Ten

5.9K 505 31
                                    


Safitri heran sepanjang dosen menerangkan Audi banyak diam. Tak mendengar hanya mencatat tapi setelah Safitri melongok, buku Audi isinya hanya coretan tak penting. Ada apa dengan sahabatnya ini ya? Apa terjadi sesuatu dengan suaminya?.

"Di, kamu kenapa?" Tanyanya setelah mereka keluar kelas.

"Gue? Gak apa-apa."

"Aku perhatiin kamu bengong aja." Safitri benar dirinya tak berkonsentrasi saat mendengarkan dosen, ia terlalu memikirkan pertunangan Bryan. Harusnya ia senang, laki-laki tak akan mengganggunya lagi. Rasa sesak sakit hatinya masih tersisa, harusnya tak begini, harusnya ia ikut bahagia.

"Gue kecapekan, biasa di rumah banyak kerjaan."

"Yah punya pasangan kayak Kenan kudu ekstra sabar dan juga pasti capek ngikutin dia ke sana-sini." Audi hanya mengiyakan dengan senyum. Bukan masalah Kenan yang membebani namun ada masalah lain yang tabu untuk di ceritakan. Masalah hati Audi yang tak tahu malu, masih mencintai cinta pertamanya sekaligus adik iparnya.

"Udah yuk kita udah di tunggu Diaz." Audi merangkul pundak Safitri mereka berjalan beriringan melalui lorong kampus.

Tanpa mereka sadari, dari saat mereka keluar kelas sampai berjalan. Ada dua orang laki-laki yang mengawasi. Thomas mengawasi Safitri yang dari kemarin tak ditemui dan menolak seluruh panggilannya. Sejak insiden pemaksaan itu Safitri berubah, gadis itu mulai membangkang serta banyak tingkah. Apakah pelayan itu tak butuh uangnya lagi. Berteman dengan orang kaya rupanya telah membuat Safitri besar kepala. Thomas akan menunjukkan dimana posisi jalang itu seharusnya berada.

Thomas mengernyit heran ketika menengok, ia melihat Bryan melamun dan juga menatap sendu ke arah depan. "Loe kenapa Bry?"

"Loe bener penyesalan selalu datang telat."

"Masalah Audi gak ada yang harus loe sesali. Dia bahagia dengan kehidupannya sekarang. Loe harusnya juga gitu." Thomas tahu dari Bryan kalau Audi sudah jadi bagian keluarga Brawijaya, Audi menjadi kakak ipar sahabatnya itu. Bagi Thomas, cerita tentang Bryan dan Audi sudah tamat. "Pertunangan loe sama Monika kapan? Gak nyangka loe bakal jadi saudara Diaz." Bryan tak mau menanggapi ucapan Thomas, dirinya memilih beranjak pergi. Hal terakhir yang ingin ia pikirkan adalah pertunangannya yang tinggal menghitung hari. Sudah adatnya seperti itu, keluarga Brawijaya, Vindetta, Gerald, Tompson dan juga Hamdan punya cara agar kekayaan dan kejayaan mereka tetap terjaga. Mereka saling menjodohkan anak turunannya. Yang paling aman untuk saat ini mungkin Thomas karena calon tunangannya si Raya harus studi di USA lagi pula adik Raga itu mana mau dengan Thomas. Masih banyak kandidat laki-laki dari Keluarga lain yang lebih kompeten dari pada Thomas.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Semua udah beres, cuma nunggu catnya kering dan mesinnya datang," ucap Thomas yang baru saja menginteruksikan pada tukang yang merenovasi rukonya. "Soal MMT, nota dan juga kertas promo udah aku cetak tinggal ngambil."

"Makasih loh, kami banyak ngerepotin,"

"Terus pembagian jaganya siapa? Loe tahu kan Safitri sama gue kuliahnya barengan." Diaz nampak menimang-nimang, usaha mereka baru mau berjalan belum butuh karyawan banyak.

"Ntar gue cari karyawan, gue soalnya gak bisa stay terus. Gue juga lagi ngrintis bisnis lain."

"Yah itu nanti kita pikir setelah jalan, betewe gue mau nunggu sekalian tidur di sini," Ucap Safitri membuat kedua kawannya menoleh secara bersamaan. "Masih ada satu ruangan kosong kan si belakang?"

"Eh Safi, gak bahaya loe tidur di sini sendirian?." Safitri menggeleng, lebih bahaya harus satu atap dengan Thomas. Sudah cukup dirinya di perlakukan hina. Safitri harus bertindak sebelum semua orang tahu hubungan kotornya dengan tuan mudanya.

my idiot boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang