Apa yang akan kau lakukan ketika kau merindukan keluargamu? Sementara kau tak dapat bertemu keluargamu. Apa saat ini adalah satu kesempatan terbaik untuk pergi?
Swizzy duduk di atas ranjangnya, menyaksikan kedua teman sekamarnya mengemas pakaian. Hari ini adalah hari para siswi sekolah bangsawan akan kembali ke rumah mereka, tentu hari itu adalah hari yang amat menyenangkan, namun tampaknya berbeda bagi Swizzy. Bahkan ia merasa sedih karena tak diizinkan untuk kembali ke istana, itu bukan berarti ia tak bisa pulang, tapi keberdaannya di sekolah tersebut adalah sebuah hukuman, jadi ia tak mendapat izin kembali ke istana oleh Sang Raja.
Akan tetapi satu hal yang membuatnya merasa bersyukur, ponselnya sudah boleh digunakan. Jadi, ia beranjak menuju jendela kamar, tertunduk menatap ponsel yang ia pegang dengan kedua tangan, mencari nomor kontak ibunda lalu menekan tombol telepon. Mendongak menatap luar ruangan dari balik jendela, sambil berharap bahwa ibunda akan mengangkat telepon darinya. Terdengar nada sambung pertanda ponsel ibunda sedang aktif, ia mengulum bibir. Teleponnya terhubung, tapi kenapa tak diangkat? pikirnya, membuatnya menjulurkan bibir, melepas ponsel dari telinganya, lalu ia kembali menghubungi ibunda. Amat disayangkan, karena hasilnya tidak berbeda dengan sebelumnya.
Tiba-tiba Swizzy merasa seseorang memegang pundaknya, jadi ia berbalik. Mendapati Chevia berdiri di hadapannya.
"Aku duluan," ucap Chevia dengan senyumnya.
Swizzy merekahkan senyum lalu mengangguk.
Sofia merasakan ponselnya bergetar dari dalam saku roknya, jadi ia merogoh dan menariknya keluar. Ia menerima telepon dari keluarganya, tak lama setelah itu, Sofia mengenakan ranselnya kemudian beranjak menghampiri kedua teman sekamarnya. "Aku juga akan pulang awal hari ini," katanya.
Chevia berbalik untuk menatap gadis itu.
"Orang tuaku akan membawaku ke luar kota," imbuh Sofia dengan ceria.
"Jaga dirimu baik-baik, Tuan Puteri," lanjut Chevia.
"Terima kasih!" Swizzy menyaksikan keduanya melambai sebelum meninggalkan ruangan, senyumnya merekah dan membalas lambaian mereka. "Daaah..."
Sepertinya hari itu akan menjadi hari yang amat membosankan jika Swizzy mengikuti aturan istana, Tentu saja, dan kerena ibundanya tak menjawab teleponnya, maka ia berniat untuk melarikan diri meski hanya sementara, mungkin semua orang akan pergi pikir gadis itu. Akhirnya ia beranjak menuju lemari pakaiannya, meletakkan ponsel di atas meja belajarnya, meraih gagang pintu lemari dengan kedua lengan, lalu menarik terbuka pintu itu. Mengubek-ubek isi lemari untuk mencari pakaian yang cocok untuk sebuah penyamaran, ia teringat akan dua helai pakaian lama yang sama sekali belum ia gunakan, ia berharap bahwa ia telah membawanya ke sekolah pada beberapa waktu lalu.
Setelah lama mencari akhirnya ia menemukan sebuah gaun biru gelap, bermodel lurus dengan renda yang panjangnya hingga bawah lutut, sehelai pita merah muda menggaris di bawah dadanya, sepertinya gaya gaun tersebut bukanlah tren pada tahun itu. Ia mendorong terbuka pintu jendela dengan kedua lengan, beranjak meraih sebuah kursi belajar dan membawanya ke dekat jendela. Menarik napas lalu mengembuskannya, berniat untuk pergi, naik ke atas kursi untuk dapat keluar dari jendela kamar, tertunduk melihat apa yang ada di bawah. Mungkinkah ini berbahaya? Pikirnya, namun ia berusaha untuk melenyapkan pikiran buruk itu, dengan memejamkan kedua mata, membaca Basmallah, ia melompat untuk pertama kalinya.
Gadis itu terjatuh dengan satu kaki yang menahan tubuhnya, membuka mata, lalu mendongak menatap sekitar, bangkit dan beranjak meninggalkan kamarnya dengan pintu jendela yang terbuka. Menapak dan bersembunyi ketika bertemu seseorang, memang tak semudah apa yang kau pikirkan, itu karena ia ingin melarikan diri, setelah berhasil berda di dekat pintu gerbang, akhirnya ia bersyukur karena pintunya tak dikunci, bahkan gerbangnya tampak terbuka. Jadi ia beranjak kemudian berlari keluar sekolah, jalan raya dipenuhi oleh kendaraan, pohon-pohon berdiri di sebelahnya, sejujurnya tuan Puteri pergi tanpa tujuan yang jelas, ke mana ia akan pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Horiontine
Teen FictionSwizzy, seorang Puteri yang menolak untuk menjadi seorang Ratu Kerajaan Horion, akhirnya diasingkan ke sebuah sekolah bangsawan. Karena baginya menjadi seorang Ratu akan selalu berkaitan dengan perjodohan atau menikah muda, yang ia tak menginginkann...