CHAPTER 5

35.6K 2.7K 44
                                    

Aku dan Aurel duduk di kursi taman, Aurel masih diam. Aku pun tidak tahu mengapa ia membawa ku ke sini.
"Aurel kamu bisa jelasin semuanya?" ucapku membuka suara. Aurel melirik ku sekilas.

"Sore itu, gue sama  Tiara baru aja pulang dari cafe depan...."

Flash back on

Author pov.

Terlihat dua gadis berjalan menuju cafe di sebrang jalan. Keduanya sampai di cafe, memesan makana lalu lanjut bercerita.
"Rel lo masih ingat? sama orang yang ngirim pesan sama gue waktu itu?" ucap seorang perempuan bersurai hitam, nan lembut itu.

Gadis di depannya sedikit mengerutkan keningnya.

"Yang waktu itu buat lo sama Haris berantem?" ucap gadis tersebut.

"Iya. Masa dia bilang gue harus jauhin Haris sih. Dan dia juga bakal bocorin semuanya ke satu sekolah kalau nanti malam gue nggak datang," ujar perempuan bernama Tiara.

"Ra, lo nggak usah nekat deh! Lo tau sendiri kan kalau nanti malam itu malam jum'at kliwon. Dan lo tau peraturan asrama bagaimana," ujar Aurel mengingatkan.

"Iya sih, tapi Rel gue nggak mau kalau satu sekolah pada tahu gue sama Haris ada hubungan. Terlebih Deby dan teman temannya. Biasa-bisa habis di bully gue," ucap Tiara.

"Ra gue mohon sama lo jangan keluar nanti malam. Kalau masalah ngebully Haris nggak bakal tinggal diam liat lo di bully. Lo jangan khawatir," ujar Aurel kekeh dengan pendapatnya

"Lo kan tau Rel, gue nggak mau ngerepotin Haris. Gue malu," ujar Tiara

"Ra gue minta sama lo! Sekali kali lo pending dulu sifat keras kepala lo. Ini demi keselamatan lo Ra," ujar Aurel kembali membujuk Tiara.

"Oke. Gue nggak akan pergi nanti malam," Ujar Tiara membuat Aurel lega.

Flash back of.

Sera Pov.

"Gue nggak tau, kenapa malam itu Tiara ingkar janji sama gue. Dia janji buat nggak pergi, tapi nyatanya. Jum'at pagi mayat Tiara di temukan di lorong asrama Lantai 3," ujar Aurel mengakhiri ceritanya.

"Apa mungkin yang membunuh Tiara itu wanita yang mau di temuin sama Tiara?" ucapku kepada Aurel.

"Gue juga nggak tau, gue udah coba buat nerawang dengan memegang gelang ini. Tapi semua yang gue lihat cuma gelap," ujar Aurel menunjukan gelang tangan Tiara. Tiara pernah menunjukan gelang itu kepadaku. Tiara bilang gelang itu pemberian dari pacarnya.

"Terus pacarnya Tiara tau nggak soal pesan ancaman itu?" tanya ku Aurel diam.

"Haris nggak tau, bahkan semenjak Tiara meninggal Haris jadi orang pendiam," ujar Aurel.

Kami saling diam, menyelam dalam alam pikiran. Aku berpikir, apa mungkin wanita itu yang telah membunuh Tiara? kalau ada pesan teror yang di ceritakan oleh Aurel, berarti pesan itu masih ada di ponsel Tiara.

Yah ponsel Tiara!

"Apa kamu sepemikiran sama aku?" tanyaku kepada Aurel. Aurel mengangguk dan tersenyum.

***

Aku menyusuri koridor sekolah. Tadi ada sebuah pesan masuk dari ponselku dan itu pesan dari Langit orang suruhan Papa untuk mendampingiku, atau lebih tepatnya orang yang akan menjagaku selama misi ini berjalan. Dan bodohnya, aku sama sekali  belum bertemu dengan Langit. Lalu bagaimana aku menemuinya?

Aku masih berjalan hingga tanpa sengaja aku menabrak dada bidang seseorang. Pandangan mata kami bertemu, wajahnya sangat manis, dengan iriz mata berwarna coklat, alis tebal, hidung mancung, dan bibirnya yang tipis berwarna pink alami. Aku aku segera bangkit, dan menatapnya sekali lagi.

"Non Sera ini saya Langit," ujar lelaki tersebut dengan suara sangat pelan.

Oh jadi ini yang namanya Langit.

"Non, ini barang yang Non, butuhkan," ucap Langit memberikan sebuah paper bag berisi ponsel Tiara. Tadi aku menelpon Papa dan meminta ponsel Tiara.

"Non...," panggilnya melambaikan tangan di depan ku. Aku tersadar dari lamunan ku. Tangan ku terulur untuk mengambil paper bag itu.

"Jangan panggil aku, Non. Panggil aja Sera, dan jangan pakai bahasa formal," ucapku.

"Tapi Non, sendiri pakai bahasa formal," balasnya. Aku menatapnya lagi.

"Ini beda," ucapku.

"Tapi Non..."

"Kita sedang menyamar jadi biarkan semuanya terlihat natural," ujar ku memotong ucapannya.  "Oh iya,  terimakasih ya, " sambung ku.

Langit menganggu, lelaki manis itu tersenyum.

"Sera mau gue antar ke kelas, gak?"ucap Langit terlihat sangat kaku. Membuatku tertawa, terpingkal-pingkal.

"Kok ketawa?" ujarnya bingung.

"Kamu lucu," cetus ku tanpa sadari Langit memandang wajahku begitu lekat.

"Ya sudah aku kelas dulu ya. By, Langit. Jangan sampai ada orang yang mengetahui penyamaran kita," ucapku.

Langit tersadar dari lamunannya. Lalu ia mengangguk,  mengiyakan ucapan ku. Aku pun pergi meninggalkan Langit yang masih berdiri di koridor ini.

●●●

Vote + comment!






Lampung, 17 Oktober 2019
Mayang❤
________________

DEATH(Misteri Kematian Tiara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang