Bab 26

809 130 3
                                    

Plakk

Rasa panas membakar pipi kiri Monika saat tamparan ibu mertuanya mendarat dengan keras. Seharusnya saat Audi kehilangan anaknya maka ia yang akan diunggulkan dan lebih diberi perhatian.

"Mamah kenapa nampar aku?" jawabnya dengan raut muka berkaca-kaca.

"Kenapa kamu bilang! Kamu jangan pura-pura baik. Jangan pura-pura jadi tolol. Kamu kan yang buat Audi jatuh dari tangga!"

"Apa sih maksud mamah. Aku gak ngerti!"

Inggrita kehilangan kesabaran. Ia baru saja kehilangan cucu pertamanya dan mendapatkan laporan orang rumah bahwa terjatuhnya Audi di tangga yang terlibat sebagai kecelakaan, sebenarnya bukan seperti itu kejadiannya.

"Kamu kan yang sengaja nyiram minyak goreng ke tangga tempat Audi jatuh?"

Monika kaget, ia merasa bingung karena  dijadikan tersangka utama. "Minyak goreng apa sih Mah? Kalau pun ada minyak goreng tumpah, itu salah pembantu lah. Aku kan gak pernah masak apalagi masuk dapur."

Kesabaran Inggrita terkikis sudah. "Kata Salah satu pelayan kamu hari itu masuk dapur. Tapi bukan buat masak! Jangan pura-pura bodoh Monika mamah tahu kamu iri sama Audi. Kamu iri karena gak akan pernah bisa jadi ibu!"

"Mamah bisa kecilin dikit suaranya! Bryan bisa denger."

"Mamah udah berbuat baik dengan menyembunyikan kebusukan kamu. Ini balasan kamu buat kebaikan yang mamah kasih? Kamu yang buat Audi celaka." Inggrita tak mengendurkan tuduhan karena tahu dibalik raut wajah Monika yang polos menyimpan kelicikan yang sempurna. Perempuan ini adalah pembohong rapi dan nona sok mulia.

"Apa untungnya buat Audi celaka. Toh aku gak akan pernah bisa punya anak Ma."

"Untungnya apa cuma kamu yang tahu." Tunjuk Inggrita tajam tepat ke dada menantunya. "Tapi mamah peringatkan kamu. Kalau sekali lagi kamu berbuat hal di luar kesepakatan kita dan hal itu merugikan mamah. Mamah gak akan segan-segan ngasih tahu Bryan soal kemandulan kamu itu. Mamah akan mendorong Bryan buat menceraikan kamu, Monika dan mamah pastikan kalau kamu bakal ditendang ke luar dari kehidupan Bryan."

Monika mengeraskan rahang walau hatinya bergemuruh hebat. Mertuanya sedang mengancamnya dan Monika sadar betul kesalahannya apa. Memang betul ia yang menaruh minyak itu tapi Monika tidak memperkirakan jika bayi Audi langsung meninggal seketika.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Audi menatap kamar bayi yang telah ia siapkan dengan perasaan campur aduk. Box biru yang sudah lengkap, ia elus. Di sini harusnya ada bayinya yang tidur pulas. Lemari baju bayi cuma sanggup ia pandang karena Audi tidak sanggup membayangkan baju-baju mungil itu telah kehilangan pemiliknya.

Ia tarik nafas kemudian Audi berjongkok melihat kereta bayi yang masih terbungkus rapi dalam plastik. Barang-barang ini tidak akan dipakai anaknya, barang-barang ini sebaiknya di apakan. Audi sudah tak sanggup melihatnya. Tak terasa air matanya menetes dengan sangat deras. Mengenang bayinya yang telah tiada membuat ulu hatinya sakit.

"Yang sabar Audi. Bayi itu udah gak ada."

Audi yang mendengar suara Inggrita, langsung menghapus air matanya dengan kasar dan meletakkan boneka beruang kecil ke tempatnya semula.

"Eh mamah. Aku cuma mau lihat-lihat kok."

"Sesekali kita perlu mengenang masa lalu. Gak mudah buat seorang ibu kehilangan anaknya. Gak apa-apa kita hari ini puas-puas nangis tapi besok kita perlu menatap masa depan. Kehilangan anak memang suatu musibah tapi bukan berarti hidup kita berhenti di sini."

Yang dikatakan Inggrita benar tapi hatinya masih sulit terima. Audi sudah merasakan kehilangan dua kali seolah Tuhan tidak mempercayakannya seorang anak.

"Aku butuh sedikit waktu untuk menerimanya."

"Ingat Audi. Kenant butuh kamu."

Audi menarik nafas. Di titik ini ia merasa lelah, ia ingin lepas, lari dari semua beban yang Inggrita beri.

"Perusahaan juga butuh kamu."

"Iya mamah."

Pada akhirnya hanya ada dirinya yang meratapi kepergian anaknya seorang diri. Bayi itu seperti miliknya seorang. Inggrita terlihat biasa setelah kehilangan cucu pertama bahkan wanita itu tak membiarkan perasaan Audi beristirahat barang sejenak.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Bryan semula membaca laporan yang sekretarisnya beri. Tapi sang sekertaris nampaknya membrir kabar tambahan yang membuatnya langsung berdiri dari kursi kebersarannya lalu berjalan cepat ke luar ruangan.

"Harusnya kamu tidak masuk kantor secepat ini!"

"Aku sudah sehat dan sudah pulih."

"Cuti untuk ibu hamil berlangsung selama tiga bulan. Kamu baru menggunakannya satu bulan, masih tersisa dua bulan." Audi tak mengindahkan apa yang Bryan perintahkan. Ia dengan hati-hati duduk dan mengambil laporan yang sudah menumpuk di mejanya.

"Ku bilang aku sudah sehat dan dapat bekerja. Lagi pula pekerjaanku sudah menunggu. Kalau kamu datang cuma untuk menjelaskan tentang masa cutiku. Pergilah."

Bryan masih berdiri dan tak mau beranjak. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku tanda bahwa memang Bryan tak mempan akan usiran Audi.
"Beristirahatlah, ambil cuti, liburanlah ke tempat kamu bisa menenangkan diri. Jangan terlalu menyiksa diri. Ku anggap kau masih berkabung karena kehilangan bayimu."

"Tahu apa kamu tentang kehilangan? Berkabung heh?" Jawab Audi dengan senyum sinis. "Aku sudah kehilangan bayiku dua kali. Aku dapat melaluinya sendiri... cuma sendiri. Jangan sok menghiburku. Aku tidak butuh kata-kata penyemangat. Sekarang aku mau bekerja."

Kata-kata itu menusuk relung jiwa Bryan. Ia ingat saat dulu meninggalkan Audi berjuang sendiri setelah keguguran karena ia dorong ke jalan. Mungkin rasa sakit yang dirasakan Audi sekarang tak seberapa dibanding dulu. "Aku cuma memberimu Saran. Aku tidak tahu seberapa sakit yang kamu rasakan tapi pekerjaan bukan pelarian. Kalau kamu tidak konsentrasi atau serius dalam bekerja. Itu akan merugikan perusahaan."

Audi hanya menatap malas ke arah Bryan. Nampaknya kali ini Bryan lebih pengertian, ia memilih pergi dan tidak menggangu iparnya lagi.

Sepeninggal pria itu, Audi menarik nafas panjang lalu mengusap wajahnya yang terasa kelelahan. Bryan benar, pekerjaannya penuh tanggung jawab tapi Audi tidak boleh berduka lagi. Hidupnya penuh dengan keberuntungan, satu kemalangan tak akan mampu menumbangkannya.

🌵🌵🌵🌵🌵🌵

my idiot boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang