan menganggukan kepala walau Audi tahu kalau suaminya akan lupa lagi. Ia punya suami sebaik kenant, lantas apa yang kurang?

"Audi... Ken laper. Makanan tadi udah habis?"

Audi melirik wadah snak yang sudah ludes isinya. Wadah porselin itu hanya menyisakan cabai yang tak mungkin Kenan telan. Jangan sampai suaminya minta makan lagi. Audi malas bergabung ke pesta. Selain sakit hati, ia tak punya teman atau kenalan untuk di ajak bicara. Saat Bryan menyematkan cincin ke jemari Monika. Audi sudah terlebih dahulu menarik diri.

"Kamu mau makan lagi Ken?" Semoga saja tidak.

"Iya. Mau makan nasi." Ck Audi di paksa berdiri. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namun Kenan belum juga tidur. Apa karena lapar, ia velum juga terlelap. Padahal biasanya jam 7 Kenan sudah memeluk guling.

"Aku ambilin, tapi kamu jangan kemana-mana ya?" Kenan mengangguk patuh layaknya anak anjing peliharaan. "Jangan berenang di kolam apalagi nyemplung. Kolam itu dalem."

Kenan akhir-akhir ini menurut. Audi bingung harus bagaimana. Terus berada di sisi Kenan sampai kapan? Ia juga ingin jadi istri normal. Punya anak, dapat merasakan di sayang suami serta minta di mengerti juga.

Audi mengambil nasi banyak, nugget kesukaan Kenan tak lupa juga ayam goreng. Kenan benci sayuran apalagi daun selada. Audi juga tak akan mengambil sambal, sebab satu tetes sambal saja masuk ke mulut suaminya maka di pastikan Kenan akan menangis berjam-jam.

"Jadi istri yang baik, Audi?" Audi terjingkat kaget namun ia hapal suara siapa yang menyapanya.

"Iya, selamat atas pertunangan loe!!  Tak ada jabatan tangan hanya tatapan sinis antara dua orang yang dulu saling cinta itu.

"Iya. Gue pria paling beruntung. Dapatin perempuan secantik Monika, sekaya dia. Kita sederajat." Sederajat? Sepadan? Hubungan yang pantas? Alasan Bryan melepasnya dulu. Bryan bak pangeran yang tak akan menyentuh tanah berlumpur. Audi sadar diri. Namun mereka kini sama. Dia malah derajatnya lebih tinggi.

"Selamat sekali lagi. Kalian pasangan yang cocok!"

"Lalu lo sama abang gue?" Audi memejamkan mata. Ia sadar dirinya dan Kenan tak ada cocoknya sama sekali. Si perempuan bangkrut bersama laki-laki idiot. Hubungan mereka atas dasar kebutuhan saja.

"Lebih cocok. Kita kan udah nikah." Jawab Audi telak lalu mengangkat piringnya. Tak akan ia biarkan Bryan menang dengan berhasil menyulut emosinya. Audi berubah, harus berubah. Audi gadis sembrono, ceroboh, penghayal harus musnah di gantikan Audi si perempuan tangguh.

Bryan menatap Audi tanpa berkedip. Istri kakaknya itu begitu cantik dengan balutan gaun bewarna hijau muda panjang tanpa lengan. Audi akan tetap jadi gadisnya. Bryan pastikan suatu hari nanti Audi akan kembali padanya. Bertekuk lutut dan jadi penurut sama seperti dulu. Namun ia harus terlebih dahulu menyingkirkan Kenan. Dalam hati Bryan tertawa, masalah Kenan adalah hal yang sepele.

Saat kembali Audi di terpa kebingungan. Kenan tak ada di tempatnya. Ia menyisir tepi kolam namun nihil. Kenan tak ada di manapun. Barulah saat ingin berbalik, Audi samar-samar mendengar suara tepuk tangan serta cekikikan seseorang. Kenan sedang duduk di gazebo dan di depannya ada Diaz yang memainkan trik sulap.

Audi bernafas lega, ada pikiran buruk jika Kenan tadi menghilang ikut salah satu tamu atau diam-diam keluar pintu gerbang. "Ken... ayo makan dulu."

Kenan mendongak, ia memandang istrinya acuh. Trik sulap lebih menyenangkan. "Nanti Audi"

Audi tetap sabar menanti sambil duduk bersandar pilar kayu. Tapi sepertinya Diaz mengerti. "Ken, makan dulu. Sulapnya dilanjut nanti." perintahnya pelan seperti seorang ayah memerintah anaknya.

"Tapi janji habis makan sulapnya bakal di lanjut." Ken memajukan jari kelingking lalu dengan senyum lebar Diaz membalasnya. Jadilah sekarang jari mereka saling bertaut. Audi mendengus geli. Diaz pria usil menyebalkan, bisa sabar menghadapi Kenan.

"Loe sial banget dapat suami kayak Kenan. Untung warisannya banyak sama bisa makan sendiri!" Tatap mereka serempak pada Kenan yang makan dengan lahap. "Dia mandi sendiri gak sih?"

Audi dengan kesal meninju lengan Diaz yang tertutup jaz navy. Kenan bagi Audi adalah sebuah anugerah sekaligus cobaan. "Gue beruntung jadi keluarga Brawijaya."

"Termasuk setiap hari bisa ketemu Bryan?" Audi diam. Perasaannya ketika membahas Bryan, campur aduk. Hatinya merasakan benci, cinta, kesal, kecewa, ingin menangis secara bersamaan. Obrolan mereka harus terhenti ketika ponsel Diaz berbunyi keras.

"Iya Hallo?".

"-----"

"Loe tetap di sana. Jangan buka pintu! Lo naik ke lantai atas sembunyi di sana sampai gue datang!!" Diaz menutup panggilan ponsel itu dengan keras lalu mengumpat kasar.

"Loe kenapa?"

"Laundri kita di serang seseorang. Pintunya hampir di dobrak. Safitri ketakutan. Gue suruh ngumpet." Audi yang duduk santai bertumpu pada kedua tangannya yang menekan tempat duduk keramik tiba-tiba berdiri karena kaget serta khawatir.

"Kita ke laundri." Ajak Diaz namun Audi bergerak lebih dulu mengangkat roknya namun beberapa langkah dia berbalik arah.

"Ajak Kenan juga." Audi tak akan meninggalkan Kenan di rumah bambu sendirian bersama bibik. Pesta masih berlangsung meriah. Ia takut jika Kenan nanti malah mengganggu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Safitri yang  ketakutan bersembunyi di balik mesin cuci satu tabung. Dari tadi Thomas berteriak marah sambil mencoba mendobrak pintu. Safitri yang panik langsung menghubungi Diaz. Ia lupa kalau laki-laki itu pastinya sibuk menyiapkan pesta pertunangan sang adik.

"Buka pintunya, jalang!!" Teriak Thomas kasar serta keras. Safitri semakin meringkuk sambil menangis dengan membekap mulut. "Beraninya loe ninggalin gue terus tinggal di sini. Di bayar berapa loe sama Diaz!! Jawab!!"
Safitri yakin di luar sana Thomas sedang mabuk berat. Ia hapal betul perangai majikannya ketika mabuk. Thomas akan bercinta dengan kasar, lalu mengeluarkan kata kotor serta menganiaya bagian tubuhnya. Entah itu pantat, niple Safitri yang di gigitnya keras atau rambutnya yang akan kena jambakan.

Derr

Pintu ruko di tendang Thomas sekuat tenaga walau kaki Thomas sakit namun pemuda itu tak kapok sama sekali. "Keluar loe perempuan bangsat!! Beraninya loe khianati gue, lari ke pelukan laki-laki lain!! Awas aja loe Safitri, kalau loe ketangkep. Gue bakal kurung loe selamanya. Gak akan gue biarin loe bebas mamerin muka sok polos itu ke lelaki nakal di luar sana!!"

Dor... dor... dor...

Gedoran pintu semakin kencang. Safitri yakin pintu ruko pasti sudah penyok. Safitri berdoa semoga pintu yang terbuat dari besi itu mampu menahan Thomas dan juga ia berharap agar Diaz segera datang.

Tak berapa lama suara Thomas tak terdengar kembali. Malah ada suara beberapa orang gaduh di luar. Apakah majikannya sudah pergi atau di tangkap? Safitri beranikan diri mengintip. Benar saja beberapa orang keamanan datang, meringkus Thomas.

Ceklek

Pintu besi ruko ia buka. Ketika melihat kedua sahabatnya datang. Safitri langsung menangis dan lari memeluk Audi dengan erat. Ia sudah berusaha jauh namun kenapa Thomas malah menemukannya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

my idiot boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang