Gila

628 96 7
                                        

Aku dan Jennie semakin dekat. Kami sering melakukan kolaborasi menulis. Tulisannya bagus. Aku suka itu. Apalagi jika dia sedang menulis untukku. Hehe.

Suatu malam sekitar jam sebelas, saat aku sedang menulis di blog, ada notifikasi pesan masuk ke handphone ku.

"Aku tunggu di kedai kopi di jalan Hongdae. Cepat! Kalau tidak datang, aku akan marah besar", begitu isinya.

Ada apa ini? Kenapa Jennie?

Tanpa pikir panjang, aku mengendarai motor kesayanganku menuju kedai kopi tersebut.

* * * * *

Aku melihat Jennie di meja 31. Aku menghampirinya. Jennie melihatku seperti ingin menelanku hidup-hidup.

"Kenapa kamu yang muncul?", Tanya Jennie.

"Kan kamu yang memintaku datang kesini. Gimana, sih", jawabku.

"Aku mau ketemu Hanbin. Bukan kamu. Kamu siapa?", Kata Jennie sedikit emosi.

"Apasih? Aku Lisa. Aku tidak kenal Hanbin. Aku pikir kamu menghubungiku untuk bertemu denganku", jawabku tak kalah emosi.

Muka Jennie langsung memerah. Dia masih menatap tajam diriku.

"Panggil Hanbin! Kalau tidak aku marah!", Perintah Jennie.

Aku jadi bingung. Siapa Hanbin?

"Sumpah! Aku tidak kenal Hanbin!", Aku sedikit meninggikan nada bicaraku.

"Aku tidak mau tahu. Kalau tidak, aku teriak!", Jelas Jennie.

Lama-lama ku pikir, gadis ini gila aku tinggalkan saja dirinya. Tapi tiba-tiba Jennie menarik tanganku. Cara berjalannya seperti orang mabuk.

"Aduh, apa sih? Aku benar-benar tidak kenal Hanbin. Serius!", Jelasku.

Rambutnya yang panjang hampir menutupi wajahnya. Dia sibak begitu saja dengan tangannya.

Petugas security mulai berdatangan.

"Kenapa, nona?", Tanya petugas itu.

"Aku dipaksa untuk membawa Hanbin ke sini. Padahal aku sama sekali tidak mengenalnya", jawabku bingung.

Petugas itu memandangi Jennie.

"Aku mencintaimu! Kenapa kamu tega menghianati aku?! Kenapa?!", Setelah bicara seperti itu sambil menarik jaket ku, Jennie pingsan.

Petugas itu melihat kearahku, seolah-olah aku telah menyakiti Jennie. Tadinya mau ku tinggal saja Jennie, tapi aku tak tega melihat dia dengan keadaan mabuk seperti ini. Eh? Tunggu. Mabuk? Ini kedai kopi. Apa bisa seseorang mabuk berat sehabis minum kopi? Atau dia sebelum ke sini, sudah mabuk? Ah tidak penting juga.

Akhirnya aku bawa Jennie ke luar kedai tersebut dan menyandarkan dirinya di halte tak jauh dari kedai itu.

Sekarang aku bingung, mau mengantarnya kemana. Aku punya ide. Aku lihat saja dompetnya. Pasti ada identitasnya disana. Saat aku sedang merogoh tasnya untuk melihat dompetnya, sebuah tamparan mendarat mulus tepat di wajahku. Sial! Sakit sekali.

Dengan santainya Jennie bilang, "mau apa kau?! Maling, ya?!"

"Aku hanya mau tahu alamatmu gadis gila!" Jawabku kesal.

"Halah.. alasan!", Jawab Jennie tak kalah kesal.

Karena aku takut dipukuli massa akibat Jennie teriak-teriak, aku tinggalkan saja dia di halte sendirian. Ku tancap gas motorku, aku kabur dari Jennie si gadis cantik nan manis itu dan gadis paling aneh yang pernah aku temui.

Begitu sampai rumah, aku langsung menghapus semua kontak Jennie dari daftar sosial mediaku.






Tbc.

MY POEMS GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang