Assalamulaikum, temen-temen. Kalian bisa panggil aku yaya, aku adalah anak kelas 11 jurusan bahasa, Aku sangat menyukai selfi dan sangat gemar update di sosial media, semua moment selalu kuabadikan dan selalu aku publikasikan ke sosial media milikku yang pengikutnya hampir 10.000 pengikut, hal itulah yang membuatku semakin bersemangat.
Namun, ketika ada beberapa orang yang aku pun tidak mengenal nya, mereka menggunakan beberapa fotoku untuk dijadikan foto di akunnya, betapa geramnya aku dengan tingkah mereka dan pada akhirnya aku memarahi mereka hingga di non aktifkanlah akun-akun mereka. Dengan kejadian itu, aku sangat-sangat ketakutan tapi tetap tidak membuatku berhenti selfi dan mempublikasikan ke sosial mediaku. Hingga sampai pada akhirnya di sekolah, ada teman kelas ku yang bernama Andry dia menggodaku "Hey, wajahmu cantik sekali. Fotomu aku jadikan bahan malam ya." Sontak mendengarnya aku pun terkejut dan memarahi, "Maksud kamu apa? Kamu tau kan perbuatan itu dilarang sama Allah." Setelah aku berkata seperti itu dia pun tertawa sambil berkata, "Kamu marahin aku padahal aku sudah izin, lalu bagaimana mereka yang menjadikan fotomu bahan onaninya tanpa izin?" Setelah mendengar itu aku berasa tertampar sangat keras.
Pulang sekolah, aku mengambil handphoneku mengaktifkan sosial mediaku dan menghapus semua fotoku serta menghapus akun dan membuat akun baru.
...
Keesokan harinya, guru antropologiku memberikan tugas ke kami semua untuk melakukan penelitian yang judulnya terserah masing-masing individu dan tidak boleh sama, lantas aku pun mulai berpikir apa yang akan aku teliti. Lagi-lagi Andry datang seolah-olah malaikat yang selalu memberikanku pencerahan. Ia berkata, "Kenapa nggak meneliti wanita bercadar aja ya? Siapa tau bisa buat belajar kamu juga sekalian." Mendengarnya aku hanya berucap terima kasih dan aku pun membuat judul makalahku.Selama aku meneliti, aku hanya memberikan pertanyaan kepada para responden tanpa mengenakannya langsung. Seketika di suatu pengajian yang semua wanitanya rata-rata bercadar, aku pun memberikan pertanyaan namun wanita itu berkata, "Kalau kamu hanya bertanya, kamu tidak akan dapat merasakan. Coba kamu pakai langsung dan selama meneliti kamu harus memakainya." Aku pun dikenakan oleh wanita itu sekain cadar, mengenakannya ternyata tidak terlalu buruk. Tapi, memang di kotaku masih tabu dengan wanita yang bercadar tanpa terkecuali keluargaku, mereka menentangku dan aku beralasan bahwa aku mengenakan cadar sementara melakukan penelitian.
Dimana ada wanita bercadar, disitu pulalah peluangku untuk menjadikan mereka responden. Ternyata, jawaban mereka beragam namun yang menariknya mereka Sama-sama mengatakan bahwa, "Saya bercadar untuk terhindar dari laki-laki yang berbahaya." Aku pun jadi mengingat kejadian yang sebelumnya pernah aku rasakan sendiri.
Dan benar, selama 3 bulan aku meneliti dan selama 3 bulan pula aku menjadi wanita yang lepas pasang cadar karena di sekolah masih dilarang. Aku merasa bercadar ini semakin aman, walaupun di luar sana masih banyak yang berkata buruk tentang cadar karena mereka tidak mengerti betapa nyamannya mengenakan sehelai kain ini. Di keluargaku, aku memang sudah dicap sebagai anak yang selalu punya pemikiran yang berbeda. Hingga, ketika aku memutuskan untuk bercadar mereka hanya memperingati untuk berhati-hati karena cadar identik dengan "terorisme, radikalisme, dan sebagainya. " Aku tidak memperdulikan itu, sekuat tenaga aku harus membuat nama cadar menjadi baik dan aku tidak sendirian. Di kotaku banyak wanita yang seusiaku memulai hijrahnya dengan bercadar, maka dari itu pula lah kami bersahabat untuk saling menyemangati dan saling menguatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ada apa dengan cadarku? (SELESAI)
Cerita PendekSemua berawal dari kisah seorang remaja perempuan bernama amaliya bisa dipanggil "Yaya" yang memulai hijrahnya ditahun 2017, dia adalah remaja yang gemar memposting segala kehidupannya di sosial media. Hingga pada akhirnya, dia bercadar dan meni...