Sofia dan Ibu Yanti dioperasi pada saat yang bersamaan, di dalam ruangan yang bersisihan. Setelah team ahli bedah melakukan nefrektonim (pengangkatan ginjal Ibu Yanti), team bedah lainnya membuat sayatan pada bagian bawah perut Sofia, lalu memasang ginjal barunya di bagian bawah perutnya—membuat pembuluh arteri dan vena ginjal terhubung dengan pembuluh arteri dan vena pada pinggul. Lalu, darah mengaliri ginjal baru Sofia (tepat seperti yang dituliskan jurnal kedokteran yang dibaca Arkana).
Arkana yang menunggu di luar ruangan operasi (bersama Xena, Audry, Pak Herman, dan kedua orang tuanya) harus berusaha menahan muntah karena stres. Ketakutannya akan kegagalan operasi transplantasi ginjal istrinya sudah mencuat bahkan dari dua hari sebelum operasi dilakukan. Dia bahkan sudah memikirkan untuk menjual rumahnya, jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Sofia pasca operasi.
“Lalu, kalau operasinya gagal, Abang mau apa?” tanya Xena, setelah Arkana menceritakan kekhawatirannya tentang operasi Sofia—membuktikan kalau dirinya adalah seorang motivator yang buruk.
“Abang akan jual rumah. Lalu akan Abang bawa Sofia kepada siapapun yang bisa menyembuhkannya. Bahkan jika perlu, dukun-dukun yang ada di Amazon, Abang datangi!” balas Arkana, dan siapapun yang mendengar ucapannya saat itu akan tahu, kalau dia sedang bersunggung-sungguh.
Operasi berlangsung selama tiga jam. Kelegaan tampak terlihat di wajah Arkana saat Dokter Saiful menyatakan bahwa operasi berjalan lancar.
Setelah keluar dari ruang operasi, Sofia kembali dibawa ke kamar inapnya—dalam keadaan tidak sadarkan diri. Lalu ketika dia terbangun, Sofia menyatakan kalau keadaannya jauh lebih baik. Ibu Yanti dirawat di kamar inap bekas Ibu Diah Ayu dirawat (sesuai permintaan Pak Herman).
Pasca operasi transplantasi ginjal, Sofia harus kembali dirawat selama satu bulan untuk pemulihan, berbeda dengan Ibu Yanti yang sudah diperbolehkan pulang lebih cepat; satu minggu pasca operasi.
☠️☠️☠️
Sofia dikejutkan dengan dekorasi kamar tamu lantai satu rumahnya (kamar yang sebelumnya digunakan Pak Burhan dan Ibu Surti saat tinggal sementara) di hari pertama dia pulang dari rumah sakit. Terlukis wajah Marlon Brando dengan tampilan khas-nya di film The Godfather di bagian dinding kamar yang berhadapan dengan pintu. Sesuatu yang sontak membuat Sofia berseru, “Vito Corleone!,” sambil tersenyum senang. Arkana memang dengan sengaja menyiapkan kamar tamu lantai satu rumahnya untuk digunakan sebagai kamar tidur sementara dirinya dan Sofia, setelah Sofia pulang dari rumah sakit. Keadaan Sofia yang belum memungkinkan untuk naik turun tangga—saat beraktifitas di dalam rumah—yang membuatnya berinisiatif untuk mendekorasi kamar tamu lantai satu dengan tema yang disesuaikan dengan hal-hal yang disukai Sofia. Bukan hanya lukisan Marlon Brandon sentuhan yang Arkana berikan untuk kamar itu; sebuah televisi LED 41' juga tertempel di dinding kamar, lalu DVD Player dan film-film favorit Sofia? Tentu saja! Kau boleh bermalas-malasan sampai neraka membeku.
Dari atas kursi roda, Sofia menyaksikan mahakarya yang dipersembahkan Arkana untuknya dengan pupil matanya yang membesar. Perlu keahlian seorang master dalam hal berkamuflase, untuk membuat dirinya tetap bertahan agar tidak histeris.
“Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua ini?” tanya Sofia sambil menatap Arkana dengan matanya yang berbinar-binar.
“Sembuh,” jawab Arkana lugas, hampir terdengar ketus.
“Kau ingin aku sembuh? Kau akan menyesal atas harapanmu, Clyde. Kau tahu apa yang akan aku lakukan jika aku sudah sembuh total.”
“Apa yang akan kau lakukan?”
“Menghukummu karena kau sudah melakukan banyak kenakalan selama aku dirawat di rumah sakit. Jangan berpikir aku lupa dengan beer—“
Seketika Arkana tertawa geli setelah mendengar ucapan Sofia. “Menghukumku? Yang benar saja! Masihkah ada hukuman yang lebih berat dari saat aku mengetahui kau terkena gagal ginjal? Lalu kau harus dirawat di rumah sakit? Lalu kau dinyatakan meninggal dunia? Lalu aku berdoa di depan mayitmu? Memandikanmu? Mengkafanimu? Masihkah ada hukuman yang lebih berat dari itu?”
Sofia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendapatkan balasan telak dari seseorang yang begitu ahli dalam hal menjatuhkan mental lawan berdebatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYIT [Complete]
HorrorWARNING 18+ CERITA INI PENUH DENGAN ADEGAN KEKERASAN. HARAP KEBIJAKAN PARA PEMBACA. Judul: MAYIT Genre: Horor/Thriller Status: COMPLETE (tahap revisi) -Beberapa kali peringkat 1 Paranormal -Beberapa kali peringkat 1 Horror -Beberapa kali peringkat...