Bagian Empat Pesan dan Mimpi

3.3K 82 0
                                    

Part sebelumnya :

Aku segera menuntaskan mandiku dan berpakaian kembali. Tony sudah ada di depan pintu kamar mandi, karena aku penasaran. Aku mencoba bertanya kepada Tony, "Apa kau mendengar sesuatu di dalam, Ton?" Tony yang kelihatan binggung hanya menjawab, "Tidak ... memangnya kenapa? Kau tadi main sabun ya, Han?" ejeknya kepadaku.

"Ah sudahlah ... lupakan saja!" sambil ngeloyor pergi.

***

Aku sebenarnya tidak pernah tahu, apa yang dilakukan oleh Jawir sesaat setelah aku dan Feranda meninggalkan kamar dimana sebelumnya keris yang dilipat oleh kain kafan itu berada. Jawir sebenarnya sangat tertarik dengan benda keramat seperti ini. Ia memiliki rasa penasaran yang begitu kentara dan seolah menginginkan benda tersebut. Hingga akhirnya Tony berkata kepadaku, "Han ... aku ingin membicarakan sesuatu!" ujar Tony dengan setengah berlari. Aku yang sedang berada di dalam kamar kemudian bangun dari posisiku semula dan menghadap kearah Tony.

"Mau bicara apa, Ton?" tanyaku penasaran.

"Bahaya ini bahaya!" ujar Tony gelagapan. Mukanya pucat dan tampaknya ia benar-benar takut akan sesuatu hal.

"Bahaya apanya?" tanyaku yang kian penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Tony pun memulai ceritanya, "Aku sebenarnya melihat Jawir, mengambil keris dengan kain kafan itu dari dalam lemari. Aku berniat menghentikannya dan mengingatkan dia dengan apa yang sebenarnya ia lakukan, tapi ... Jawir marah kepadaku, dan mengancam untuk memukulku, jika aku memberitahukan hal yang sebenarnya, terutama kepadamu Han!" terang Tony.

"Gila!" hanya itu yang bisa kuucapkan dari mulutku saat itu.

"Lalu dimana Jawir sekarang?"

"Entahlah, aku tak melihatnya lagi setelah kejadian itu!" beber Tony.

Aku hanya bisa menepuk kepalaku. Aku benar-benar kesal dengan anak yang sok tau ini. Ia tidak pernah bisa berpikir jernih dan berbuat seenaknya. Aku mengesampingkan mengenai pesan Kakek Min siang tadi. Namun yang sebenarnya paling aku pikirkan adalah bagaimana bila yang punya rumah ini tahu, kalau benda tersebut diambil oleh Jawir. Lalu hal apa yang akan terjadi? Apakah kami akan merusak kepercayaan orang lain, lalu bagaimana dengan Pak Kades? Hal-hal seperti itu berkecamuk di dalam pikiranku. Aku yang kesal kemudian beranjak dari dalam garasi yang sudah menjadi kamar tersebut dan menuju ke kamar sebelah yang berada di tengah, berniat untuk mengecek apa yang sedang terjadi.

Kamar yang berada di ruangan ini seperti sebelumnya kuceritakan, bahwa kamar ini diisi oleh para anak-anak wanita. Tentunya tanpa mengurangi rasa hormat, aku pun mengetuk pintu tersebut.

'Tok ... Tok ... Tok!!!'

"Ya ... ada apa?" sahut suara wanita dari arah dalam.

Pintu kemudian dibuka dan muncullah sosok Dona. Aku kemudian menjelaskan maksudku kepada dia.

"Don ... ada siapa saja di dalam?"

"Oh ... hanya aku dan Feranda yang lain sedang mengobrol dengan tetangga di belakang rumah!" balas Dona cepat.

Feranda yang mendengarkan percakapan aku dan Dona kemudian keluar dari dalam kamar dan bertanya kepadaku, "Ada perlu apa memangnya, Han? Mukamu kok tegang sekali?" tanya Feranda penasaran.

"Boleh aku masuk kamar itu?" ujarku to the point.

"Itu kamar cewek loh? Memangnya ada apa?" balas Dona tidak setuju.

Kuliah Kerja Berhantu 40 Hari (KKB 40H)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang