Apa kau tahu sebarapa baik mereka? Atau bahkan seberapa buruk mereka? Tidak mungkin! Kau pasti akan mengetahui apa yang tampak dari mereka.
Chevia menghela napas. "Ada apa dengannya akhir-akhir ini?" tanyanya pada Sofia ketika memasuki kamar setelah kelas berakhir.
Sofia menghampiri meja belajar. "Entahlah!" jawabnya. Sementara Chevia tengah duduk membuka satu peniti hijabnya. "Kurasa Swizzy tampak amat gembira," lanjut Sofia sembari mengangkat satu tangan menghadap Chevia. "Atau..." Ia berhenti bicara ketika mendapati sebuket bunga jasmin berdiri di atas meja belajar milik Swizzy.
"Lihat itu!" sambungnya, jari telunjuknya menunjuk buket bunga itu, membuat Chevia segera menoleh ke arah meja. Sofia beranjak menuju meja belajar milik Swizzy.
Dan Chevia melakukan hal serupa.
"Oh, ya ampun," Sofia mengangkat satu tangannya, dan Chevia menatap gadis itu lalu kembali menatap bunga. "Seseorang telah mengirim ini?" Sofia menjulurkan kedua lengannya ke arah bunga, sambil menatap wajah Chevia.
Sementara itu Swizzy tengah menapak menuju kamarnya bersama Cherry, seorang teman barunya. Gadis itu menceritakan tentang pengalaman dua hari pada malam tahun baru. Terkadang Cherry tampak terkejut dan terkadang ia tersenyum menggoda. Swizzy mendorong terbuka sebelah pintu kamar, mendapati kedua teman sekamarnya tersentak dan segera berbalik untuk melihatnya. "Hai!" sapanya kepada teman-teman sekamarnya sembari memasuki ruangan dibuntuti oleh Cherry. "Kenapa keget begitu?" Chevia dan Sofia beranjak menghampiri mereka. "Siapa ia?" tanya Sofia. Swizzy merekahkan senyum. "Ia adalah Cherry," jawabnya. "Teman baruku," Mereka saling berkenalan dan berjabat tangan, dengan senyum ramah mereka dapat menilai pada satu sama lain, bahwa terdapat sifat baik.
"Oh, ya," lanjut Chevia setelah duduk berhadapan di atas ranjang Sofia, sementara Swizzy dan CHerry tengah duduk di atas ranjang Tuan Puteri. "Dari mana kau mendapatkan bunga itu?" tanyanya.
"Kurasa itu adalah bunga langka di sini," imbuh Sofia.
Dengan tulus ia menceritakan kejadian beberapa hari lalu kepada dua teman sekamarnya, namun siapa sangka jika orang-orang yang kau percaya itu ternyata memiliki niat jahat? Setelah hari itu, sang kepala sekolah memanggil Swizzy untuk datang ke ruangannya, membuat gadis itu terkejut dan khawatir, tentu saja! Swizzy berharap ia takkan diberi sebuah hukuman karena tindakannya pada beberapa hari lalu, setibanya di ambang pintu ruang kepala sekolah, ia menarik napas dalam, sebelum akhirnya ia mengetuk pintu, jantungnya berdegup cukup keras, berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan ternyata tidak, setelah sang kepala sekolah mempersilakannya untuk masuk. Kepala sekolah mulai menanyakannya tentang beberapa hal seputar malam tahun baru.
Haruskah ia berbohong? Tidak mungkin! jadi ia menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Kau tahu apa yang akan terjadi setelahnya? Karena Noble Unity Islamic School adalah sekolah berasrama yang tak menginzinkan siswa dan siswi untuk bertemu, jadi melarikan diri dari sekolah dan berada di Istana Eietopia adalah sebuah kesalahan. Dengan serius akhirnya Swizzy menjelaskan tentang bagaimana ia dapat berada di istana tersebut. "Saya diberi sebuah amanah untukmu berada di sini oleh Raja Horion," ujar sang kepala sekolah. "Dan jika aku membiarkanmu berada di tempat lain pada hari libur," Ia menghela napas. "Maka aku akan menerima sebuah hukuman dari sang Raja." Swizzy menatap sang kepala sekolah dengan mengerutkan wajah. "Tapi aku hanya mencari hiburan." Sebuah toleransi tak berlaku baginya, kerena memang jelas bahwa ia telah melarikan diri pada saat itu, dan rasanya tidak pantas karena telah bermalam di istana lain, sementara ia tengah menerima sebuah hukuman.
Akhirnya, sang kepala sekolah membawanya ke sebuah lapangan luas dan mengintruksinya untuk berdiri di tengah panasnya mentari. Aku adalah seorang Puteri, batinnya. Pantaskah aku diperlakukan seperti ini? Dengan perasan sedih ia menerima hukuman tersebut, menggenggam tangannya, menjulurkan bibir, tertunduk menatap sepatu sekolahnya, merasa jengkel ketika menyadari para murid tengah menyaksikannya yang dihukum seeperti itu. Sungguh menguji mental seorang Puteri, karena sejujurnya ia merasa malu akan hal itu, telah tampak seperti seorang murid nakal yang tak terpelajar. Mengigit bibir untuk menahan perasaan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horiontine
Teen FictionSwizzy, seorang Puteri yang menolak untuk menjadi seorang Ratu Kerajaan Horion, akhirnya diasingkan ke sebuah sekolah bangsawan. Karena baginya menjadi seorang Ratu akan selalu berkaitan dengan perjodohan atau menikah muda, yang ia tak menginginkann...