Bagian 2 Persiapan Sebelum KKN

4.5K 86 3
                                    



Part sebelumnya :

Aku mencoba berdamai pada saat itu dan menerima rumah KKN tersebut. Kami pun pulang menuju kota, walaupun terasa ada hal yang benar-benar mengganjal mengenai rumah KKN kami ini nanti, sedangkan sosok hitam yang ada di lantai dua rumah KKN itu seolah tersenyum ke arah pria muda yang melihat kearahnya barusan.

***

Sepanjang perjalanan, aku dinasehati oleh Pak Rahman mengenai tindakanku yang dirasa kurang sopan. Menurutnya tidak baik untuk memilih-milih tempat, egoisme yang ada di lingkungan perkotaan harus ditinggalkan. Pak Rahman sebenarnya tidak tahu, bukan masalah tempat itu usang, jelek ataupun gubuk sekalipun. Namun aura, perasaan mencekam dan juga makhluk tak kasat mata yang ada di rumah tua itu yang membuatku takut. Tapi apa daya, kalau sekalipun aku memberitahukan yang sebenarnya, kurasa Pak Rahman tak akan percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Tidak terasa hari menuju KKN tinggal 7 hari lagi, hari ini Pak Rahman meminta kami untuk datang ke kampus dan bertemu kembali, selain untuk mengakrabkan diri, maksud dan tujuannya ialah agar memberitahukan barang-barang apa saja yang harus dibawa ketika KKN. Aku mendapatkan bagian membawa setengah kilo beras, galon air dan juga kuali penggorengan, teman-teman yang lain juga mendapatkan bagiannya masing-masing.

Waktu terasa begitu cepat berlalu, hingga akhirnya hari dimana kami semua akan diberangkatkan menuju tempat KKN tiba. Aku diantar oleh mama yang menyempatkan dirinya untuk datang ke Palembang bersama dengan salah seorang tanteku. Setelah acara berpamitan selesai, aku beranjak memasuki mobil bus kelompok kami. Pak Rahman terlihat mendata satu persatu peserta KKN, wajahnya terlihat berkerut. Ia tampaknya sedang sibuk dan kemudian berkata, "Ahmad Romli!!!" ujarnya sembari teriak.

Kami saling tengok, rasanya nama itu adalah salah seorang peserta KKN yang sampai pada saat ini aku juga belum tahu yang mana orangnya. Feranda yang duduk di depanku kemudian bertanya, "Ahmad Romli itu anak yang tidak pernah masukkan?" tanyanya sekali lagi.

"Iya ... temannya Endy anak Teknik!" ujarku pelan.

"Coba kamu tanya, Han! Sama si Endy, kemana itu temannya! Kasian Pak Rahman dari tadi mukanya kusut!" saran Feranda.

"Oke deh ...!" Aku kemudian mendekati Endy dan bertanya kepadanya, "En!!" sapaku pelan.

Endy segera menoleh dan kemudian bertanya, "Ya kenapa, Han?" tanyanya penasaran.

"Itu Ahmad Romli kemana, En? Pak Rahman nyariin tuh!"

"Hmm ... aku juga kurang tau, Han! Anaknya ga bisa dihubungin dari sebelum KKN, aku juga belum ketemu dengannya sampai saat ini! Tapi coba aja tanya ke yang lain, dia itu biasa dipanggil Jawir sama anak-anak yang lain." balas Endy sembari mengaruk kepalanya. Ia tampak binggung juga dengan keberadaan Jawir saat ini.

"Okelah kalau begitu!" Aku kemudian mendekati Pak Rahman. Aku berniat untuk membantunya mencari keberadaan Jawir, karena bus ini tidak akan berangkat kalau para peserta KKN belum lengkap.

Pak Rahman kemudian mengajakku untuk mencari keberadaan Jawir. Tindakan yang kami lakukan adalah mencari keberadaan Jawir di kelompok lain dengan harapan makhluk satu ini cepat segera ketemu. Belum dimulai KKN saja ini anak sudah bikin repot, batinku.

Setelah memakan waktu sekitar 15 menit, akhirnya kami mendapati nama Abdul Romli alias Jawir berada di kelompok 25, ternyata nama Ahmad Romli juga ada di kelompok 25 ini, tampaknya kesalahan input oleh pihak panitia KKN. Pak Rahman kemudian melakukan negosiasi kepada DPL dari kelompok 25. Bapak DPL itu menjelaskan kalau mereka sebenarnya sudah kelebihan peserta KKN dan Abdul Romli ini adalah peserta ke 13 dari 12 peserta KKN yang semestinya. Setelah negosiasi selesai, DPL kelompok 25 mempersilahkan Jawir untuk kembali ke kelompok KKN kami.

Kuliah Kerja Berhantu 40 Hari (KKB 40H)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang