CHAPTER 1

92.4K 4.9K 188
                                    

Aku menatap gundukan tanah yang masih basah itu. Di situ terlihat batu nisan dengan nama, Tiara Asyla. Ku taburkan kelopak bunga mawar kerah makan itu. Berita kematian Tiara, adalah hal yang paling menyesakkan yang pernah ku dengar. Di sampingku, Mama tak pernah berhenti menangis. Sementara Papa beliau hanya menenangkan Mama.

"Sudah Mah, ikhlaskan kepergian Tiara," ucap Papa merengkuh tubuh Mama.

"Mas, aku gak bisa mas. Tiara gak meninggalkan Mas. Tiara masih hidup Mas, " ujar Mama meronta menghapus kasar air matanya.

"Ma, Tiara sudah tenang di alam sana. Jangan buat anak kita sedih karena Mama masih menangisi kepergian Tiara," balas Papa mengelus-elus bahu Mama.

"Mas aku belum siap kehilangan Tiara Mas," ucap Mama menguncangkan tubuh Papa. Papa memeluk Mama, dengan lembut Papa menenagkan Mama. Papa juga membawa Mama pergi meninggal kan makam Tiara.

Sementara Mama dan Papa pergi, aku masih menatap makam Tiara. Tiara Asyla adalah adik kembaran ku, kita kembar tidak identik. Sejak kecil Tiara selalu ikut dengan nenek di Indonesia, sementara aku ikut Mama dan Papa untuk pindah ke Inggris. Tiara tidak pernah mau untuk ikut dengan kami. Ia nyaman berada di Indonesia, meski 1 tahun yang lalu Nenek sudah meninggal.

Dan berita kematian Tiara terdengar tadi malam. Aku masih bingung, apa penyebab dari kematian Tiara. Yang di kabar kan oleh pihak sekolah Tiara adalah, Tiara di temukan bersimbah darah di lorong asrama putri. Aku yakin sekali bahwa Tiara meninggal karna di bunuh, tidak mungkin Tiara menyakiti dirinya sendiri bukan.

Aku kembali mengelus nisan Tiara.

"Beristirahat lah dengan tenang. Aku pulang dulu." Setelah itu aku berdiri, aku sangat berat meninggal kan Tiara di sini. Tapi bagiamana juga aku harus menghibur Mama, yah aku harus menghibur Mama.

***

Suara denting sendok terdengar di meja makan. Aku, menatap kedua orang tuaku. Mama dengan wajah pucat dan pandangan mata yang kosong. Sementara Papa pun sama dengan kondisi Mama.

"Mama sama Papa makan ya, Sera gak mau kalian jatuh sakit...." ucapku sembari menyendokan nasi dan lauk kedalam piring mereka. Papa tersenyum beliau mengusap kepalaku dengan sayang. Sementara Mama masih diam.

"Ma, Sera suapin, ya," ucapku menyendokan makanan ke mulut Mama. Mama diam tanpa merespon.

Melihat itu, aku memeluk Mama dengan erat, mengecup pipi Mama berkali-kali.

"Bukan cuma Mama aja yang kehilangan Tiara. Sera sama Papa juga iya, kita semua kehilangan Tiara Ma," ucapku menangis memeluk Mama. "Ma, kita harus mengikhlaskan kepergian Tiara. Tuhan sudah mengatur semuanya. Mama tenang aja Mama masih punya Sera sama Papa. Kita gak akan tinggalin Mama," sambung ku.

Mama yang sedari tadi diam pun, memelukku. Mama juga mencium pipi dan keningku.

"Maafkan Mama, Mama akan coba untuk mengikhlaskan kepergian Tiara. Kamu janji jangan tinggalkan Mama sama Papa ya, Nak..." ucap Mama menangis. Aku hanya mengangguk dalam pelukan Mama.

Papa yang sedari tadi diam duduk di kursi pun berdiri dan memelukku dan Mama. Papa juga mengecup kening kami.

Semoga setelah ini, Mama benar-benar mengikhlaskan kepergian Tiara. Batin ku.

***

Aku menatap lorong kecil di depan ku, bulu kudukku merinding. Bau anyir darah pun mulai tercium di indera penciuman ku. Rasanya ingin muntah, aku juga tak tau ada di mana sekarang ku berada. Yang ku tau, di ujung lorong itu terlihat perempuan sebaya ku tengah berdiri. Perempuan itu menggunakan baju berwarna putih, dengan rambut menutupi bagian wajahnya.

Sera tolong aku...

Tolong aku Sera....

Aku mengusap leher bagian belakang, rasanya benar-benar merinding mendengar rintihan kecil itu. Ku tatap wanita di ujung lorong. Entah mengapa kaki ku, berjalan ke arahnya menyusuri lorong tersebut. Makin lama makin dekat jarak ku dan perempuan yang tak ku ketahui itu. Hingga akhirnya aku tepat di depan wanita itu.

"Si..... Siapa kamu..." ucapku kepada perempuan itu, perempuan itu tak menjawab. Ia masih diam dan wajahnya pun masih tertutup oleh rambut panjangnya.

Tolong aku Sera...

Kembali aku mendengar rintihan suara itu. "Siapa kamu?!" ucapku mengulangi pertanyaan ku tadi.

Perlahan namun pasti, perempuan itu menatap ke arahku rambut panjangnya kini sudah tak menutupi wajahnya. Bola mata yang hampir keluar, muka setengah busuk dengan beberapa belatung di pipinya. Dan aku hanya bisa menutup mulutku ketika aku mengenali wajah itu.

"Ti...... Tiara?!"

Aku terbangun dari tidurku, nafasku masih terengah. Biasa nya aku tak pernah bermimpi buruk. Baru kali ini aku mimpir buruk. Terlebih aku memimpikan Tiara, apa arti dari mimpi tersebut? mengapa Tiara meminta tolong kepada ku? Apa yang sebenarnya terjadi?

Oh tuhan berilah Tiara tempat terbaik di sisi mu. Aku pun mengambil gelas berisi air di atas meja kecil di samping tempat tidur ku. Mata ku melirik ke arah jam dinding di kamar ku. Pukul 1 dini hari, aku hanya bisa menghela nafas kasar.

Apa Tiara meminta ku untuk mengungkap kematiannya? Entahlah aku tak tau, aku bingung harus melakukan apa. Ku rebahkan kembali tubuh ku di ranjang, menatap langit-langit kamar, wajah hancur Tiara masih terekam jelas di ingatan ku. Ku tutup wajah ku mengunakan selimut. Mencoba untuk menyelam kembali ke alam mimpi.

●●●

Hay hay gimana kritik dan saran nya???
Ini cerita pertama aku yg bertema horor. Sebenar nya aku nulis cerita ini buat ngalihin imajinasi ku!!.

Sambari nunggu cerita cerita ku up!,
Oh iya jangan lupa tekan tombol Bintang yah😃

Jangan lupa follow aku ku: Myang04

Akun instagram baru ku:@mya.ng04

Maaf kuen typo😑

Lampung 3 Oktober 2019
Mayang❤
____________________

DEATH(Misteri Kematian Tiara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang