BAB 11

21 2 0
                                    

Ketika kau memiliki perasaan berbeda, beranikah kau untuk mengungkapkannya?

Ardhi menyaksikan Swizzy tengah bermohon memunggunginya, sekilas merasa bersyukur karena Permaisuri-nya telah kembali. Beranjak menghampirinya, meraih satu tangannya, membuat Swizzy tesentak dan dengan terpaksa harus mengakhiri permohonannya, mendongak menatap Ardhi dengan kernyit dan bangkit. "Apa yang kau lakukan?" tanya Swizzy. Ardhi menarik lengan gadis itu kemudian membawanya keluar dari dalam masjid, mereka berdiri berhadapan dengan dua tatapan berbeda.

"Aku amat mengkhawatirkanmu," gumam Ardhi.

Swizzy menghapus air matanya dengan satu tangan. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada kesal.

Mereka berjalan mengitari istana sembari membicarakan apa pun yang akan membuat Swizzy merasa tenang, menahan rasa ingin bertanya tentang perasaan Swizzy yang sebenarnya. Ardhi memetik sekuntum bunga dari tanaman yang dilaluinya, tertunduk menatap bunga itu, ingin rasanya ia segera memberikannya pada Permaisuri namun pikiran akankah ini membuatnya gembira atau semakin sedih? Terlintas di benaknya. Menoleh melihat Swizzy tengah menatap sekitar, ia meyakinkan dirinya dengan berkata ayolah kau pasti bisa! Akhirnya ia memeberikan sekuntum bunga itu ke hadapan Swizzy, menatap ke arah bunga dan Swizzy secara bergantian dengan harapan bahwa Swizzy akan menerimanya. Swizzy menghentikan langkah, menoleh menatap bunga dalam genggaman Ardhi, lalu mendongak menatapnya, membuat Swizzy berpikir haruskah aku menerimanya? Oh, ternyata hal itu justru mengingatkannya pada seseorang yang pernah memberi sebuket bunga jasmin padanya. Dan baginya, bunga jasmin yang telah layu itu jauh lebih berharga dari pada sekuntum bunga yang baru saja dipetik.

Swizzy tampak murung dan perlahan ia meraih sekuntum bunga tersebut, kembali melangkah sembari menatap sekitar. Ardhi mengerutkan wajah ketika melihatnya, merasa apa ia membuat satu kesalahan lagi? Kenapa semua yang dilakukan Ardhi tampak salah di mata Swizzy? Akhirnya Ardhi menghentikan langkah, menarik satu lengan Swizzy, otomatis Swizzy menghentikan langkah kemudian berbalik. "Apa kau tidak menyukai pernikahan ini?" Ardhi menatap kedua bola mata Swizzy yang dipenuhi rasa ketidak percayaan.

Swizzy tertunduk menatap rumput yang berada di bawahnya, menguatkan diri untuk mengungkapkan hal sebenarnya, mendongak menatap Ardhi kemudian menjawab. "Aku tak mencintaimu!" Melempar bunga itu, berbalik, mengangkat rok gaun dengan kedua lengan lalu berlari memunggungi Ardhi yang merasa amat terpukul.

Sekembalinya Hadyan ke Istana Eietopia dengan membawa sejuta kekecewaan yang tak dapat ia ungkapkan. Bagaimana mungkin ia dapat merasa sekecewa ini? Bukankah ia selalu bermohon bahkan berharap agar Allah memberikan Swizzy untuknya, ia berdiri di atas balkon, mengingat ujaran ayahnya pada beberapa waktu lalu sebelum kematiannya, jika Allah tak memberikan apa yang kita inginkan, kau harus yakin bahwa itu tak baik untukmu. Ia menggigit bibir, berpikir mungkin Ratu Swizzy bukanlah orang yang baik, bersama pikiran tersebut ia memiliki satu perasangka baik terhadap Allah yang mungkin akan menggantikannya dengan seorang Puteri yang baik, atau jika tidak, mungkin Swizzy akan tetap menjadi miliknya meski harus menunggu beberapa tahun lagi.

Di Istana Stavia Kota Barlie, Swizzy tengah mengurung diri dalam ruang kamarnya. Tak satupun orang dapat menemuinya, Puteri Shakira bersama ibundanya berniat untuk menemui Permaisuri namun seorang pengawal tak memberi mereka izin untuk dapat bertemu Permaisuri. Mereka akhirnya segera menuju singgasana Ayahanda Ardhi dengan membawa sebuah tanda tanya besar, sungguh tindakan tidak tepat yang dilakukan oleh Permaisuri. Ayahanda Ardhi telah menginjak usia lanjut, jadi seharusnya ia tak perlu mengetahui hal tersebut, setelah itu Ardhi dipanggil oleh ayahandanya untuk menyelesaikan masalah Permaisuri yang tak diketahui oleh siapa pun kecuali Ardhi.

Dan pada keesokan harinya Ardhi memasuki singasana Permaisuri yang tak mungkin para pengawal akan menghalanginya. Namun bukan itu masalahnya, ternyata ruang kamar Permaisuri terkunci jadi ia mengalami hal sama seperti Puteri Shakira, ia tak dapat memasuki ruang singgasana Permaisuri.

"Swizzy!" gumamnya. "Hentikanlah tindakanmu ini," Ia mengetuk pintu ruang kamar Swizzy.

Sementara Swizzy masih duduk memeluk lutut di atas ranjang, berusaha untuk menetapkan keputusannya.

"Swizzy!" Ardhi mengulag panggilannya.

Karena Swizzy mengurung diri selama beberapa hari, jadi semua anggota keluarga kerajaan merasa cemas. Hingga akhirnya Ardhi berusaha untuk menghubungi orang tua Swizzy di Istana Horion di Kota Crownveil, membuat anggota keluarga Kerajaan Horion merasa aneh, karena setiap kali Ibunda dan Ayahanda Swizzy menghubungi putrinya, mereka hanya mendengar bahwa Swizzy baik-baik saja, bahkan mereka dengar Swizzy amat bahagia. Pada hari itu juga Ayahanda Swizzy pergi menuju Kota Barlie, rupanya jalan raya saat itu tengah mengalami kemacetan, jadi ia membutuhkan waktu lama untuk dapat berada di sana, namun takdir berkata lain karena ia harus tewas ketika melintasi tikungan tol menurun, dan akhirnya mobil pribadi ayahanda Swizzy terjatuh keluar dari jalur. Hal itu terjadi karena si supir tak berhati-hati saat mengendarai mobil, menginjak pedal gas terlalu kuat.

Swizzy yang mengetahui hal tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti mengurung dirinya. Karena ia harus segera pergi menuju Crownveil bersama Ardhi dan kedua orang tuanya.(*)

HoriontineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang